Salah satu topik yang kerap dibahas di dunia keris adalah pamor meteor (yang benar sebenarnya meteorit, meteor itu saat belum jatuh. Tapi karena dikenal umum di dunia keris meteor maka kita pakai kata ini). Ada yang menganggapnya istimewa, ada pula yang menilai biasa aja.
Yang menganggap istimewa menilai meteor adalah benda dari angkasa yang pas untuk filosofi Bopo Angkoso dan Ibu Bumi. Lalu dipercaya memiliki tuah ini itu, dan lain sebagainya.
Sementara yang menganggap biasa saja karena toh komposisinya besi dan nikel juga. Selain juga banyak yang menilai filosofi Bopo Angkoso dan Ibu Bumi untuk pamor meteor itu sebenarnya hadir belakangan pasca pemakaian pamor dari Meteor Prambanan.
Terlepas dari perdebatan itu, saya sendiri yang suka membuat keris baru, sudah lama ingin bereksperiman membuat keris dengan pamor dari meteor. Namun selama ini hanya berakhir dengan mengumpulkan meteornya saja.
Selain kendala dana, juga karena untuk mencari siapa penempanya adalah PR tersendiri. Sebab banyak yang cerita membuat keris dengan membawa bahan pamor meteor, tetapi tidak ditempa oleh empunya dan diganti nikel. Ini sudah jadi rahasia umum di dunia keris, yang diinformasikan para senior, sering dibahas atau disindir di forum-forum, serta dari pengalaman langsung beberapa teman.
Sampai Akhirnya saya kenal dengan Empu Godho dari Besalen Brojo Aji, Yogyakarta. Dari penilaian saya, reputasinya, serta testimoni banyak pihak, beliau adalah orang yang amanah. Maka saya pun mantab memilih beliau dan berdikusi soal penempaan pemor meteor ini.
Sebelumnya Empu Godho sendiri sudah banyak menempa meteor, namun bisanya dicampur nikel karena pelanggan membawa bahan meteornya hanya sedikit. Maka untuk pertama kalinya saya beri orderan yang full meteor atau tidak memakai campuran nikel.
Saya sendiri menyiapkan bahan dari Meteor Aletai atau Altay. Ini adalah meteor yang jatuh di Perfektur Altay, Xinjiang, China. Meteor ini saya pilih karena harganya yang relatif lebih murah dari meteor yang populer dijadikan bahan pamor keris yaitu Campo del Cielo.
Apalagi banyak yang menjual Aletai yang berupa potongan-potongan sisa produksi perhiasan. Untuk diketahui, di China, meteor banyak dibentuk jadi liontin, cincin, dan hiasan lainnya. Serpihan sisa potongan atau produksinya ini yang dijual dengan harga yang relatif murah. Ditambah lagi China memiliki sistem gratis ongkir internasional yang sampai saat ini belum bisa ditiru negara lain. Jadi semakin terjangkau, dibandingkan beli dari Amerika yang ongkirnya saja lumayan mahal.
Bagi saya membeli serpihan tidak masalah. Karena dari potongan malah akan kelihatan pola Widmanstätten yang menjadi ciri khas meteor asli. Toh sepihan ini akan dilebur dan ditempa juga pada akhirnya.
Kemudian pada Empu Godho saya berikan bahan hampir 200 gram. Bahan segini sebenarnya masih relatif kurang untuk keris ukuran normal. Jika dipaksakan hasilnya pamor tidak akan penuh. Idealnya kata beliau 500 gram. Saya pernah tanya dr. Karta yang juga sering menempa meteor di besalen pribadinya, memang bahan meteor yang digunakan di atas 300 gram.
Dari sana saya jadi ingat pernah ada yang mengklaim kerisnya berpamor full meteor dan pamornya kebak, dan bilang hanya memakai 100 graman meteor. Ini jelas tidak mungkin, dan ada dua kemungkinan: benar pakai 100 graman meteor tapi dicampur nikel, atau meteornya tidak ditempa empunya diganti nikel semua dan dia tidak tahu.
Meteor Aletai yang saya kumpulkan kemudian saya kirimkan ke Empu Godho dan ditempa dengan teknik diconthong atau dimasukkan ke dalam selongsong besi. Prosesnya divideokan untuk bukti sekaligus pembelajaran mengenai teknik menempa meteor.
Video prosesnya dan hasil jadi kerisnya bisa disimak di youtube saya: https://youtu.be/cBlCo1eDdZI
Dari proses penempaan di Besalen Brojo Aji itu maka lahirlah keris dengan pamor full meteor pertama karya Empu Godho, dengan dhapur Jalak Sangu Tumpeng. Dhapur JST saya pilih karena keris saya dengan dhapur serupa sudah saya hadiahkan ke teman, maka saya perlu membuat lagi dhapur keris yang “Yogya banget” ini.
Setelah keris jadi dan diwarangi, terlihat pamor dari Meteor Aletai ini memiliki rona warna yang berbeda baik dari pamor nikel industri maupun pamor meteor lain seperti Campo. Menurut saya Aletai ini lebih terang dibandingkan Campo yang lebih ke abu-abuan. Namun sebagaimana halnya ciri pamor dari meteor, pamor dari Aletai ini pun warnanya tidak homogen alias beragam. Ada yang putih terang, ada yang keabu-abuan, bahkan ada yang jadi hitam dan samar dengan besi bahan keris saat diwarangi.
Lebih jelasnya silahkan dilihat videonya di youtube saya ini: https://youtu.be/cBlCo1eDdZI . Meski di video itu masih tidak sejelas saat nanting atau melihat langsung. Di video itu juga saya beri pembanding yaitu keris dengan pamor Campo del Cielo karya dr Karta.
Itu bisa jadi pembanding untuk keris yang banyak beredar dan diklaim berpamor meteor, tapi terlihat warna pamornya khas nikel. Silahkan dijadikan bahan untuk mengamati dan niteni.
Akhirnya setelah jadi keris ini saya sandangi dengan warangka Timoho pelet kendit, dengan mendak dan pendok perak. Ini sandangan terbaik semampu saya untuk menghormati karya kolaborasi saya dan Empu Godho.
Tak lupa saya beri nama keris ini: Kiai Kartika Pratama. Kartika artinya bintang, ini karena meteor disebut watu lintang atau batu bintang oleh Orang Jawa, dan pratama atinya pertama. Sebab ini adalah keris pertama berpamor full meteor baik bagi saya maupun yang pernah digarap Empu Godho.
Demikian cerita saya membuat keris dengan pamor meteor. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang juga ingin membabar keris yang sama.