Menelpon Istri Saat Maut Menjemput

foto: AP photo

Wanita itu tampak gelisah dan terus bertanya-tanya pada petugas di
sekitar Pusat Grosir Metro Tanah Abang. Wanita berkerudung yang
bernama Muslimah itu datang dari kwitang bersama bebarapa kerabatnya
untuk mencari adiknya Kurdi yang hilang sejak runtuhnya bangunan
tambahan di pusat pertokoan itu.

Muslimah memutuskan mendatangi lokasi karena yakin Kurdi adalah salah
satu korban. Dia sudah berkeliling ke berbagai rumah sakit di Jakarta
namun tak juga menemukan adiknya.

Kurdi sendiri adalah penjual kopi keliling yang setiap hari mangkal di
lokasi bencana yang memang menjadi lokasi Favorit para pekerja dan
pedagang berkumpul. “Dia jual kopi di sana setiap hari, kemaren
ebrangkat pagi,” ujar wanita asal Madura yang kurang lancer berbahsa
Indonesia itu.

Namun keyakinan bahwa Kurdi menjadi korban bukan hanya karena pemuda
berusia sekitar 28 tahun itu biasa mangkal di sana. Tetapi karena
kurdi sempat menelpon istrinya yang ada di Madura sebelum tewas
tertimpa.

Dari pengakuan istri Kurdi yang dituturkan Muslimah, pagi itu Kurdi
menelpon istrinya dan memberitahukan bahwa tidak bisa mengirimkan
uang. Melalui sambungan telpon Kurdi juga berkeluh kesah bahwa alasan
tidak bisa mengirimkan uang karena baru saja kehilangan harta bendanya
karena dicuri.

Tanpa disadari saat menelpon istrinya itu bangunan tambahan yang ada
di atasnya ambruk dan menimpa Kurdi dan orang-orang di sana. Maut pun
menjemput Kurdi saat sambungan telponnya dengan istrinya masih aktif.

Kontan saja istrinya yang ada diujung telepon kaget dan histeris.
“Lalu telponnya mati, ditelpon lagi sudah tidak bisa,” tutur Muslimah.

Lalu istri Kurdi memberitahukan hal itu pada Muslimah dan kerabat lain
di Jakarta. Maka mereka segera mencari di lokasi bencana. Namun jasad
kurdi tak ditemukan di antara para korban. Hanya termos dan alat
jualan Kurdi saja yang tersisa di lokasi.

Pancarian pun dilanjutkan dengan bantuan kerabat dan tetangga ke
berbagai rumah sakit rujukan. Hasilnya nihil. Maka mereka pun kembali
ke lokasi dan menanyakan kejelasan nasib Kurdi.

Penarian mereka ke lokasi tidak sia-sia, sebab saat evakuasi ulang
Kurdi ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Muslimah dan
kerabat perempuannya sempat histeris saat melihat bahwa mayat itu
memakai baju biru. Mereka masih hafal betul itu baju terakhir yang
dikenakan Kurdi ketika berangkat berjualan ke lokasi.

Muslimat tak sendirian, Haji Iyan Royani juga mengalami hal yang sama.
Lelaki berusia 65 tahun itu juga datang pagi-pagi ke lokasi untuk
mencari menantunya yang masih hilang.

Iyan mengatakan menantunya Mubasirin diperkirakan masih tertimbun di
sisa reruntuhan. Sebab sudah dicari diberbagai rumah sakit Mubasirin
tidak ditemukan.

Keyakinan Mubasirin ikut menjadi korban adalah karena Motor Yamaha Mio
B 6243 BRT miliknya masih ada di lokasi. Keyakinan makin kuat saat
kunci motor masih menempel di motor tersebut.

Mubasirin sendiri merupakan pengusaha konveksi yang saat kejadian
mengirimkan hasil produksinya ke pusat grosir tersebut. “Sampai malam
ditungguin istrinya tapi belum pulang-pulang,” ujarnya.

Adik Mubasirin Rifai mendapat firasat bahwa kakaknya kena musibah.
Sebab saat menjahit baju tiga jarum selalu patah. Apalagi kemudian
mendapat kabar ada bangunan ambruk di lokasi Mubasirin biasa
membongkar muat barangnya.

“Di telpon sudah tidak aktif lagi,” kenangnya.

Lalu semua tetangga dan kerabat Mubasirin berpencar mencari namun tak
menemukan di semua rumah sakit dan kamar mayat. Karena itu mereka
kembali ke lokasi dan meminta evakuasi lagi bersama tokoh masyarakat
setempat.

Akhirnya Mubasirin ditemukan tewas setelah tim Damkar menggali sedalam
sekitar dua meter. Bahkan pengusaha konveksi itu masih mengenakan helm
saat menghembuskan nafas terakhirnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.