Ini adalah tulisan saya dalam rangka mengikuti lomba menulis “Green Party dan Indonesia Hijau” dalam rangka Harlah PKB ke 12. Alhamdulillah juara ke 3 kategori Masyarakat Umum.
Senin itu, sebuah tempat di Kuta, Bali, penuh hiasan dan atribut serba hijau. Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar terlihat sibuk menenteng beberapa bibit pohon. Dia kemudian menyerahkan bibit itu satu persatu kepada perwakilan pimpinan DPW PKB se Indonesia yang hadir saat itu.
Serah terima pohon secara simbolis itu kemudian menjadi tonggak sejarah baru bagi PKB. Pada 26 Februari 2007 itu, PKB mengumumkan pada khalayak tentang sebuah komitmen baru menjadi Partai Hijau atau Green Party. Hijau di sini bukan karena pertain ini berwarna hijau, tetapi menjadi partai yang peduli dan akan memperjuangkan isu-isu lingkungan.
Deklarasi sebagai Partai Hijau ini langsung dapat banyak apresiasi. Apa yang dilakukan itu dinilai sebagai sebuah terobosan. Bahkan banyak yang menilai ini akan bisa membantu PKB mendapat basis masa baru.
Apalagi Muhaimin Iskandar sendiri menegaskan dengan menjadi Partai Hijau, partainya tidak menanggalkan basis lamanya. Ciri khas sebagai partai nasionalis religius akan tetap dipertahankan. Toh menjaga lingkungan juga merupakan ajaran Islam. Jadi PKB tidak khawatir ditinggal konstituen tradisionalnya yaitu orang-orang NU, bahkan berharap bisa menakhlukkan hati pemilih baru.
Konsep Partai Hijau sendiri sebenarnya bukan hal baru. Di negara maju sudah banyak berdiri Green Party. Di Jerman misalnya sudah lama ada aliansi partai hijau atau Die Grünen. Aliansi yang juga dikenal sebagai Aliansi 90 ini dipimpin oleh Claudia Benedikta Roth bersama Cem Özdemir. Die Grünen sendiri didirikan 1980 dan memperjuangkan ekologi, sosialisme, dan hak perempuan. Selain di Jerman Partai Hijau juga banyak berdiri di negara maju lainnya.
Konsep Parai Hijau PKB diakui juga terilhami oleh Green Party di negara maju tersebut. Meski Partai Hijau PKB bukan konsep baru dalam dunia politik, tapi konsep ini terbilang baru untuk Indonesia. Sebab selama ini tidak ada partai yang konsen penuh dengan isu lingkungan. Biasanya yang konsen hanya LSM lingkungan. Inilah yang membuat PKB dinilai melakukan terobosan.
Waktu pun berlalu. Di usianya yang ke 12 tahun ini, tiga tahun sudah PKB menjadi Partai Hijau. Lalu apa yang terjadi? Ternyata tak seperti yang diprediksi sebelumnya, citra sebagai Green Party yang peduli lingkungan ternyata tidak banyak menuai simpati. Hasil Pemilu 2009 membuktikan, alih-alih mendapatkan pemilih baru, justru suara PKB malah menurun.
Meski banyak faktor yang menyebabkan turunnya suara PKB dalam Pemilu 2009, namun tidak bisa disalahkan juga jika ada penilaian yang mengatakan bahwa strategi PKB menjadi Partai Hijau tidak berhasil. Lantas yang jadi pertanyaan adalah, apakah ini bisa dikatakan bahwa menjadi Green Party adalah strategi yang salah? Tentu saja tidak.
Menjadi Partai Hijau adalah strategi yang baik. Jika kekalahan di Pemilu 2009 dikatakan sebagai kegagalan branding sebagai Green Party, kegagalan itu bukan pada konsepnya, tapi lebih pada penerapan program riilnya. Maka PKB perlu memperbaiki hal itu kedepannya.
Revitalisasi Konsep Hijau
PKB perlu merevitalisasi konsep hijau yang selama ini dijalankannya sebagai Partai Hijau. Diakui atau tidak, selama ini aktivitas PKB sebagai Partai Hijau tak lebih sekedar aktivitas seremonial, karikatif dan terlihat klise. Aktivitas yang paling jamak adalah menanam pohon, bersih-bersih, dan sebagainya.
