Abah Sang Penengah

IMG_9898Jika anda mencari orang NU yang meniti karir organisasi dari bawah sampai puncak tertinggi, maka KH Hasyim Muzadi lah orangnya. Abah, mempin NU dari tingkat ranting sampai jadi Ketua Umum PBNU. Selain itu meski bukan darah biru (keturunan kiai besar pendiri NU), pengaruh beliau di kalangan nahdliyin cukup besar.

Selama memimpin NU, menurut saya, yang mencolok dalam kepemimpinan abah adalah tampilnya beliau dan NU sebagai penengah. NU di bawah beliau benar-bener ada di tengah dan jadi penengah.

Abah dekat dengan berbagai kalangan. Baik antar organisasi/aliran dalam Islam, maupun dengan non muslim. Beliau diterima di kalangan abangan, sekuler, liberal, dan lain sebagainya, namun juga diterima di kalangan garis keras, ortodok, dan sejenisnya. Tanpa mengurangi hormat, berbeda dengan Gus Dur misalnya, yang diterima di kalangan liberal atau lintas agama, namun kurang diterima oleh Islam garis keras. Abah diterima keduanya.

Saat beliau memimpin, terlihat sekali NU memimpin gerakan-gerakan lintas agama. Seperti yang selalu beliau tekankan; Islam itu harus menjadi rahmat bagi alam semesta, rahmatan lil alamin. Setelah beliau lengser, Pak Din Syamsuddin dari Muhammadiyah yang melanjutkan.

Beliau adalah promotor Islam moderat, yang bukan cuma dalam gagasan saja, namun juga tercermin dalam tindakannya. Beliau selalu bisa berada di tengah dan menengahi permasalahan yang melibatkan sesama muslim baik di Indonesia maupun dunia.

Saya masih ingat saat rame-rame Muhammadiyah ribut dengan PKS yang dinilai banyak “merebut” amal usaha (sekolah dan rumah sakit) Muhammadiyah. Saat itu panas sekali konflik ini sampai Hidayat Nur Wahid dan Dien Syamsuddin sama-sama “ngadu” ke PBNU meminta abah menengahi.

Pak Hasyim saat itu bisa jadi penengah dan memberikan nasihat yang diikuti keduanya. Setelah itu saya tidak dengar lagi polemik amal usaha itu.

Di tingkat dunia, abah sebagai sekjen organisasi ulama internasional (ICIS) juga banyak berperan menengahi berbagai konflik. Misalnya antara Hamas dengan Fatah, di Palestina, konflik Sudan, sampai konflik Sunni-Syiah di Lebanon. Banyak sekali yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu.

Mengapa abah dan NU bisa dipercaya jadi penengah?

Menurut abah ini karena beliau dan NU benar-benar mempisisikan diri di tengah dan tidak memihat. Memberikan pandangan objektif dan memberikan solusi.

“Kita bisa menengahi di sunni dan Syiah, karena di sunni kita sesama sunni, di syiah kita juga diterima karena tidak pernah menjelek-jelekkan dan menyalah-nyalahkan syiah,” ungkap beliau suatu waktu.

Beliau mengatakan sikap ini adalah dari nilai-nilai Islam yang dibawa Wali Songo ke bumi nusantara. Islam moderat. Islam yang toleran namun tidak mengorbankan prinsip dasarnya.

Selain itu semua, ada yang lain dari kiai NU lain di diri abah. Jika kiai NU kebanyakan suka dicium tangannya. Beliau malah suka menarik tangannya kalau ada yang mau mencium.

Mungkin beliau tidak ingin terlalu diistimewakan atau ingin dilihat biasa saja. Mungkin ini juga wujud semangat egaliter yang coba beliau kenalkan.

(Di tulis di teras rumah KH Hasyim Muzadi di Komplek Pesantren Al Hikam, Depok, untuk mengenang beliau)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *