Alkisah, saat Nabi Sulaiman AS (King Solomon) sedang duduk bersama beberapa tamunya di istana megahnya. Dia melihat seorang lelaki tamunya terlihat resah gelisah.
Nabi Sulaiman lalu bertanya apa gerangan yang membuat tamunya itu resah, apakah ada yang kurang dari jamuannya? Si tamu menjawab tidak ada yang kurang dari jamuan sang raja.
“Kalau begitu, apa yang merisaukan hatimu. Mungkin aku bisa membantumu mencarikan jalan keluarnya?” kata Nabi Sulaiman menawarkan bantuan.
Lelaki itu kemudian mengatakan pada Nabi Sulaiman bahwa yang merisaukannya adalah sosok misterius yang sedari tadi melihatnya dengan tajam, namun saat dia melihat balik, sosok di sudut istana itu menghilang.
Nabi Sulaiman kemudian memberitahu lelaki itu bahwa yang memperhatikannya tadi adalah Izrail, sang malaikat pencabut nyawa.
Mendengar jawaban itu, si lelaki kaget dan ketakutan. Dia yakin malaikat ini datang untuk mencabut nyawanya.
Maka lelaki ini kemudian meminta bantuan Sang Nabi untuk upayanya yang hendak lari dari mati.
“Selamatkan aku dari cengkeramannya.”
“Bagaimana caranya aku bisa menyelamatkanmu?” tanya Sang Nabi.
Lelaki itu tahu bahwa Nabi Sulaiman menguasai angin dan bisa memerintahkannya untuk apa saja. Maka dia meminta Sang Nabi untuk memerintahkan angin agar membawanya lari terbang ke India, negeri nun jauh di sana.
“Dengan begitu dia akan kehilangan jejakku, dan tidak akan bisa menemukanku,” kata lelaki itu.
Nabi Sulaiman kemudian memerintahkan angin untuk menghantarkan lelaki itu sampai ke India. Dalam waktu sekejap saja angin melaksanakan tugasnya, dan si lelaki lenyap dari hadapan Nabi dan sampai di tujuanya di negeri India.
Ternyata sesampainya di India, malaikat maut justru mencabut nyawa lelaki itu. Lelaki itu pun mati.
Setelah mencabut nyawa lelaki itu, malaikat maut datang ke istana Nabi Sulaiman. Melihat Izrail datang, Sang Nabi yang penasaran bertanya kepadanya.
“Mengapa tadi anda terus memperhatikan dengan tajam tamu saya?”
Malaikat maut menjawab, itu dilakukannya karena dia bingung dan heran. Karena Allah SWT memerintahkannya mencabut nyawa lelaki itu di India, sementara lelaki itu sedang berada di istana Sulaiman yang sangat jauh jaraknya dengan India, tempat di mana seharusnya lelaki itu mati.
Tetapi yang lebih mengherankan dia lagi adalah, tiba-tiba lelaki itu berada di India, karena ada angin yang menerbangkannya. Maka akhirnya lelaki itu pun menemui ajalnya di lokasi sesuai perintah Allah SWT kepada Izrail.
Padahal tujuan lelaki itu terbang ke India adalah untuk lari dari mati. Tak disangka, dia justru mempermudah jalan menuju mati.
Kisah lelaki yang coba lari dari mati di zaman Nabi Sulaiman itu memberikan pelajaran yang berharga bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat dielakkan dan upaya lari darinya hanyalah upaya yang sia-sia belaka.
Kematian akan datang kepada siapa saja yang hidup di dunia ini. Sebagaimana janji Allah SWT yang diulang-ulang di dalam Al Quran bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati.
Sekuat apapaun, sehebat apapun, secanggih apapun cara untuk lari darinya, jika ajal sudah datang maka kematian tidak bisa dihindarkan. Tak ada cara untuk lari darinya.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapati kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS. An-Nisa: 78)