Menanam pohon memang perlu, itu juga kegiatan peduli lingkungan atau go green. Namun sebuah partai politik “yang hijau” memiliki agenda ekologi yang lebih besar dari itu. Kalau cuma kegiatan karikatif, tak usah partai politik pun, hal itu bisa dilakukan. Namun membuat dan mendorong kebijakan pro lingkungan, hanya partai politik yang bisa melakukan secara efektif.
Karena itu ke depan, PKB harus merevitalisasi kembali konsep hijau. Program hijau seperti apa yang akan diprioritaskan. Konsep hijau adalah konsep tentang ekologi, dan cakupannya cukup luas. Tak hanya soal pohon dan penghijauan saja, tapi juga ada masalah lingkungan lainnya, seperti pencemaran lingkungan, polusi udara, dan sebagainya.
Jika ke depan PKB akan membuat Indonesia Hijau. Hal itu tidak berarti bahwa harus banyak pohon ditanam supaya hijau. Tapi PKB harus menerapkan konsep hijau untuk mengatasi masalah utama lingkungan yang ada di Indonesia.
Misalnya menyangkut pohon, melawan pembalakan liar lewat jalur hukum dan politik lebih pas bagi sebuah parpol dari pada seremoni menanam pohon yang anak sekolah juga bisa melakukan itu.
Atau bisa juga mendesak pemerintah untuk membuat kebijakan pro lingkungan, sekaligus mengawasinya, dan lain sebagainya. Hal seperti itulah yang bisa diperjuangkan oleh partai di jalur politik, apalagi jika partai itu mengklaim sebagai Partai Hijau.
Polusi Udara
Sebagai Partai Hijau, PKB juga perlu cerdik menjaring masalah lingkungan yang perlu dapat prioritas utama untuk diselesaikan. Nah, salah satu masalah lingkungan yang sangat mendesak adalah masalah polusi udara. Masalah ini mengancam kita bukan hanya nanti, tapi saat ini juga sudah mengancam.
Masalah polusi udara juga bukan hanya masalah perkotaan semata, meskipun yang terparah memang terjadi di kota-kota besar. Masalah ini adalah masalah yang serius, dan telah membuat citra Indonesia terpuruk di mata internasional.
Sebagai contoh, lihat saja tingkat polusi di Jakarta. Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang juga miniatur tanah air, ini adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor tiga di dunia, setelah kota besar di Meksiko dan Thailand.
Dari riset yang pernah dilakukan Bank Dunia, Kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 di dunia (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia. Dari semua penyebab polusi yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen.
Salah satu penyebabnya adalah jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah banyak. Akibatnya, mau tak mau, kualitas udara terus anjlok. Baru-baru ini Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo bahkan mengungkapkan data mengejutkan soal kendaraan yang beredar di jalanan Jakarta. Foke, sapaan Fauzi, mengatakan ada sekitar 6,5 juta unit kendaraan yang lalu lalang di jalanan Jakarta setiap harinya. Lebih parah lagi, kendaraan yang beredar di jalan tiap harinya bertambah ratusan unit. Motor bertambah 890 unit, sedangkan mobil bertambah 240 unit.
Dari jutaan kendaraan yang beredar itu, 98 persen di antaranya adalah kendaraan pribadi. Hanya dua persen saja yang merupakan kendaraan umum. Lebih celaka lagi, dari dua persen kendaraan umum itu, hanya bisa mengangkut 66 persen saja dari penduduk Jakarta yang bermobilitas setiap hari. Penduduk Jakarta memang identik dengan perjalanan atau mobilitas. Data mencatat setiap hari terdapat sekitar 21 juta aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh warga ibukota.
Masalah seperti ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan menanam pohon saja. Di Bandung, contohnya, walaupun terkenal sebagai kota bunga yang dinaungi pepohonan rimbun, ternyata tak bisa melawan polusi. Kadar timbalnya Kota Kembang itu melebihi dua mikrogram per meterkubik. Ini jelas sudah jauh lebih besar dari standar baku mutu yang dikeluarkan World Health Organization (WHO) yaitu tak boleh lebih dari 0,5 mikrogram per meterkubik.
Polusi juga telah merusak citra bangsa di bidang ekonomi. Sebuah perusahaan konsultan HR dari New York, ORC Worldwide dan BusinessWeek menempatkan ibu kota Indonesia Jakarta sebagai kota terburuk dan tak layak ditinggali ke dua di dunia setelah ibukota Nigeria, Lagos. Belum lagi fakta dari berbagai penelitian yang menungkapkan polusi terbukti bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak. Jika dibiarkan,ini sama saja artinya membiarkan masa depan bangsa ini terancam.
Terpuruknya bangsa karena polusi di mata dunia sejatinya sama hinanya dengan terpuruknya bangsa karena banyaknya korupsi. Keduanya sama-sama merusak citra dan berbahaya bagi kehidupan bangsa. Karena itu sekali lagi, masalah polusi ini adalah masalah penting yang harus segera diatasi.
Semua tahu bahwa polusi datang bersama dengan semakin pesatnya penggunaan kendaraan bermotor. Maka masalah polusi menjadi bersatu padu dengan masalah borosnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Apalagi tingginya pemakaian kendaraan sekarang tak hanya ada di kota saja, di daerah daerah pun hal yang sama sudah terjadi. Karena datang bersamaan, masalah polusi dan konsumsi BBM ini bisa diselesaikan bersamaan.
Untuk mengatasi masalah ini, sebuah Partai Hijau seperti PKB punya banyak kesempatan. Lewat para legislatornya PKB bisa mendorong undang-undang atau peraturan yang anti polusi udara dan berkonsep go green. Para eksekutifnya pun bisa melakukan hal yang sama.
Misalnya PKB memperjuangkan konsep Ekodesain. Ekodesain adalah konsep ekologi yang diperkenalkan seorang fisikawan, dan pemerhati ekologi Fritjof Capra. Secara singkat Ekodesain mengajak kita memakai teknologi yang ramah lingkungan dan energi yang terbarukan dalam desain transportasi, infrastruktur, industri, dan hal penting lainnya.
Contohnya mobil tenaga surya untuk masalah transportasi. Atau pemanfaatan energi surya untuk pembangkit listrik. Jadi intinya tetap modern tanpa merusak lingkungan. Jika ini berhasil diterapkan, maka tidak akan ada lagi ketergantungan pada bahan bakar fosil atau BBM. Tentunya Indonesia pun akan menjadi lebih hijau.
Perjuangan seperti ini bisa diwacanakan dan diperjuangkan para politisi PKB, baik di parlemen maupun di eksekutif. Banyak negara yang minim sumber daya alam bisa membuat pembangkit dengan tenaga terbarukan, tapi mengapa Indonesia tidak. Ternyata masalah atau hambatannya sebagaian besar dari aspek politik. Maka di sinilah kader Partai Hijau bisa bergerak dan membuktikan komitmen hijaunya.
Budayakan Sepeda
Selain perjuangan di ranah politik, PKB juga bisa berbaur dengan masyarakat memperjuangkan Indonesia hijau tanpa polusi melalui cara-cara sederhana. Caranya sangat sederhana karena PKB hanya butuh sepeda. Kenapa sepeda? Karena sepeda adalah sarana sederhana namun sangat efektif untuk melawan polusi. Selain itu sepeda sekarang juga sedang tren dan digemari banyak orang.
Sekarang ini orang mulai berbondong-bondong memakai sepeda. Bersepeda sudah menjadi sebuah gaya hidup. Sepeda bukan lagi hanya simbol orang miskin yang tak mampu memakai transportasi mahal, kini sepeda juga menjadi gengsi orang kalangan atas.
Ini adalah sebuah budaya yang positif. Jika budaya ini semakin berkembang dan jadi bagian keseharian, ini bisa jadi sarana mengurangi masalah macet, polusi dan pemborosan pemakaian BBM. Negara yang memiliki budaya bersepeda juga menjadi lebih maju, teratur, dan sehat masyarakatnya.
Tengok saja Belanda, di mana banyak penduduknya beralih dari mobil ke sepeda. Dari penelitian tentang budaya bersepeda ini, orang Belanda rata-rata akan hidup lebih panjang 14 bulan lagi karena aktivitas fisik yang meningkat dengan sepeda. Selain itu bersepeda juga menghilangkan 500 ribu perjalanan mobil, yang akhirnya mengurangi secara drastis angka polusi udara.
Sebagai Partai Hijau PKB bisa memanfaatkan hal ini. PKB bisa menyiapkan banyak program untuk ikut mendorong budaya bersepeda. Jika dulu petinggi PKB pernah kampanye hemat BBM dengan naik ojek, walau tak berlanjut, ke depan bisa dilakukan kampanye dengan naik sepeda ke kantor. Namun tentu bukan kegiatan yang cuma sekali, untuk publikasi, lalu tidak berlanjut.
Teladan bersepeda ini pernah dicontohkan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X yang tiap Jumat bersepeda dari rumahnya di Keraton ke kantornya di Kawasan Malioboro. Apa yang dilakukan Sultan ini membuat banyak orang salut, simpati, dan makin mengaguminya. Nah, jika politisi PKB melakukan hal yang sama, maka yang bersangkutan tidak hanya akan sehat, tapi juga makin populer. Nah, ini adalah sebuah credit point politik juga kan?.
Jika melihat tata ruang kota-kota di Indonesia yang sudah demikian parah, budaya bersepeda adalah solusi yang riil dan masuk akal. Bahkan lebih murah dan masuk akal dari pada membuat transportasi umum yang bagus, yang sampai saat ini baru mimpi dan wacana. Budaya bersepeda yang mulai ditinggalkan di daerah juga bisa kembali direvitalisasi, sehingga kemacetan dan polusi yang mulai menular ke sana bisa dicegah.
Kegiatan pro bersepeda juga bisa dilakukan secara karikatif seperti menanam pohon. Bahkan mungkin lebih meriah karena pasti banyak yang berminat. Lihat saja sepeda gembira serentak se Indonesia yang dilakukan Polri saat HUT Bayangkara tahun ini. Jumlah pesertanya di luar dugaan, sampai-sampai memecahkan rekor.
Jumlah pesepeda memang semakin meningkat dari waktu kewaktu. PKB bisa merangkul komunitas sepeda ini. Mereka juga potensial dijadikan basis suara baru nantinya. Tentunya jika PKB mampu membuktikan diri sebagai Partai Hijau yang peduli terhadap mereka.
Kepedulian itu bisa ditunjukkan misalnya saja dengan memperjuangkan aturan yang melindungi pesepeda. Sebab saat ini para pesepeda yang peduli lingkungan ini, terancam jiwanya oleh pengguna kendaraan lain yang tak mau peduli. Sudah banyak yang meregang nyawa dijalan karena ditabrak kendaraan bermotor. Belum lagi gedung gedung dan tempat kerja juga masih tak memfasilitasi pesepeda, dan banyak hal tak ramah pesepeda lainnya.
Perjuangan ini harus dilakukan di luar dan dalam. Di luar mengkampanyekan budaya bersepeda, di dalam membuat aturan yang melindungi pesepeda. Jika bisa berjalan baik, nantinya hasil positifnya akan datang secara beruntun. Dengan bersepeda pemakaian kendaraan bermotor menjadi berkurang, akibatnya macet dan polusi pun berkurang. Pemakaian BBM juga bisa berkurang, akibatnya mahalnya biasaya transportasi bisa ditekan.
Ini tentu akan berpengaruh pada perekonomian baik masyarakat itu sendiri maupun negara. Masalah BBM yang selama ini sering memicu keributan baik sosial maupun politik pun akan sirna.
Jika masalah polusi bisa diatasi, tentu keterpurukan Indonesia di mata dunia bisa diatasi pula. Indonesia pun akan bangkit. Jika masalah tersebut selesai, agenda hijau lainnya juga akan mudah dikerjakan.
Jika semua itu konsisten dilakukan maka semua akan dapat hasilnya. Masyarakat mendapatkan lingkungan yang sehat dan nyaman, PKB mendapatkan simpati dan dukungan. PKB akan mendapat credit point politik karena dinilai sebagai partai yang membangkitkan bangsa dengan sepeda dan program hijaunya.
Jadi tunggu apa lagi, ambil sepeda anda dan mulai sekarang juga.
wih… tulisane puanjang,
kalo aku yg jadi jurinya pasti udah tak menangin tanpa dibaca dulu 😀
Selamat mas, semoga makin produktif nulis 🙂
hahaha.. panjang karena syaratnya minimal 1000 kata..
kebayangkan ngarangnya gimana hahaha..
semoga nih..produktivitas menurun karena harus nulis untuk kerjaan hehehe