Mimpi melihat tim nasional tampil di Piala Dunia rupanya tak hanya milik masyarakat penggila bola saja. Melihat negaranya tampil di ajang sepak bola paling bergengsi itu ternyata juga menjadi mimpi para kepala negara.
Presiden SBY misalnya menyatakan secara terbuka mimpinya melihat Tim Nasional Indonesia berlaga di Piala Dunia. Apalagi selama ini SBY melihat koleganya sesama kepala pemerintahan bersuka cita melihat tim mereka berlaga di Afrika. Sementara Tim Indonesia, di Asia saja tidak berdaya.
Jika kita menyaksikan pertandingan Jerman melawan Argentinya lalu, terlihat di bangku VVIP kepala pemerintahan Jerman Kanselir Jerman Angela Merkel, menonton Tim Panser berlaga. Saat Jerman menyarangkan gol, Angela terlihat bersuka cita. Apalagi kemudian Jerman bisa menggunduli Argentina empat gol tanpa balas.
Rupanya hal itu membuat iri Pak SBY. Dia mengaku iri dengan sahabatnya itu yang terbang langsung ke Afrika Selatan dan menyaksikan timnya bermain bangus dan menang telak. Ya, Angela adalah salah satu pemimpin negara yang layak berbangga dalam Piala Dunia kali ini.
Sementara SBY, hanya bisa menonton Piala Dunia dari layar kaca. Tim yang dijagokan pun adalah tim negara lain. Sialnya lagi, tim yang dijagokan SBY semuanya pulang kampung alias kalah. Tim yang dijagokan SBY itu antara lain Brazil dan Argentina. Argentina bahkan dibantai di hadapan Angela.
Rasa iri Presiden SBY pun berubah menjadi rasa kecewa saat melihat tim sepak bola Indonesia. Ternyata kastanya masih sangat rendah. Jangankan main di level dunia, main di Asia Tenggara saja masih kedodoran.
Maka dalam “curhat colongan” yang disampaikannya sebalum Rapat Kabinet Terbatas di Kantor Presiden (5/7) dia juga menyatakan kegeramannya atas prestasi bola Indonesia dan meminta pihak terkait berusaha menaikkan kasta bola Indonesia. Dia meminta agar dilakukan dengan sungguh-sungguh, sebab jika tidak sampai kapan pun tidak akan bisa.
“Kalau tidak kongkrit, sampai lebaran kuda akan begini terus,” katanya.
Kalimat tersebut layak digaris bawahi sebab ada point penting di sana. Dengan mengatakan “kalau tidak kongkrit”, SBY menekankan bahwa selama ini apa yang dilakukan PSSI tidak pernah kongkrit sehingga sepak bola Indonesia seolah jalan di tempat. Itulah makanya SBY memakai kata “lebaran kuda”.
Lebaran kuda bisa diartika sebagai ekspresi marah atau kesal SBY. Bisa juga untuk menunjukkan jalan ditempatnya sepak bola Indonesia. Sebab lebaran kuda tidak akan pernah ada, yang ada adalah lebaran kambing yang datang tiap tahun.
Saking gemesnya SBY dengan sepak bola Indonesia, dia mengaku saat lawatannya ke luar negeri baru-baru ini dia menyempatkan mencari pelatih yang bagus. Dia berharap nantinya pelatih yang bagus akan dapat menyulap sepak bola Indonesia menjadi tangguh dan naik kasta.
SBY bahkan akan segera membicarakan dan mencari solusi kongkrit dari persoalan ini dengan Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) Nurdin Halid dan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Rita Subowo. Bahkan, juga meminta Tim Indonesia bisa meraih emas dalam Sea Games tahun 2011. Apalagi Indonesia menjadi tuan rumah.
“Wajib hukumnya di papan atas Asia Tenggara. Di Sea Games tahun 2011, tuan rumahnya kita. Menko Kesra tolong dengarkan aspirasi rakyat. Saya serius ini,” kata SBY.
Keseriusan presiden ini layak kita apresiasi, meskipun mungkin pemicunya adalah rasa iri pribadi. Namun bagaimanapun ini satu modal baik. Paling tidak ada niat baik dari kepala negara untuk memperbaiki sepak bola. Instruksi pemimpin tertinggi negeri ini harusnya bisa membuka hati para pejabat PSSI dan pemian Tim Nas Indonesia untuk berbenah diri. Jika tidak dilakukan, maka kasta bola Indonesia akan terus di papan bawah, dan benar kata Pak SBY, sampai lebaran kuda tidak akan kita lihat Tim Indonesia di Piala Dunia.