Dari Ikan Betok Sampai Betok Ken Arok

Saat sedang berselancar di youtube, tiba-tiba muncul video youtuber yang mewawancarai pedagang barang antik yang mengaku punya keris Prabu Anglingdarma. Dia juga mengaku memiliki keris Ken Arok. 

Tapi keris Ken Arok ini bukan keris Empu Gandring yang terkenal itu, melainkan Keris Betok. Sambil dia menunjukkan Keris Betok kelengan berukuran sedang di depan kamera dia mengklaim bahwa dulu Ken Arok selain pesan keris Empu Gandring yang legendaris itu, di saat yang sama kepada Sang Empu juga memesan Keris Betok itu.

Sebelum membahas soal Betok Ken Arok, mari kita bahas dulu soal Keris Betok. 

Betok adalah salah satu dhapur keris yang terkenal dan banyak penggemarnya. Ada Betok yang panjang ada pula yang versi pendek, tapi keduanya sama-sama tidak sepanjang keris lain, dan sama-sama lebar bilahnya.

Keris Betok ini wujudnya gemoy, kalau kata anak zaman sekarang. Mirip wujud ikan, di mana ujung bilah adalah kepalanya dan ganjanya adalah ekornya.

Wajar mirip, karena Keris Betok memang terinspirasi dari ikan. Yaitu Ikan Betok atau Ikan Betik yang nama ilmiahnya Anabas testudineus. Orang Jawa melafalkan agak medok jadi Bethok

Ikan Betok yang hidup di air tawar dan air payau ini banyak hidup di sungai-sungai Nusantara dan negara Asia lainnya. Panjangnya bisa sampai 25 cm dan warnanya hitam kelam atau hijau kehitaman. Tak heran Keris Betok yang berwarna hitam atau kelengan, makin mirip dengan Ikan Betok yang jadi inspirasinya.

Keris Betok di dunia keris banyak dianggap sebagai Keris Tindih. Yaitu keris yang digunakan untuk meredam atau menindih energi (kuat/negatif) keris keris lain. Biasanya yang dipakai jenis Keris Betok tua seperti tangguh Kabudhan, atau tangguh tua lainnya.

Menurut Pak Bambang Harsrinuksmo dalam “Ensiklopedi Keris”, 2004, hal 101; sebagian pecinta keris meyakini bahwa Keris Betok ini baik dimiliki oleh mereka yang memiliki sifat agresif dan suka nekad. Karena dianggap dapat meredam sifaf yang kurang baik itu tadi.

Kepercayaan akan tuah Keris Betok tersebut membuat keris dengan dhapur ini menjadi “marketable”. Lalu sebagaimana hukum pasar, ada demand maka ada suplay, banyak permintaan, maka perlu banyak barang.

Masalahnya, Keris Betok yang beneran tua, apalagi yang beneran dari Era Kabudhan tidak banyak. Makan suplay-nya jelas tidak akan bisa memenuhi tingginya demand.

Mau disuplay pakai keris buatan baru, jelas tidak mau. Karena pasar maunya Betok yang sepuh atau Kabudhan. Lalu muncul “jalan tengah” berupa Betok tua ala-ala.

Yaitu keris Betok buatan baru yang diproses seolah keris tua. Metodenya sudah jadi rahasia umum di kalangan perkerisan, mulai dari ditanam di dalam tanah sampai di dalam sungai. Lalu dilabeli Betok temuan darat atau temuan sungai. Tentu tidak semua keris temuan adalah keris baru yang ditanam, ada juga yang benar-benar keris tua peninggalan masa lalu yang ditemukan.

Ada juga yang ngaku dapat dari tarikan atau menarik dari alam ghaib. Padahal hasil narik atau kulakan dari pengrajin. 

Nah kembali ke Betok Ken Arok tadi. Tak bisa ditentukan secara pasti apakah Betok itu beneran tua atau keris muda yang dituakan, beneran temuan atau temuan hasil tanaman, apalagi hanya dari lihat di video. Tapi yang jelas, keris itu pasti bukan Betok Ken Arok.

Pembuktiannya mudah saja; di sumber kisah Ken Arok dan Empu Gandring yaitu di “Pararaton”, tidak ada catatan Ken Arok memesan Keris Betok. Melainkan hanya satu keris yang dikenal sebagai Keris Empu Gandring itu. Tidak ada pula di sumber sejarah lainnya. Kecuali kalau dari “katanya-katanya”.

Benar saja, Si Bapak di video itu bilang sumbarnya adalah “katanya”. Katanya Kodam kerisnya. Si Bapak mengklaim, Si Kodam yang mengatakan kepadanya bahwa Keris Betok ini punya Ken Arok yang dipesan bareng dengan keris yang satunya.

Tentu ini sebuah cerita atau klaim yang tak masuk akal. Jangankan membuat dua keris, membuat satu keris saja Empu Gandring gagal memenuhi tenggat waktu yang diinginkan Ken Arok. Lha kok malah sempat-sempatnya buat keris kedua yang wujudnya sempurna. Sementara keris pertama saja belum jadi dan diambil paksa Ken Arok dalam kondisi setengah jadi.

Tapi ya begitulah cerita yang banyak di dunia keris. Tujuannya buka masuk akal memang, tapi masuk kantong. Untuk membuat laku barang bisa agar jadi luar biasa, termasuk luar biasa harganya, ya dengan cerita. Cerita yang sering irasional. Irasional gak papa yang penting laku mahal. Tentu dibeli oleh orang yang pakai pertimbangan irasional juga.

Ironisnya di zaman banjir informasi seperti saat ini. Di era socmed, era AI, cerita begitu masih laku. Bahkan laris manis. Barang dengan bumbu bumbu begitu laku. Konten youtube, TikTok, dan socmed lainnya dengan cerita serupa juga ramai sekali. Berbanding terbalik dengan konten edukasi yang bener, baik soal keris maupun soal sejarah, yang kalah ramai bahkan sepi.

Miris memang, tapi demikianlah kenyataannya. Sebuah tangangan besar bagi insan perkerisan yang ingin memberikan pemahaman yang benar. 

Kebetulan saya juga baru saja memahari Keris Betok. Keris Betok mini yang seukuran dengan Ikan Betok yang biasanya kita serok di sungai atau saluran irigasi zaman kecil dulu.

Betok ini harganya relatif murah. Karena dijual apa adanya sebagai keris kamardikan, beda cerita kalau dibumbui cerita atau diklaim sebagai Betok Ken Dedes.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *