Nasib Korea Utara: Tragedi Kolombia atau Argentina?

Foto: AFP

Foto: Gol bunuh diri escobar (AFP)

Korea Utara kembali membuat cerita di Piala Dunia Kali ini. Namun kali ini cerita dari tim negeri ginseng itu bukan cerita heroic seperti saat mereka berhasil membobol gawang Brazil. Kali ini ceritanya adalah cerita tragis, setelah gawang mereka dibobol Portugal tujuh kali tanpa balas.

Saat itu yang terbayang di benak saya bukan bagaimana perasaan atau apa yang dipikirkan Ronaldo dan kawan-kawan setelah pesta gol dan membuat rekor. Tapi yang terpikir pada saya adalah bagaimana perasaan dan apa yang ada di pikiran pemaian Korea Utara. Bagaimana nanti mereka mempertanggungjawabkan hal itu di negerinya.

Banyak kawan saya yang mengatakan kasihan Korea Utara, bukan hanya soal banyak kebobolan tapi juga soal keselamatan. Jangan-jangan nanti sampai di negerinya mereka kena murka Pemimpin negara Komunis itu, Kim Jong-Il. Jangan-jangan sampai di negerinya nanti mereka akan dieksekusi mati karena dianggap memalukan negara.

Hal itu mungkin sekali terjadi di Korea Utara. Mengingat negara itu sistemnya otoriter dan tertutup. Jangankan yang bikin malu negara. Para pelintas batas saja banyak yang dieksekusi karena dianggap berkhianat.

Apalagi tragedi akibat kekalahan di Piala Dunia juga sering terjadi. Kekalahan atau kesalahan di lapangan hijau sering dibayar mahal, bahkan sampai dengan melayangnya nyawa. Kolombia dan Argentinya adalah negara yang pernah mengalami tragedi ini.

Tragedi Kolombia adalah tragedi akibat kekalahan di Piala Dunia yang paling terkenal. Tragedi ini berawal saat pemaian Kolombia Andreas Escobar melakukan kesalahan saat bertanding melawan Amerika Serikat. Di pertandingan Piala Dunia 1994 itu, Escobar melakukan gol bunuh diri yang membuat timnya kalah.

Escobar pun membayar mahal untuk kesalahannya itu.  Dia tewas ditembak oleh Humberto Munoz Castro. Si pembunuh yang menjagokan Kolombia itu menghujani Escobar dengan 12 peluru sambil meriakkan kata “Goool!” setiap satu tembakan. Munoz ditangkap pada Juni 1995 dan divonis 43 tahun penjara.

Tragedi lainnya dialami Argentina. Bedanya tragedi yang juga disebabkan Piala Dunia ini tidak dialami oleh pemiannya tapi dialami oleh Presidennya. Presiden yang bernasib sial gara-gara Piala Dunia itu adalah Presiden Irigoyen.

Irigoyen dikudeta gara-gara Tim Tango kalah 2-4 dari tuan rumah Uruguay di final Piala Dunia 1930.  Sebenarnya saat itu, Argentina sudah sempat unggul 2-1 atas tuan rumah di babak pertama. Namun kemudian Uruguay mampu membalikkan keadaan dan mencetak tiga gol. Maka kalahlah Argentinya dan lengserlah presidennya.

Sementara Presiden Argentina dikudeta, di Uruguay justru sebaliknya. Negara itu bersuka cita dengan kemenanganya. Hari kemanangan itu dijadikan sebagai hari libur nasional.

Lalu bagaimana nasib Korea Utara, apakah dia akan mengalami tragedi Kolombia atau Argentina? Mari kita bahas satu-satu.

Untuk mengalami tragedi Argentinya sepertinya mustahil. Agak susah membayangkan penduduk Korea Utara marah akibat kekalahan itu dan melampiaskan dengan mengkudeta Kim Jong-Il. Lebih masuk akal jika Kim yang marah kepada pemain bolanya yang menunjukkan kelamahan negara yang justru berusaha kuat dengan Rudal Taepodong nya itu.

Kalau Tragedi Kolombia? Nah, yang ini mungkin terjadi. Tapi bedanya kalau di Kolombia yang mengeksekusi pemain adalah suporter, kalau di Korea Utara yang mengeksekusi pemerintahnya. Tapi mudah-mudahan hal itu tidak terjadi. Mudah-mudahan kekalahan telak di Piala Dunia kali ini dijadikan momen perbaikan dan melahirkan tim yang lebih tangguh. Semoga tak ada lagi tragedi-tragedi karena Piala Dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *