Piala Dunia dan Batik Mandela

foto: scraptev.com

Jumat malam lalu (11/6) saya buru-buru pulang. Saya ingin segera menyaksikan pembukaan Piala Dunia Afsel 2010 dari layar kaca. Meski sudah berusaha sampai rumah lebih awal, namun saya tetap ketinggalan acara pembukaan yang dihelat di Stadion Soccer City itu.

Ketika saya menyalakan tv pertandingan tuan rumah Afrika Selatan vs Meksiko sudah mulai. Saya kecewa, karena merasa tidak menyaksikan tokoh legendaris Nelson Mandela di pembukaan itu. Tapi rasa kecewa saya segera sirna karena belakangan saya tahu bahwa Mandela ternyata memang tidak hadir dalam kesempatan itu.

Mantan Presiden Afrika Selatan, itu batal menyaksikan seremoni pembukaan seperti yang dijanjikannya, karena harus menghadiri pemakaman cicitnya, Zenani, yang tewas pada hari itu.

Cicit Mandela yang baru berusia 13 tahun itu meninggal setelah mengalami kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Zenani kecelakaan usai menyaksikan Konser Piala Dunia di Orlando Stadium, Sombeto. Juru bicara keluarga Mandela Sello Hatang mengatakan tentu sangat tidak pantas jika Mandela tetap ke pembukaan di hari kematian anggota keluarganya.

Saya sebenarnya berharap Mandela hadir dan berpidato sambil mengenakan baju batik yang bagus dan disaksikan jutaan mata. Nah saat itu orang akan bertanya atau berguman, “oh itu lo batik dari Indonesia”. Saat wawancara soal Piala Dunia, Mandela memang mengenakan batik, dan beritanya menyebar di mana-mana. Namun wawancara ini penontonnya jelas tak sebanyak pembukaan.

Mandela memang tokoh yang sangat lekat dengan batik. Mandela pertama kali mengenakan batik saat konfe-rensi APEC di Bogor pada 1994. Sejak saat itu Mandela dan batik tidak bisa dipisahkan. Lihat saja foto-foto Mandela, pasti sedang mengenakan kemeja batik.

foto: AP Photo

Sejak dikenakan Mandela, batik kemudian mendapat perhatian lebih luas. Banyak pihak dibuat penasaran dengan pakaian yang kemudian dijuluki Mandela’s Shirt itu. Para wartawan sempat mengira baju yang dikenakan Mandela adalah busana khas Tanzmania. Namun saat sampai ke sana tidak ditemukan busana itu, bahkan orang-orang di sana justru mengenalnya dari Mandela.

Singkat kata akhirnya kemudian orang tahu bahwa yang dipakai Mandela adalah batik asal Indonesia. Kecintaan Mandela kepada batik bukan tanpa alasan. Dia mengaku dekat dengan Indonesia dan tak melupakan bantuan Indonesia atas perjuangannya dalam upaya menghapus sistem apartheid di Afrika Selatan.

Tak disangka memang jika peraih Nobel Perdamaian 1993 itu kemudian mencintai busana yang berasal dari Jawa dan lekat sampai saat ini. Jangankan orang luar, orang Indonesia sendiri banyak yang tidak tahu dan kaget dengan fakta ini.
Bahkan ada cerita bahwa dulu Presiden Soeharto juga pernah dikagetkan oleh Batik Mandela. Ceritanya saat itu, di tahun 1997, Mandela melakukan kunjungan kenegaraan. Tak seperti tamu negara lainnya, Mandela tidak memakai setelan jas, tapi malah memakai baju batik.

Tentu saja hal ini membuat terkejut dan keki Presiden Soeharto yang saat itu justru memakai stelan jas dan peci. Meski “menyalahi” kelaziman protokoler namun Batik Mandela justru menghembuskan suasana hangat antara dia dan Indonesia.

Bagi orang Indonesia, Mandela menorehkan hutang budi. Hutang budi dari menghargai dan mempopulerkan batik. Mungkin awalnya memang Mandela yang berhutang budi pada Indonesia dan membalasnya dengan memakai batik. Tapi kemudian berbalik kita yang berhutang budi, saat dia kemudian lebih menghargai dan mempopulerkannya. Mandela yang orang besar seolah ingin mengatakan Indonesia adalah negara besar dengan kebudayaan yang besar.

Meski sudah terjadi, saya tetap membayangkan Mandela membuka Piala Dunia dengan batiknya. Coba hal itu benar terjadi, apalagi kalau Mandela mengatakan di sana bahwa batinya dari Indonesia, pasti di acara piala dunia itu akan dikenal dua barang dari Indonesia. Bola yang dijahit di Indonesia dan batik Mandela asal Indonesia. Tidak mustahil pula ada kaki lima jualan batik di sekitar arena Piala Dunia, sambil bilang;” Mandela’s Shirt, batik, made in Indonesia..”.