Saat ngubek-ubek postingan lama di Facebook, saya nemu tulisan lama saya yang saya post di “Note”. Tulisan singkat “Berebut (Massa) Gus Dur ini adalah tulisan saat saya masih jadi wartawan di Harian Seputar Indonesia (SINDO) tahun 2008. Kala itu lagi rame-ramenya dunia politik menjelang pemilu. Karena biasa meliput KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), maka saya menulis tulisan tentang beliau.
Tulisan ini kemudian menjadi penting bagi saya. Bukan karena tulisannya, namun karena dampaknya. Gara-gara tulisan ini, saya dipanggil Gus Dur untuk menghadap. Kalau tidak salah, dua hari setelah tulisan terbit.
Saya dipanggil melalui Mas Bambang, asisten Gus Dur yang biasa menghubungkan beliau dengan media. Awalnya saya sempat kaget, ada apa kok Gus Dur memanggil saya. Rupanya beliau membaca tulisan saya dan ingin mengapresiasi. Wah, gak nyangka saya. Lalu saya pun meluncur menemui Gus Dur.
Sesampainya di ruangan Gus Dur di lantai 1 Gedung PBNU, saya lalu ngobrol berdua dengan beliau. Selain ngobrol ringan, saya juga manfaatkan untuk wawancara dengan beliau. Mumpung ketemu sendirian, aji mumpung banget hehe.Tak lupa foto-foto juga, sayang saya gak bawa camera,cuma bawa HP Nokia dengan camera resolusi kecil. Tapi tak apa tetap bisa jadi bukti dan kenangan.
Kita ngobrol dan membahas banyak hal, termasuk tentang PKB. Kebetulan saya juga peliput partai yang didirikan Gus Dur itu, dan kebetulan juga saat itu PKB berkonflik dua kubu, kubu Gus Dur dan Muhaimin Iskandar. Tak seperti media lainnya yang tiap kubu wartawannya berbeda, saya meliput di dua kubu sekaligus.
Saat ngobrol, Gus Dur yang duduk di kursi pijat kesayangannya sesekali sambil minum teh poci. Saya sempat menulis wawancara itu, di luar pembicaraan yang off the record. Tapi karena di koran, saya kehilangan filenya. Rekamannya saya simpan, namun tercampur baur dengan banyak sekali rekaman digital saya.
Karena itu, saat menemukan kembali tulisan kenangan ini saya senang sekali. Agar tidak lenyap lagi, maka saya simpan saja di blog ini. Ini dia tulisannya. Jadi kangen meliput Gus Dur lagi.
Berebut (Massa) Gus Dur
Mantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) seolah tak pernah absent menghiasi jagad perpolitikan nasional. Setelah ramai menjadi perhatian karena konfliknya dengan Muhaimin, kali ini Gus Dur ramai menjadi perhatian terkait capres.
Para capres yang akan berlaga di 2009, ramai-ramai mendatangi pendiri PKB itu. Mulai dari Yusril, Soetrisno Bachir, sampai yang terbaru Prabowo. Tak hanya itu, Partai Persatuan Daerah (PPD) juga mendekatinya. Bahkan mengangkat Gus Dur menjadi anggota dewan penasehat.
Babak baru kisah Gus Dur itu jika dilihat sepintas seolah tak ada kaitannya dengan konflik PKB antara kubunya dengan kubu Muhaimin. Namun kalau ditelisik lebih jauh tenyata ada kaitannya.
Hal ini terlihat dari alasan mereka yang mendakati Gus Dur itu. Mereka dengan gambling beralasan perlu merangkul mantan Ketua Umum PBNU itu agar mendapat dukungan dari massa Gus Dur.
Wakil Ketua Umum PPD Adhi M Massardi bahkan secara gamblang mengatakan dengan merangkul Gus Dur maka partainya bisa menjadi alternatif PKB kubu Gus Dur untuk menyalurkan dukungannya. Mantan Juru Bicara Gus Dur ini menimbang massa Gus Dur sangat potensial untuk membesarkan partai paying yang dipimpinnya.
Ungkapan itu, setali tiga uang dengan Prabowo dan capres lainnya yang mendekati Gus Dur. Maka tak ayal lagi dalam pemilu nanti Gus Dur atau massa Gus Dur akan menjadi rebutan di antara mereka.
Bagaimana dengan PKB? Ternyata ketika pihak luar memperebutkan Gus Dur partai yang didirikan Gus Dur itu saat ini justru sedang belajar meninggalkan “ketergantungan”nya dengan figure Gus Dur.
Apalagi setelah Gus Dur sendiri melarang PKB yang dipimpin Muhaimin menggunakan gambar, foto, dan segala yang berhubungan dengannya untuk digunakan kampanye dan kegiatan PKB.
Mereka juga optimis tanpa Gus Dur suara tidak akan banyak merosot. Optimisme ini sering diungkapkan Sekjen PKB Lukman Edy. Dia berdalih sistem baru partai akan menggantikan ketergantungan pada tokoh. Kalaupun ada kemerosotan suara, itu hanya sedikit dan bisa segera diatasi.
Maka, dalam babak baru perpolitikan Gus Dur ini ada hal yang menarik. Di satu sisi pihak luar PKB berebut Gus Dur karena dinilai memiliki pendukung besar yang berpotensi menyumbang suara bagi para kandidat yang memperebutkanya.
Namun di sisi lain, di PKB sendiri mulai melepas sang Ketua Umum Dewan Syuro pergi. Mereka menilai tanpa Gus Dur tak akan berkurang suara partai.
Nah, lalu siapa yang benar? Masih berpengaruhkan Gus Dur? Masih besarkan suaranya seperti yang diprediksi pihak yang mendekatinya, atau sudah tak bersuara seperti yang diungkapkan kubu Muhaimin? Pemilu 2009 yang akan menjawabnya. Namun yang pasti berebut Gus Dur atau massa Gus Dur menjadi episode menarik menjelang pemilu ini.