Dikira Timo Ternyata Dao

“Akhirnya dapat kendit Timo, setelah berkali-kali tertipu Dao”

Itulah kalimat yang terucap oleh seorang kolektor keris saat mendapatkan warangka Branggah Yogya kayu Timoho Kendit. Sang kolektor sudah sering membeli warangka kendit yang dilabeli Timoho, ternyata belakangan diketahui bahwa itu bukan Timoho tetapi Dao.

Belakangan ini memang banyak muncul kayu bermotif kendit yang kemudian diolah menjadi warangka keris Jawa, baik Yogya maupun Solo. Kayu kendit ini banyak dilabeli sebagai Timo Lombok atau Berore. Tapi sebenarnya itu bukan kayu Timo Lombok melainkan kayu Dao. 

Timo dan Dao ini adalah kayu yang berbeda. Timo atau Timoho yang di Lombok disebut Berore nama ilmiahnya adalah Keleinhovia Hospita. Sementara Dao nama ilmiahnya adalah Dracontomelon Dao. 

Dua kayu dari pohon yang berbeda. Tapi saat jadi kayu apalagi yang motif kendit memang terkadang mirip. Karenanya kemudian kayu Dao banyak dikira Timo atau Timo Lombok.  

Salah kira ini ada yang memang karena tidak tahu, ada pula yang memang karena disengaja. Ada Dao yang sengaja dilabeli Timo karena kendit Timo untuk warangka Yogya lebih bernilai dibandingkan dari kayu lainnya, termasuk Dao. 

Sebenarnya membedakan Timo dan Dao ini tidak begitu sulit. Serat kayu keduanya berbeda. Dao seratnya lebih tebal dan ini menimbulkan banyak garis dan titik saat jadi warangka. Sementara Timo cenderung bersih. Walau ada juga Dao yang seratnya agak bersih sehingga mirip Timo. 

Jika timo latarnya putih, Dao ada yang putih ada juga yang kemerahan. Yang kemerahan ini seringkali juga dilabeli kayu Nagasari, padahal beda pohon. Karena Nagasari itu nama ilmiahnya Mesua Ferrea.

Selain itu, karakter pelet, terutama untuk kendit, antara Timo dan Dao juga berbeda. Timo cenderung ada motif di dalam pelet, atau pelet di dalam pelet, sementara Dao lebih cenderung homogen. Pelet kendit di Dao juga rawan “putus-nyambung” saat digebek ulang karena faktor serat yang berlapis. Kalau di Timo cenderung tembus terus.

Setidaknya itu cara membedakan secara sederhana dari pengalaman saya dan pengetahuan dari teman-teman Lombok. Untuk jelasnya bisa lihat di foto terlampir atau video di youtube saya: https://youtu.be/i6F9hUUvedQ 

Jika ada yang punya tambahan cara membedakan silahkan ditambahkan di kolom komentar.

Bagi saya hadirnya kayu Dao motif kendit ini harusnya dinilai sebagai berkah. Bukan sebagai musibah, sehingga perlu ditutupi dan dilabeli sebagai kayu lainnya.

Mengapa berkah? Karena kendit Dao bisa jadi substitusi kendit Timo yang semakin langka. Seperti kayu Filicium alias Kerai Payung (Felicium Decipiens) yang jadi substitusi Trembalo (Cassia Javanica L.). 

Ya walau seperti kita tahu, banyak juga yang melabeli Filicium sebagai Trembalo. Ada yang karena tidak tahu, tapi ada juga yang memang sengaja untuk mendongkrak harga jualnya. Sebelas dua belas dengan kasus Dao dilabeli Timo.

Jadi kembali lagi, soal kayu yang mirip-mirip ini, di satu sisi bisa jadi berkah; di mana kita bisa mendapatkan bahan warangka alternatif dengan penampakan nyaris sama dengan bahan langka. Di sisi lain jadi musibah kerena bisa jadi kita mendapat warangka dengan bahan yang berbeda dari yang disangka. 

Dikira Timo ternyata Dao, dikira Trembalo ternyata Filicium, Dikira Cendana Wangi Timor ternyata Cendana Jawa diminyaki, dan lain sebagainya.

Bagi saya warangka pelet Kendit mau itu Timo, Dao, atau dari kayu apapun sama bagus dan bernilainya. Secara estetika sama indahnya, secara filosofi kendit juga sama bermaknanya. Jadi tidak akan terlalu kecewa ternyata awalnya warangkanya dikira Timo ternyata Dao.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *