Ada suasana lain yang saya rasakan di musim Piala Dunia kali ini. Tapi ini bukan soal nonton bareng atau meriahnya perayaan demam Piala Dunia. Ini soal jalanan. Saya merasakan suasana jalanan Jakarta jadi lain selama Piala Dunia ini.
Biasanya setiap pulang kantor sekitar pukul 18.00 WIB kondisi jalanan Jakarta kacau balau dan macet parah. Ini karena hampir semua kantor swasta bubaran di jam itu. Banyaknya volume kendaraan yang keluar di jam dan ruas jalan yang sama tentu menimbulkan kemacetan. Namun sejak musim Piala Dunia tiba-tiba jadi lain ceritanya. Jalan yang macet tiba-tiba menjadi agak sepi.
Awalnya suasana ini saya anggap sebagai perasaan saya saja. Atau memang kebetulan jalanan memang agak sepi. Karena memang ada hari tertentu, di luar hari libur, yang entah mengapa kadang tak semacet biasanya. Tetapi karena terjadinya setiap hari, saya mulai curiga atas berkurangnya kemacetan ini.
Ketika sampai di rumah dan menyalakan televisi, saya mulai tersadar, rupanya berkurangnya macet ini dikarenakan Piala Dunia. Di Piala Dunia kali ini kebetulan memang ada tayangan pertandingan yang jamnya hampir bersamaan dengan bubaran kantor yang disiarkan Global TV. Nah, para pecinta bola yang sebagian besar juga bekerja kantoran tentu tidak mau melewatkan pertandingan tersebut.
Maka ada dua hal yang mereka lakukan untuk menonton pertandingan itu. Cara pertama adalah dengan pulang cepat. Ini dilakukan agar bisa nonton pertandingan dengan tenang di rumah bersama kawan atau keluarga. Â Sedangkan cara ke dua adalah dengan menunda pulang, atau pulang lebih lama. Cara ke dua ini biasanya digunakan untuk nonton pertandingan di kantor atau tempat dekat kantor, bersama rekan kerja. Seperti di kantor saya, seusai magrib maka semua TV di kantor akan diputar di chanel Piala Dunia dan rekan kerja baik atasan maupun bawahan berbaur menyaksikannya.
Akibat para pegawai kantoran pulang cepat atau pulang lebih lama, maka jalanan pada jam bubaran kantor menjadi lebih sepi dari biasanya. Akhirnya, setiap Piala Dunia tayang, macet pun berkurang. Apalagi pengguna jalan lainnya yang bukan orang kantoran juga banyak yang melakukan hal yang sama: nonton Piala Dunia.
Pengguna jalanan Jakarta memang sebagaian banyak adalah kaum pekerja. Lihat saja jika libur tiba, jalanan yang macet tiba-tiba menjadi lengang. Makanya ketika ada tayangan yang mengalihkan mereka pulang di jam bubaran kantor, macet di jam itu pun menjadi berkurang.
Hal ini tentu menjadi berkah bagi mereka yang tak begitu antusias untuk menyaksikan langsung Piala Dunia. Kebanyakan mereka adalah kaum wanita. Teman saya mengaku senang dengan Piala Dunia, karena akibat banyak yang nonton jadinya macet berkurang dan lebih cepat sampai di rumah.
Ternyata Piala Dunia memang selalu berdampak pada orang kantoran. Lihat saja pada Piala Dunia sebelumnya saat pertandingan digelar tengah malam atau dini hari. Banyak orang yang memaksa nonton sehingga besoknya bangun kesiangan dan telat ngantor. Banyak cerita, anekdot, bahkan lagu dibuat dengan tema orang telat ngantor akibat nonton bola.
Bahkan sempat ada pula instansi, baik swasta maupun negeri yang memperingatkan anak buah atau karyawannya agar tidak telat ngantor hanya gara-gara nonton bola. Kemudian seolah menonton bola menjadi musuh pemerintah karena mengurangi produktivitas.
Tapi kali ini ceritanya lain. Tanyangan sepak bola Piala Dunia yang terbukti mengurangi macet justru mendapat simpati pemerintah. Paling tidak dari aparatnya di lapangan. Beberapa polisi yang biasanya mengaku pusing mengatur lalu lintas, di jam bubaran kantor yang memang sangat ruwet, mengaku sedikit terbantu dengan tayangan Piala Dunia. Tapi saya juga yakin banyak pak polisi yang mengeluh gak bisa nonton pertandingan.