Pengemis dan Penjual Tape

AD9D18D3-FD96-4E0C-BB9C-15E91A5F4CF8Akhir pekan adalah saat di mana akan banyak pengemis datang ke rumah. Mereka biasa datang di akhir pekan karena di hari biasa kebanyakan rumah kosong ditinggal kerja penghuninya.

Kepada mereka biasanya saya beri ala kadarnya. Tapi belakangan ini saya dan keluarga memilih tidak memberi.

Alasannya banyak, pertama, para pengemis ini lama-lama tidak sopan. Kalau telat dijawab mereka akan teriak (salam tapi nadanya kayak ngajak ribut), gedor pagar, bahkan berani buka pagar dan masuk ke depan rumah. Kalau gak dikasih ada yang ngedumel dan marah-marah.


Selain itu mereka ini kebanyakan masih mampu bekerja sebenernya. Karena banyak orang yang lebih tua dan lebih lemah dari mereka saja masih bisa bekerja.

Yang lebih malesin lagi, biasanya pakai atribut “Islami” lengkap dengan salamnya. Padahal Islam sangat melarang orang menjadi pengemis dan menganjurkan untuk bekerja.

Rasulullah bersabda:

“Bahwasanya salah seorang di antara kalian mengambil talinya, lalu dia datang dengan membawa seikat kayu bakar, lalu dia menjualnya sehingga Allah memberinya kecukupan dengan itu adalah lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka mau memberinya maupun tidak.” (HR Bukhari).

Bahkan Nabi juga menunjukkan acaman azab yang akan diterima oleh pengemis:

“Tidaklah salah seorang dari kalian yang terus meminta-minta, kecuali kelak di hari kiamat ia akan menemui Allah sementara di wajahnya tidak ada sepotong daging pun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang boleh meminta-minta jika memang benar-benar tak mampu bekerja dan boleh meminta-minta pada penguasa.

Tapi Nabi juga melarang kita untuk menghardik pengemis. Maka biasanya kalau ada pengemis yang masih seger dan sok Islami, saya bacakan saja hadist di atas. Ini pernah saya lakukan pada pengemis yang berpeci dan berbaju koko. Masih muda, bahkan badannya lebih kekar dari saya.

Habis saya ceramahi sampai sekarang tidak pernah datang lagi. Semoga sudah sadar dan memilih pekerjaan lain.

Belum lagi soal pengemis yang kadang ternyata hartanya lebih banyak dari yang ngasih. Banyak beritanya (googling aja): pengemis ternyata punya rumah mewah di kampung, pengemis yang saat ketangkap razian uangnya puluhan juta, pengemis yang ternyata punya mobil, padahal yang diminta-mintai naik motor haha dan lain sebagainya.

Lalu bukankan kita sebaiknya banyak bersedekah. Lantas kepada siapa kita berikan sedekah kita?

Nah kebetulan di depan rumah juga sering lalu lalang para pedagang. Salah satunya adalah bapak penjual tape (peyueum kalau di Sunda).

Tiap pagi bapak ini lewat di depan rumah. Sambil meneriakkan “tape.. tape”, dia jalan berkilo-kilo, sampai saat petang dia kembali lewat saat mau pulang.

Meski yang doyan tape di rumah cuma saya, saya selalu minta orang rumah untuk beli tape itu. Bahkan sering dilebihkan bayarnya.

Biasanya saat orang rumah memberhentikan untuk beli, bapak yang berbaju lusuh dengan sendal jepit usuang yang talinya sudah putus tapi disambung lagi ini tak henti-hentinya beryukur:

“Alhamdulillah” ujarnya suatu sore saat diberhentikan Si Mbak.

Bersarnya rasa syukur yang diekspresikan tiap ada yang membeli, membuat saya menduga bahwa jarang orang yang membeli dagangannya.

Bapak penjual tape ini bajunya lebih jelek dari para pengemis yang suka datang. Badannya pun jauh lebih ringkih. Bahkan saat hujan, kakinya sering terlihat sudah memutih akibat berjam-jam melewati jalan dengan ngenangan air.

Meski demikian dia tidak meminta-minta. Dia memilih bekerja. Meski tak pakai peci dan atribut Islami, dia lebih Islami dari para pengemis tadi.

Orang begini yang harus kita tolong. Kita bantu dengan melarisi dagangannya. Inilah cara sedekah yang baik. Yang mau membantu tetap membantu, sementara yang dibantu terbantu namun tetap terhormat.

Setiap melihat bapak penjual tape itu saya jadi ingat dengan sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala salat, puasa, haji atau umrah (dalam riwayat lain, jihad) namun hanya dapat ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah.” (HR At Thabrani)

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan pada kita untuk selalu bekerja dengan ikhlas dan riang gembira, serta menjauhkan kita dan keturunan kita dari menjadi pengemis, termasuk pengemis jabatan. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *