Hari ini langit Jakarta terlihat mendung. Entah mengapa di lengangnya ibu kota akibat cuti bersama Idul Adha itu, terbersit keinginan untuk membeli buku. Mau tak mau kupacu sepeda motor untuk menyusuri aspal, yang tak sepanas biasanya, di siang itu.
Tak berapa lama sampai juga aku di toko buku Gunung Agung Kwitang, yang letaknya tak jauh dari tempat kosku. Aku masuk dan mulai mengamati deretan buku di rak-rak dan yang tertumpuk di dalam toko.
Oh iya, sebenarnya hari ini aku masuk kerja, tapi karena tidak ada liputan, aku bisa curi waktu untuk memuaskan hobi lama saat kuliah dulu: berburu buku. Aku sebenarnya sedang mencari buku mengenai dua hari tergelap saat G 30 S. Aku lupa judulnya.
Namun, saat sedang mengamati rak majalah, kulihat sebuah buku mungil, terbitan Intisari, yang biasa menerbitkan majalah, dengan judul: 136 Incredible Coincidences (136 Kebetulan yang Menakjubkan) karangan Vikas Khatri.
Buku itu memikat karena pertama covernya cukup menarik. Merah, putih, kuning, bergambar Hitler dan Chaplin. Walau ada pepatah yang berbunyi don’t judge a book by its cover, tapi menurutku sekian persen menarik atau tidaknya buku juga dipengaruhi oleh covernya. Tapi yang membuatku membeli buku yang dibandrol Rp25 ribu itu juga karena isinya yang terlihat menarik.
Sore harinya aku pergi ke kantor untuk kerja. Sebagai seorang wartawan, tidak ada alasan tidak dapat berita walau hari libur, tidak ada liputan. Singkat cerita, tiga berita by phone berhasil kubuat. Lalu kubuka buku Kebetulan yang Menakjubkan itu, kubaca dengan seksama.
Isinya memang sangat menarik. Cerita yang dikumpulkan dari berbagai dunia tentang berbagai kebetulan dalam kehidupan dari berbagai orang. Ada Louis XVI yang selalu naas di tanggal 21, Ronald Reagan yang selalu berhubungan dengan angka 7, dan kisah menarik lainnya.
Ternyata kebetulan juga singgah dalam diriku. Aku ingat bahwa aku juga mengalami kebetulan yang menakjubkan dalam hidupku. Begini jelasnya: aku dan kakak perempuanku kebetulan lahir dalam tanggal dan bulan yang sama yaitu 11 Juli. Kakakku lahir tanggal 11 Juli 1981 dan aku lahir tepat setahun kemudian (11 Juli 1982).
Terlepas apakah disengaja oleh orang tua kami atau tidak, nama depan kami sama: Dian. Kakakku; Dian Anggraeni S., aku; Dian Widiyanarko. Bukan itu saja, kami sering mengalami kejadian yang sama. Aku dan kakakku saat SD selalu rangking satu, SMP di SMP yang sama SMP 1, SMA beda kabupaten, tapi sama-sama SMA 1. Kuliah sama-sama di UGM.
Saat kuliah, pernah aku kehilangan sepatu dicuri orang, berapa hari kemudian kakakku mengalami hal yang sama. Kakaku pernah sakit gigi karena gigi gerahamnya mau tumbuh, samapi dibedah. Anehnya, akau yang tidak ada masalah dengan gigi, kebetulan juga mengalami sakit yang sama. Banyak lagi kejadian lain, yang juga sama kita alami. Berbagai kejadian kebetulan itu tak mungkin cukup jika ditulis di sini.
Aku bahkan pernah mencintai orang yang nama depannya Dian. Nama belakangnya juga disingkat W. Dia lahir tanggal 22 Januari (11+11= 22), saat itu aku juga lagi seneng mendengarkan lagu Iwan Fals, dan kebetulan ada lagu 22 Januari.
Selain itu, aku juga punya tiga (mungkin lebih) teman wartawan yang namanya Dian. Dian Wahyudi (cowok, Jawa Pos), Dian Permata Putra (cowok, Rakyat Merdeka), ada juga Dian cewek dari Warta Kota.
Dulu aku pernah ngefans sama seorang artis yang lagi beken waktu itu, Dian Sastro. Selain nama depan kami sama, ternyata kami juga sama-sama kuliah filsafat. Saat aku baru jadi wartawan, Dian Sastro sedang membintangi sinetron pertamanya Dunia Tanpa Koma, di mana Dian berperan sebagai wartawan juga.
Bukan itu saja, saat asik membaca buku Kebetulan yang Menakjubkan yang baru kubeli itu, aku berhenti dan ingat bahwa aku juga memiliki kebetulan yang menakjubkan, saat aku membaca halaman 7. Ingat, aku lahir di bulan Juli, bulan ke 7. Kebetulan yang menakjubkan, tak hanya kubaca, tapi kualami sendiri. Bagaimana dengan anda?(*)