Bagi Taufik dan anggota dewan periode 2004-2009 yang tak terpilih lagi, hari kemarin adalah hari terakhir bekerja di Gedung DPR. Di hari terakhir itu, Taufik memilih mengakhiri masa kerjanya dengan pamitan. Pamitan pertama dilakukan Politisi PKB itu dengan para wartawan.
Bagi Taufik para wartawan adalah rekan kerja yang paling dekat dengan pekerjaannya selama ini. Dalam pertemuan itu, mantan Wakil Ketua Komisi II DPR ini membawa segebog buku.
Buku berjudul “Membangun Pendidikan Indonesia” itu adalah salah satu bukti kerjanya selama menjadi anggota dewan. Buku itu merupakan kumpulan buah pikirannya selama menjadi anggota Komisi Pendidikan DPR. Buki itu juga di luncurkannya sebagai tanda masa akhir jabatannya sebagai anggota dewan.
Taufik mengaku tak ada rasa sedih sedikitpun meninggalkan gedung kura-kura yang juga membesarkan namanya. Sebab sebagai politisi pensiun dari DPR hanyalah sekedar pindah kantor saja, bukan berhenti jadi politisi.
“Politik itu tidak kenal pensiun. Parlemen hanya tempat saja,” jawab mantan Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPR ini.
Taufik mengatakan aktifitas politik bisa dilakukan di mana saja. Yang penting tetap berjuang dan bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah agar pro rakyat.
Mengenai aktifitas selepas pensiun dari DPR, Taufik mengaku banyak hal yang menunggunya. Dia bisa saja kembali mengajar atau menjadi pengacara, sebuah provesi yang 10 tahun lalu ditinggalkan anggota dewan yang telah menjabat dua periode ini.
Selain itu, Taufik berminat juga bergabung di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Yang terakhir ini dia menunggu apakah ada tawaran tempat bagi dirinya. “Terserah saja nanti di tempatkan di mana (di PBNU),” ujar Wakil Ketua Komisi V DPR ini.
Teman sejawat Taufik yang juga berkemas siang itu adalah Fuad Anwar. Anggota Komisi VII ini juga mengatakan sudah pindah kantor saat itu. Itulah yang dimaknainya bahwa politik itu tak kenal pensiun.