Sebenernya males ikutan bahas bumi itu datar atau bulat. Bagi orang yang pernah kuliah kosmologi, bahasan ini udah ketinggalan ratusan abad. Tapi belakangan ini banyak yang pake kata “kaum bumi datar” untuk nyinyiran yang ditujukan pada orang Islam.
Padahal sejak abad 10, ilmuwan Islam sudah menemukan bukti bahwa bumi bulat dan punya itung-itungan metematisnya. Sementara di Barat baru pada abad 16, di Cina baru abad 17. Bahkan sebelumnya orang Cina percaya bumi ini datar dan ada di atas punggung kura-kura.
Lima adab sebelum Nicolaus Copernicus (1473 – 1543) dan Galileo Galilei (1564 – 1642), Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al Biruni (973 -1048) sudah menyatakan bumi bulat, dan berotasi serta mengelilingi matahari (heliosentris).
Kalo teori Copernicus dan Galileo ditentang gereja, bahkan dihukum. Bahkan banyak ilmuwan saat itu yang dihukum mati karena teorinya dianggap bertentangan dengan kitab suci. Ini dikenal dengan Abad Kegelapan.
Lain halnya dengan para ilmuwan Islam. Saat itu Kalifah Bani Abbasiyah Al Ma’mun Ar-Rasyid, mendirikan Baitul Hikmah (House of Wisdom) tempat para ilmuwan berkumpul, melakukan penelitian dan pengkajian berbagai macam bidang ilmu. Kalo di Eropa kitab suci jadi bahan pertentangan sains, di dunia Islam justru banyak ilmu terinspirasi dari ayat-ayat Quran.
Agama dan ilmu memang tidak terpisahkan dalam Islam. Saat wikayah kekuasaan Islam meluas, maka ilmuwannya meneliti soal arah kiblat, peta, dan lain sebagainya. Juga mempelajari perbintangan untuk penentu waktu ibadah, dan sebagainya. Maka lahirlah banyak ahli ilmu geografi, kartografi, astronomi, dan lain-lain.
Di Baitul Hikmah semua ilmu termasuk sains dan filsafat Yunani juga India, dikaji dan disempurnakan oleh ilmuwan Muslim. Saking majunya, saat itu banyak ilmuwan Barat yang berguru ke ilmuwan Islam. Makan dalam sejarah dicatat besarnya sumbangsih peradaban Islam dalam mendorong keluarnya masyarakat barat dari Abad Kegelapan menuju pencerahan (Renaisans).
Bahkan sangat banyak ilmu dari abad keemasan Islam itu yang masih dipakai sampai saat ini. Termasuk dalam ilmu bumi.
Dalam penjelajahan pembuktian bahwa bumi bulat, selama ini yang dikenal Nicolaus Colombus atau Vasco da Gama. Padahal Colombus tidak sampai sampai mengelilingi bumi. Dia justru ingin membuktikan kepercayaan yang jamak saat itu bahwa bumi datar itu salah. Menariknya lagi banyak catatan sejarah pelaut Eropa ini memakai peta dan navigator muslim Arab.
Yang mengelilingi bumi dengan berlayar pertama kali juga bukan bangsa Eropa. Dia adalah armada Cina yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (silahkan baca penelitian Gavin Menzies). Cheng Ho ini orang Islam. Karena itu mungkin dia gak percaya bumi datar dan ada di punggung kura-kura hehe.
Jadi aneh kalau ada nyinyiran “kaum bumi datar” ditujukan pada orang Islam. Mungkin ini karena ada segelintir orang Islam, seperti kaum wahabi tekstualis yang percaya bumi datar.
Dasar argumennya bisanya ayat: “dan bumi sesudah itu dihamparkannya”. Ada yang menerjemahkan “didatarkan”.
Soal itu ada beberapa pendapat. Kelebihan Quran dia terjaga bahas aslinya. Kata yang diterjemahkan “dihamparkan” atau sebagian menerjemahkan “didatarkan” itu adalah “Dhahaha” kata Arab yang berasal dari kata “duhya” yang berarti berbentuk telur.
Namun kalau mau pake kata “dihamparkan”, ahli tafsir Prof. KH Quraish Shihab menjelaskan bahwa dijadikannya bumi ‘terhampar’ bukan berarti Dia (Allah) menciptakan bumi itu datar. Bumi diciptakan oleh Allah memang berbentuk bulat, lalu Ia menciptakan yang bulat itu terhampar bagi manusia, yakni kemanapun melangkahkan kaki mereka akan mendapatkan bumi terhampar.
Kata menghampar misal, sawah yang menghampar, dan lain sebagainya memang lebih kepada konteks luas. Kaum bermodal Quran terjemahan biasanya emang sering gagal faham karena cuma baca terjemahan.
Tapi di kalangan begini juga banyak di agama lain. Bahkan pendukung komunitas flat earth ini mayoritas justru bukan orang Islam. Pendiri “Modern Flat Earth Society” adalah Samuel Shenton dari Inggris tahun 1956 yang kemudian dilanjutkan oleh Charles K. Johnson dari Amerika. Para pengikut-pengikut mereka inilah yang belakangan ini menerbitkan buku, video, dan lain sebagainya yang seolah bukti ilmuah bahwa bumi itu datar.
Saya gak tahu kenapa pendapat yang sudah ketinggalan kereta ratusan abad ini populer lagi. Mungkin karena kebanyakan makan tahu bulat, lalu berkesimpulan bahwa tahu bulat, bumi datar.