Ronggolawe

IMG_4214Jika ditanya siapakan orang Tuban yang paling terkenal? Maka Ronggolawe lah orangnya.

Namanya dikenal dan dikenang sepanjang masa. Dia juga orang yang dikenal sebagai pemberontak dan pahlawan pada saat yang sama.

Mustahil membicarakan sejarah Kerjaaan Majapahit tanpa menyebut namanya. Karena dia adalah salah satu pendiri sekaligus pemberontak pertama di kerajaan itu.

Ronggolawe adalah putra Arya Wiraraja, penguasa Sumenep, Madura, yang oleh ayahnya diminta membantu Raden Wijaya babat alas atau membuka Hutan Tarik dan mendirikan Majapahit. Dia kemudian menjadi orang kepercayaan Raden Wijaya dan berjasa besar dalam perang balas dendam dan melengserkan Raja Kediri Jayakatwang.

Dalam perang ini Radan Wijaya dibantu tentara Mongol (Tar Tar). Tentara Mongol datang ke Jawa untuk menghukum Raja Singosari Kertanegara yang menolak tunduk dan memotong telinga utusan Kubilai Khan. Namun saat datang Singosari sudah dikuasai Kediri atau Jayakatwang. Lalu Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk memukul Jayakatwang. Setelah Jayakatwang kalah, Raden Wijaya dan pengikutnya memukul habis tentara Mongol.

Ronggolawe juga dikenal berjasa dalam pengadaan 27 ekor kuda untuk pasukan kavaleri Majapahit. Dia sendiri kemudian dikenal sebagai ksatria pilih tanding yang identik dengan kuda hitamnya (kuda hitam Ronggolawe ini kemudian identik dengan Tuban dan jadi lambang Kabupaten Tuban, sampai saat ini).

Karena jasanya yang besar, Majapahit kemudian menghadiahi Ronggolawe jabatan sebagai Adipati Tuban. Sebuah kawasan pesisir di mana ada objek penting yaitu pelabuhan internasional yang juga pintu masuk Pulau Jawa. Sebuah kawasan yang strategis dan maju di zamannya. Di daerah ini pula lah nantinya Islam masuk dibawa oleh para wali (wali yang berdakwah di Tuban antara lain Sunan Bonang dan Sunan Kalijogo).

Namun tak lama setelah itu, retaklah hubungan Ronggolawe dan negara yang baru didirikannya. Ini bermula saat Raden Wijaya mengangkat Nambi sebagai patih. Ronggolawe tidak setuju dan menentang keputusan itu.

Bagi Ronggolawe, Lembu Sora, pamannya, yang paling pantas diangkat jadi patih. Karena dia menilai bahwa Sora dan dirinya adalah orang yang paling berjasa dalam mendirikan Majapahit.

Sejak saat itu Ronggolawe selalu menunjukkan protesnya. Dari menunjukkan gestur tidak sopan, sampai membuat keributan di halaman istana.

Ini membuat banyak pejabat yang geram dan ingin menyingkirkan Ronggolawe. Namun mereka segan dan tidak berani. Selain karena orang Tuban ini orang dekat raja dari sebelum kerajaan berdiri, juga karena orang yang berwarak keras ini juga sakti dan pilih tanding.

Sora, kerap menasehati Ronggolawe untuk menghentikan protesnya dan minta maaf. Namun keponakannya itu justru memilih kembali ke Tuban.

Kemudian mereka yang tak suka pun melancarkan intik politik. Pulangnya Ronggolawe kemudian ditafsirkan sebagai upaya makar. Raja pun termakan intrik ini, mengingat Tuban adalah kawasan strategis, sangat berbahaya jika memberontak dan dikhawatirkan bisa meruntuhkan Majapahit. Apalagi, saat itu mayoritas kadipaten di wilayah pesisir mendukung Ronggolawe.

Singkat cerita, Majapahit memutuskan menyerang Tuban yang dianggap memberontak. Pasukan Majapahit dipimpin oleh Nambi. Mendengar kabar itu Ronggolawe segera menyiapkan pasukan, dan rupanya pasukan Tuban dan koalisi pesisir utara Jawa, bukan tandingan pasukan Nambi. Majapahit kalah dan Nabi kabur.

Kemudian Majapahit melakukan penyerangan kedua. Kali ini Sang Raja, Raden Wijaya, sendiri yang memimpin. Namun karena Tuban di dukung para penguasa pesisir, maka sangat berat dihadapi. Pasukan Majapahit sempat kuwalahan dan porak poranda.

Ronggolawe dan kuda hitamnya terus mengacak-acak pasukan Majapahit. Untuk meredam, majulah Kebo Anabrang. Dia juga pendiri majapahit. Namun kali ini Anabrang kalah dan lari.

Sampai akhirnya dia bersiasat memancing Ronggolawe berduel di Sungai Tambakberas. Di sana kuda Ronggolawe tewas ditombak, dan dia juga tampak tidak lihat bertarung di air. Kesempatan ini tidak disiasiakan Anabrang, dan berakhirlah nyawa Ronggolawe di tangannya.

Melihat itu, Lembu Sora marah. Sora yang ada di pasukan Majapahit justru menerjang dan memburu Kebo Anabrang. Maka tewaslah Anabrang di tangan Sora. Kejadian ini yang akhirnya akan menyulitkan Sora dikemudian hari.

Kematian Ronggolawe kemudian menurunkan moral pasukannya dan berbuah kemenangan bagi Majapahit. Namun kemenangan ini justru membuat Raja sedih. Betapa tidak, perang itu membuat dua ksatria kepercayaannya yang bersamaan mendirikan Majapahit yaitu Ronggolawe dan Kebo Anabrang tewas.

Raja memerintahkan agar jenazah keduanya diprabukan dengan upacara yang layak. Upacara yang lazim digelar untuk pahlawan atau orang yang berjasa. Saat dua istri Ronggolawe menghadap, raja pun menyambut dengan baik dan justru mengakui kalau ia membuat kesalahan terhadap Ranggalawe. Setelah itu kedua istri Ronggolawe bunuh diri di samping jenazah suaminya. Ritual ini dalam tradisi hindu dikenal sebagai sati. Bentuk pembuktian kesetiaan istri kepada suami.

Tragedi Ronggolawe yang kemudian dicatat dalam Kidung Ronggolawe dan Kidung Panji Wijayakrama ini rupanya seolah menjadi pembuka tragedi pendiri Majapahit lainnya. Satu per satu pendiri kerajaan penguasa tanah Jawa ini kemudian mengalami nasib yang serupa akibat intrik politik. Intrik ini didalangi oleh Mahapati yang berambisi menduduki jabatan prestisius di Majapahit dengan melancarkan operasi pembersihan para orang dekat Raden Wijaya.

Lembu Sora dikemudiah hari juga diintrik dan dituduh mau memberontak. Apalagi dia dekat dengan Ronggolawe dan yang membunuh Kebo Anabrang. Saat hendak mengahdap raja bersama pengikutnya, dianggap hendak menyerang istana. Lalu dia dan para pengikutnya disergap dan ditumpas oleh pasukan Majapahit.

Nasib Nambi juga tak lebih baik. Dia juga jadi korban intrik dan mulai diragukan loyalitasnya. Suatu saat dia disarankan menjenguk ayahnya yang sedang sakit. Namun justru absennya Nambi ini dituduh sebagai bentuk rencana memberontak. Maka pasukan Majapahit kemudian memeranginya. Lebih tragis lagi, nabi tewas oleh panah sang raja, saat dia sedang sibuk berduel dengan Kebo Peteng.

Itulah riwayat singkat Ronggolawe. Sampai saat ini namanya lekat dengan Kabupaten Tuban. Bahkan kawasan ini dijuluki Bumi Ronggolawe. Kuda hitam Ronggolawe pun jadi lambang dan akan mudah ditemui patungnya di kawasan ini. Bahkan banyak makam yang diklaim sebagai makam Ronggolawe atau makam kudanya. Meskipun itu diragukan kebenarannya, karena Ronggolawe adalah orang hindu yang sesuai kepercayaannya jenazahnya diprabukan dengan cara dibakar atau dikremasi.

Namun itu semua menunjukkan penghormatan masyarakat Tuban pada Ronggolawe. Sosok ini dijadikan inspirasi terutama dalam hal keberanian dan ketegasan.

Kalau orang Tuban kemudian dikenal berkarakter keras, bahkan keras kepala. Maka sepertinya ini pengaruh Ronggolawe juga

Tuban, 9 Juli 2017

Foto: Patung Kuda Ronggolawe di Alun-alun Kabupaten Tuban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *