Saat sedang membuka facebook, ada sebuah foto menarik yang di share sahabat saya Andika alias @bakulrujak. Foto itu (lihat foto di tulisan ini) sekilas seperti tanda peringatan kebakaran biasa, namun jika diperhatikan lagi ini bukan tanda peringatan kebakaran biasa.
Ini adalah foto tanda peringatan kebakaran khusus bagi pengguna twitter. Karena di foto yang di share pertama oleh facebook Art Jonak ini tertulis “In Case of Fire, Exit Building Before Tweeting About It”. Sedangkan peringatan kebakaran yang lazim hanya tulisan “In Case of Fire” dan gambar orang plus tangga saja.
Reaksi pertama yang melihat foto ini tentu menganggapnya lelucon. Seperti foto-foto plesetan atau parodi yang memang sudah biasa menghiasi media sosial, dan dishare secara luas dan berantai. Foto itu kemudian hanya terbaca sebagai sebuah stiker lucu-lucuan saja, yang mungkin tidak pernah tertempel di kantor manapun.
Namun jika kita telisik lebih dalam, bisa jadi stiker peringatan seperti di foto itu yang justru kita butuhkan. Bisa jadi ke depan yang dibutuhkan adalah peringatan seperti itu untuk menggantikan tanda peringatan konvensional. Kalau menurut bahasa teman saya Dika, itu adalah “peringatan 2.0” hehe.
Kita butuh peringatan itu kerana memang realitas saat ini menunjukkan bahwa keasyikan dengan media sosial sering membuat kita lupa segalanya. Banyak anak, istri, suami, atau kerabat yang protes karena kita terlalu asik ngetwit. Banyak juga yang ditegur atasan karena keseringan ngetwit lupa kerjaan, dan banyak hal serupa lainnya.
Nah, bisa jadi karena keasikan ngetwit ini juga, saat terjadi kebakaran, kita justru lebih memilih ngetwit di kantor kita kebakaran dan lupa menyelamatkan diri. Hal seperti ini pernah saya alami sendiri, saat itu saya masih bekerja di sebuah kantor media di MNC Tower lantai 21.
Saat itu terjadi gempa dan semua orang panik berlari menuruni tangga darurat. Saat bersusah payah menuruni banyak anak tangga, tiba-tiba ada teman yang balik naik ke atas melawan arus. Ketika akhirnya bertemu di bawah saya tanya teman ini.
“Ngapain kamu tadi balik ke atas, bukannya malah cepet-cepet turun,”
Lalu dengan senyum-senyum teman ini menjawab. “Ngambil HP, mau update status dulu,” katanya.
Memang saat itu teman saya tidak update status di twitter karena twitter belum terkenal luas saat itu. Namun intinya sama saja, keasyikan dengan media sosial terkadang membuat kita lupa segalanya. Jangankan orang lain, keselamatan diri sendiri saja sering lupa. Bayangkan saja jika saat itu gempa benar-benar meruntuhkan lantai atas, mungkin teman saya itu sudah lewat.
Lantas kalau sudah begini, saya rasa stiker peringatan kebakaran model baru itu menjadi penting. Peringatan kebakaran yang sebelumnya tampak sebagai bukan peringatan kebakaran biasa, lama-lama menjadi peringatan kebakaran biasa. Dengan kata lain yang sebelumnya tidak lumrah, kemudian menjadi lumrah. Dia tidak lagi hanya berlaku bagi karyawan yang suka ngetwit saja, tapi untuk semua karyawan. Mengingat saat ini mayoritas orang sudah ngetwit dan mengenai jumlah, jelas akan terus bertambah.
Jadi, tertarik membuat dan memasang di kantor anda?
kwkwkwkw…….parah banget deh temen kamu mas. udah gempa masih sempet2nya mikir update status.
Haha iya sit, aku aja yg suka socmed gak segitunya hihi