Postingan Karyawan dan Tindakan Perusahaan

img_6759

capture twi lama Janes yang banyak disebar di media sosial

Hari Jumat, saat matahari pagi mulai meninggi menuju siang, di sudut Bandara Heathrow, Hillingdon, London, seorang wanita berambut pirang sudah siap terbang. Sebelum terbang lintas benua menuju Cape Town, di selatan Afrika, wanita yang bernama Justin Sacco ini menyempatkan mengabarkan penerbangannya kepada dunia melalui media sosial miliknya. Lalu dia pun memposting sebuah kicuan di akun twitter miliknya.

“Going to Africa. Hope I dont get AIDS. Just Kidding. Im white,”. Dalam Bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini terjemahannya: “Pergi ke Afrika. Berharap aku tidak terkena AIDS. Hanya bercanda saja. Aku kan kulit putih,”.

Setelah itu dia masuk pesawat, mematikan ponsel, dan duduk menikmati penerbangan yang panjang. Sesampainya di Cape Town, setelah menempuh 11 jam perjalanan, Justine turun dan menghidupkan ponselnya. Saat membuka twitter, dia pun kaget alang kepalang. Media sosial miliknya itu sudah banjir mention yang sebagian besar berupa hujatan atas twit berada rasis yang dia buat sebelum terbang.

Justine tidak menyadari, bahwa saat dia sedang berada di udara, postingannya memicu kehebohan dan masalah itu dengan cepat mendunia. Selain menjadi viral di media sosial, banyak media mainstream seperti CNN, ABC, New York Times, dll. yang juga mengangkat kebebohan twit rasis tersebut. Banyak sahabat maupun media yang coba mengontak Justin, namun karana berada di dalam pesawat dia tidak bisa dihubungi.

Topik tentang Justin semakin membesar dan menjadi trending topic dunia hari itu. Bahkan sebelum dia mendarat di Afrika Selatan, di sana sudah menjadi trending topic juga.justine-sacco-tweet-data

Setelah mendarat dan menyadari kehebohan yang terjadi, wanita yang bekerja di InteractivCorp (IAC) itu, langsung menghapus twitnya tersebut dan meminta maaf. Namun apa yang dilakukannya sudah terlambat, kemarahan dan kehebohan sudah tidak bisa dihindari. Bahkan tempatnya bekerja pun sudah memecatnya sebelum dia mendaratkan kakinya di Benua Afrika. Padahal dia ke sana dalam perjalanan kerja.

Mungkin Justine tidak menyangka, twit yang dipostingnya di akun yang hanya memiliki 200 followers bisa viral dan mendunia. Bayangkan, 30 ribu lebih twit yang membicarakan namanya dan 10 ribu kali hastag terkait twitnya diposting orang. Salah satu dari puluhan ribu twit itu mengatakan: “One little tweet before a plane trip changed her life forever”

Mengapa perusahaan InteractivCorp (IAC) memecat Justine, bukankah itu twit atau pernyataan personal?

Dalam keterangannya pihak IAC menilai bahwa apa yang dilakukan Justin itu sangat ofensif dan tidak sesuai dengan pandangan dan nilai perusahaan. Perusahaan akhirnya mengambil tindakan karena nama dan citra perusahaan akhirnya terseret atas ulah pegawainya tersebut.

Saya tiba-tiba teringat kasus Justin Sacco itu saat kemarin heboh twit produser Metro TV Janes C. Simangunsong. Twit yang heboh setelah diposting Janes dalam akunnya @janes_cs itu begini bunyinya:

“Banyak orang tetiba jadi pakar jurnalistik, sok ngeri framing, jd ahli media, pengamat saham dan politik. Padahal otak udang semua.”

Twit ini heboh karena hari itu sedang ramai gerakan memboikot Metro TV yang dinilai tidak berpihak terhadap umat Islam dan aksi umat Islam. Bahkan hastag #BoikotMetroTV lama memuncaki trending topic. Maka twit Janes diangap offensif dengan mengatakan semua sebagai otak udang, apalagi di bio akun itu menyatakan jelas Janes adalah produser Metro TV dan akunnya verified pula.

Kehebohan makin menjadi setelah banyak ditemukan jejak digital bahwa Janes sering mengeluarkan kata yang provokatif, kotor, dan bernada pelecehan pada salah satu ormas Islam. Maka gelombang kemarahan baik pada Janes maupun Metro TV pun makin menjadi.

Diduga tak kuat menghadapi gelombang tersebut, Janes pun menggembok (privat) akun twitternya. Namun langkah itu sia-sia belaka, screen shoot twit-twit dia sudah banyak beredar.

Bio twitter Janes yang mencantumkan pekerjaan sebagai produser Metro TV juga memberikan sumbangsih dampak negatif bagi tempat dia bekerja. Sebab sentimen ketidaksukaan terhadap televisi milik Surya Paloh itu juga semakin membesar. Akhirnya Janes pun menghapus bio di akunnya tersebut, tak lama setelah dia menggembok akunnya.

Apa yang terjadi pada Janes ini mengingatkan kita agar sebaiknya tidak memamerkan atau mengkaitkan pekerjaan kita di akun media sosial personal kita. Baik dalam bio maupun dalam nama akun. Pakar media sosial Guy Kawasaki termasuk yang tidak menyarankan nama akun media sosial personal memakai nama perusahaan. Misalnya @Dian_NamaPerusahaan maka twit saya akan selalu dikaitkan orang dengan tempat saya bekerja. Belum lagi kalau saya pindah kerja maka akan repot gonta ganti nama akun. Apalagi jika konten media sosial yang hadir berpotensi merugikan perusahaan seperti kasus Justine dan Janes.

Sebelumnya ada juga kasus Pandu Wijaya yang mengumpat saat merespot twit KH Mustofa Bisri (Gus Mus). Pandu kemudian dicari oleh Banser dan dipertemukan dengan Gus Mus untuk minta maaf. Namun ternyata dia juga mendapatkan surat peringatan keras (SP III) dari kantornya Adhi Karya terkait kejadian tersebut. Pandu memang tidak memakai akun yang mengandung nama Adhi Karya juga tidak mencantumkan pekerjaannya itu dalam bio akunnya.

Namun banyak foto Pandu di akunnya tersebut yang memakai atribut atau seragam Adhi Karya. Sehingga orang kemudian tahu dia orang Adhi Karya dan ini dinilai merugikan perusahaan sehingga dia mendapat sanksi berupa teguran keras. Gus Mus sendiri juga mewanti-wanti agar Pandu tidak dipecat gara-gara kasus tersebut.

Tidak ada larangan memang mencantumkan bio tempat bekerja. Namun perlu tahu risiko baik bagi anda maupun tempat bekerja anda. Perlu lebih hati-hati dan bijak dalam memposting jangan sampai apa yang anda lakukan berdampak negatif bagi perusahaan anda.

Saya tidak tahu apakah Janes mendapat sanksi atau tidak dari Metro TV. Tapi yang jelas dia sudah mendapat sanksi sosial dan saat tulisan ini dibuat, saya cek akunnya sudah ditutup. Dia sudah kehilangan akun verifiednya, semoga dia tidak kehilangan pekerjaannya seperti yang dialami oleh Justin. Semoga juga tidak diproses secara hukum gara-gara postingan socmed, seperti yang dialami banyak orang, dan yang terbaru seperti yang dialami Buni Yani.

Semoga kita lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Pikirkan masak-masak (dampak atau akibatnya) sebelum memposting. Think before posting. Sebab media sosial tidak hanya bisa membuat orang mendapat pekerjaan, tapi juga bisa membuat orang kehilangan pekerjaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *