Suatu waktu di Kota Madinah, ada seseorang pria yang memiliki banyak pohon kurma. Salah satu pohon kurmanya bercabang, keluar pagar dan masuk ke rumah tetangganya. Maka jika hendak memetik buahnya, dia harus masuk dari pekarangan rumah tetangganya.
Tetangga pria itu adalah seorang lelaki yang saleh, namun miskin dan punya banyak anak. Anak-anak lelaki ini selalu menunggui saat si pria pemilik kurma datang untuk memetik kurma. Bocah-bocah miskin ini lalu memunguti buah kurma yang jatuh.
Melihat buah kurmanya yang jatuh dipungit bocah, pria pemilik kurma segera turun dari pohon dan merampasnya. Tidak cuma kurma di tangan anak-anak yang diambil kembali, bahkan kurma yang sudah masuk mulut bocah pun akan dirogoh untuk diambil paksa, saking pelitnya si pria pemilik kurma.
Melihat apa yang dilakukan pemilik kurma pada anaknya, lelaki miskin mengadu kepada Nabi Muhammad SAW, dan menceritakan kepada beliau sikap dari pemilik buah kurma tersebut.
Rasulullah sebagai pemimpin kemudian tampil menjadi penengah dan akan menyelesaikan masalah tersebut secara adil dan bijak.
“Sekarang mari kita berangkat,” ujar Rasulullah mengajak lelaki miskin ke tempat pria pemilik kurma.
Ketika berjumpa pria pemilik pohon kurma, Nabi berkata kepadanya:
“Berikanlah kepadaku pohon kurmamu yang cabangnya berada di pekarangan rumah si lelaki ini, maka engkau akan mendapatkan gantinya sebuah pohon kurma di surga nanti”
“Bisa saja aku memberikannya, tapi sesungguhnya aku banyak memiliki pohon kurma, ternyata tiada suatu pun darinya yang buahnya lebih aku sukai daripada buah pohon kurma yang ini.” kata pria pemilik kurma menolak penawaran Nabi.
Rasulullah tidak bisa memaksa si pria, maka beliau pun pergi. Namun segera dicegat seseorang yang kebetulan mendengar pembicaraan Nabi dan pemilik kurma tadi.
“Wahai Rasulullah, jika pohon kurma itu aku ambil dan telah menjadi milikku, dan aku berikan kurma itu kepada engkau, apakah engkau akan memberiku sebagai gantinya sebuah pohon kurma di surga?”
“Ya,” jawab Rasulullah.
Orang ini kemudian mendatangi pria pemilik kurma. Dia berniat membeli pohon kurma yang cabangnya ke rumah lelaki miskin. Namun pria pemilik kurma tidak mau karena amat sayang pada pohon kurmanya. Kecuali jika diganti dengan sesuatu yang berarti, atau lebih mahal.
“Lalu berapakah jumlah yang engkau inginkan sebagai gantinya?,” tanya orang itu.
Pria pemilik kurma itu meminta 40 pohon kurma sebagai ganti satu pohon kurma miliknya. Orang yang berniat membeli ini agak protes karena merasa digetok pria itu. Tetapi pada akhirnya dia setuju dengan hal itu.
“Baiklah, aku ganti satu pohon kurmamu itu dengan empat puluh pohon kurmaku.”
Lalu si pria meminta saksi dari orang-orang atas pertukaran ini dan singkat kata satu pohon kurma pria kikir itu telah ditukar dengan 40 pohon kurma seseorang yang baik hati.
Selesai menukar 40 pohon kurmanya dengan satu pohon kurma, orang ini kemudian pergi menghadap Nabi Muhammad SAW.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya pohon kurma yang condong ke dalam pekarangan rumah si lelaki itu telah menjadi milikku, maka aku berikan ia kepadamu.”
Kemudian Rasulullah pergi menjumpai lelaki miskin yang banyak anaknya itu dan memberitahu bahwa mulai sekarang pohon kurma itu sudah bukan milik pria tetangganya namun sudah jadi milik si lelaki dan anak-anaknya, atas kebaikan seseorang tadi.
Setelah kejadian ini, Allah SWT menurunkan Al Quran surat Al Lail ayat 1 sampai 11:
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik , maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan)yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.”
Kisah yang diceritakan Sahabat Nabi Ibnu Abbas ini dicatat Ibnu Abu Hatim dan jadi penjelas dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir tentang tafsir Surat Al Lail ayat 1 sampai 11.
Begitulah, bagi pria yang kikir bin bakhil, surga tidak menarik baginya dan menurutnya satu pohon kurmanya lebih berharga. Padahal pohon kurma, hartanya, tidak abadi dan tidak akan dibawa mati.
Sementara bagi seseorang baik hati yang dermawan, surga itu begitu berharga sehingga dia rela menukar dengan 40 pohon kurma miliknya, yang merupakan sesuatu yang sangat besar dan mahal kala itu. Sebab dia tahu sebanyak apapun harta di dunia ini tidak abadi dan tidak berarti dibanding surga yang penuh kebabagiaan dan penghuninya kekal abadi di dalamnya.
“Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.
Sesungguhnya ini (juga) terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” (Al Quran Surat Al A’la ayat 16-19)
Jadi mana yang mau kita tiru? Si pria kikir yang menolak surga hanya karena sebatang pohon kurma, atau orang dermawan yang masuk surga karena 40 batang pohon kurma?