Intifada

Foto Intifada; saat rakyat Palestina yang melawan dengan batu

Foto Intifada; saat rakyat Palestina yang melawan dengan batu

Sembilan Desember 1987 adalah hari yang tak terlupakan bagi rakyat Palestina, dan Israel yang menduduki tanah mereka.

Di hari Rabu itu rakyat Palestina turun ke jalan. Mereka ramai-ramai, serempak merapatkan barisan dan memutuskan untuk melawan. Hari itu bangkit kesadaran untuk berjuang bersama melawan pendudukan Zionis Yahudi yang setelah menjadi negara Israel, semakin menjajah mereka. Mereka yang tertindas dan kehilangan tanah, rumah, dan hak-hak asasi ini pun sepakat untuk menyatukan keberanian dan melawan.

Sebagai orang yang terjajah dan terpinggirkan mereka memang tidak punya apa-apa. Hanya keyakinan, keberanian, dan semangat perlawanan saja yang menjadi modal mereka. Karena itu senjata mereka pun hanya: batu.

Meski yang mereka hadapi adalah Israel yang didukung tentara bersenjata api dan tank, namun mereka tidak gentar. Tua, muda, pria, wanita, sampai anak-anak, turun semua. Memungut batu dan melemparkannya.

Israel makin agresif. Ribuan rakyat Palestina gugur. Ribuan bocah terbunuh, dipatahkan tangannya, dan dibui. Tapi perlawanan terus dilakukan tanpa henti. Mati satu tumbuh seribu.

Saking dahsyatnya, banyak yang menilai ini sebagai perlawanan terdahsyat sejak pendudukan, dan proklamasi negara Zionis Israel tahun 1948. Gerakan perlawanan ini kemudian juga dikenal sebagai “revolusi batu”. Anak-anak Palestina yang melawan juga banyak dijuluki sebagai “children of stone”.

Revolusi batu ini dilatari semangat untuk merebut hak rakyat Palestina untuk merdeka. Mereka yang memutuskan bergerak bersama-sama ini kecewa dengan kelemahan, dan kekerdilan negara-negara Arab di hadapan Israel dan sekutunya. Juga langkah-langkah faksi militer dan politik Palestina yang dinilai gagal dan belum memuaskan.

Apalagi kala itu kemenangan Revolusi Islam di Iran juga menginspirasi umat Islam di mana saja yang masih tertindas untuk melakukan perjuang yang sama. Rakyat Palestina termasuk salah satunya.

Perlawanan terus berlanjut bertahun-tahun. Meski hujan timah panas dan semburan moncong tank berusaha meredam, tapi batu dari tangan dan ketapel rakyat Palestina terus berterbangan. Intifada pertama ini ternyata sangat menggentarkan Israel.

Apalagi itu membuat umat Yahudi teringat dengan kisah Nabi Daud AS (David), saat mengalahkan Jalut (Goliat). Saat itu raja Israel itu mengalahkan Jalut yang jauh lebih kuat dan perkasa dengan batu dan ketapel juga.

Maka akhirnya Intifada pertama ini kemudian berhasil memaksa Israel ke meja perundingan bersama Palestine Liberation Organization (PLO) dan menerima Kesepakatan Oslo tahun 1993. Ini kali pertama Israel mengakui otoritas Palestina dan Yaser Arafat sebagai perwakilan rakyat Palestina.

Intifada kemudian juga menjadi istilah yang kerap digunakan untuk menamai gerakan perlawanan serempak dan penuh keberanian di mana pun. Tidak hanya di Palestina dan dunia arab atau Islam saja.

Ada dialog yang cukup terkenal terkait intifada ini. Sebuah dialog antara seorang wartawan dan bocah Palestina. Entah siapa nama keduanya, tapi doalog mereka ini cukup terkenal:

Kalo itu sang wartawan bertanya apakah si bocah tidak tahu jika batu tidak bisa menandingi dan mengalahkan tank.

Bocah Palestina itu pun menjawab:
“Tugasku hanya berjuang, tugas Allah memanangkan orang yang berjuang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *