Hari ini, setahun yang lalu, adalah hari yang tak terlupakan bagi saya. Di hari itu, saya mengalami pengalaman pertama yang belum pernah saya alami sebelumnya. Di hari Itu, hari Minggu, 27 Februari 2011, sekitar pukul 06 pagi WIB suara tangisan keras bayi menandai momen penting dan tonggak sejarah baru hidup saya: menjadi seorang ayah.
Pagi itu, anak saya lahir. Sesosok bayi perempuan mungil dengan tangisan yang sangat kencang. Saya bengong saja saat masuk ruang bersalin dan melihatnya di kotak kaca. Sebagian kaki dan tangannya masih putih kedinginan. Saya tak bisa berhenti menatap sosok mungil di depan saya itu.
“Anaknya cewek pak, tidak kurang satu apa pun,” kata Dokter Efriyanti, dokter anak yang ikut memantau kelahirannya, pada saya.
Saya cuma senyum. Saya kehabisan kata-kata. Saya hanya bisa menatap bayi mungil itu dengan bengong. Ini babak baru dalam hidup saya. Jika sebelumnya saya adalah anak, sekarang saya punya anak. Mulai hari ini saya jadi bapak, jadi orang tua.
Lalu suster meminta saya mengumandangkan adzan pada bayi mungil yang baru lahir ini. Saat saya mulai adzan, bayi yang sejak lahir menangis keras ini tiba-tiba terdiam, seolah mendengarkan. Sehabis adzan dan iqomah di kedua kupingnya dia baru menangis lagi, sambil memegang wajah saya dan meninggalkan sisa ketuban dari tangannya ke muka saya.
Pagi itu saya memfoto dan mengirimkan gambar bayi itu ke ayah, ibu, dan kakak saya di kampung. Tak lupa juga saya kabarkan berita kelahiran anak pertama saya ini ke semua saudara, teman, dan kolega, lewat BBM dan SMS. Pagi itu rasanya saya ingin membagi kegembiraan dengan semua orang.
Anak saya lahir melalui operasi cesar di Rumah Sakit JMC Buncit, Jakarta Selatan. Rencana ini sudah disampaikan dokter hari Sabtu. Saat itu saya dan istri kontrol karena dia belum merasa mules padahal sudah dekat waktunya. Ternyata setelah dilihat bayi terlilit dua tali pusar di lehernya, sehingga tertahan, tidak turun dan menyebabkan mulas. Dia memang aktif sekali bergerak selama di dalam perut makanya terlilit.
Lilitan dua tali pusar ini bagi orang Jawa konon bagus, “kalungan usus” istilahnya. Konon anak yang seperti itu akan jadi anak yang cantik. Namun secara medis ini berisiko, dan harus dicesar. Istri saya yang pengen lahir normal meminta agar diusahakan normal. Dokter Dopi, dokter kandungan, bilang bisa, tapi ada risikonya, karena bayi tertahan tali pusar, ditambah lagi istri saya punya asma, jadi cesar adalah pilihan terbaik. Dia menyerahkan keputusan pada kami.
Akhirnya setelah pikir-pikir kami memutuskan setuju cesar. Hari minggu disepakati sebagai hari H nya. Saya dan istri pulang. Dia minta diajak jalan dulu, makan kesukaannya, dan sebagainya, seolah besok dia akan meninggal. Belakangan dia mengaku memang takut meninggal saat melahirkan, karena memang banyak ibu yang meninggal saat bersalin. Saya turuti semua. Lalu kami siap-siap dan tengah malam kami ke JMC untuk persiapan operasi.
Kalau dihitung, istri saya sudah dua kali nginap di JMC. Saat kehamilan tujuh bulan juga pernah opname di sini. Ceritanya saat itu kita sedang libur dan jalan-jalan, lalu mampir ke klinik USG 4D Dokter Bob di Harmoni. Saat di USG dokter ini mengagakan ada masalah di kandungan istri, istilahnya saya lupa, pokoknya gawat dan harus dirawat. Istri saya juga merasa agak sakit kandungannya.
Paniklah saya dan karena ke sana naik motor, saya lari ke luar cari taksi untuk membawa istri ke RS JMC karena lebih dekat rumah. Sesampainya di JMC, istri saya diperiksa dokter JMC dan dinyatakan diagnosis dokter Bob tidak ditemukan. Keluhan sakit istri saya dinilai karena kelelahan. Namun kemungkinan prematur tetap diantisipasi.
Singkat cerita, dirawatlah di JMC dengan diberi obat penguat paru-paru, jaga-jaga kalau lahir prematur. Ternyata beberapa hari nginep di sana, istri saya pulih dan bayi tidak lahir prematur. Saya sudah deg-degan, apalagi kakak saya baru saja anaknya lahir prematur dan karena paru-parunya belum kuat akhirnya anaknya meninggal.
Selain itu, istri saya juga sempat masuk UGD JMC saat hamil. Tapi saat itu tidak sampai menginap. Ini karena asmanya kambuh dan tidak bisa diatasi dengan alat dan obat di rumah. Banyak memang tantangan di kehamilan itu. Selain memang karena istri saya juga agak bandel dan sangat aktif, suka bekerja atau beraktifitas, susah dilarang.
Kelahiran bayi kami pagi itu seolah menjadi puncak segalanya. Saya lalu memberi dia nama Sofia. Lengkapnya: Sofia Widya Ananda. Nama Sofia sudah lama ada di benak saya. Bahkan sejak mahasiswa dulu, saya sudah bercita-cita kalau punya anak cewek saya kasih nama Sofia.
Sofia adalah ejaan Indonesia dari kata Yunani: Sophia yang berarti kebijaksanaan. Karena nama dan artinya bagus, nama ini populer sebagai nama yang baik untuk anak cewek. Bayak orang memakai nama Sofia dengan segala variannya: Sophia, Sophie, Sofie, Sofi, Sofia, dan sebagainya. Saya rasa Sofia adalah versi Indonesia yang pas untuk Sophia.
Nama tengahnya: Widya artinya adalah pengetahuan. Sedangkan nama belakang Ananda, artinya anak. Ananda juga nama belakang yang saya siapkan untuk nama yang sama untuk anak-anak saya nantinya. Sebab Ananda bisa merupakan singkatan dari: Anak Novi dAN DiAn. Nanti kalau Sofia punya adik, nama belakangnya juga Ananda. Nama saya juga mengandung widya, jadi Widya Ananda bisa juga diartikan anak saya. Selain itu Widya Ananda juga bisa diartikan: Anak yang berpengetahuan yang baik.
Nah, nama Sofia Widya Ananda artinya kurang lebih adalah anak yang bijaksana dan berpengetahuan yang baik. Nama ini sederhana, gak terlalu mewah atau memakai ejaan yang kebarat-baratan yang umumnya dipakai orang tua zaman sekarang untuk menamai anaknya. Namun artinya sangat dalam dan mencerminkan doa atau keinginan saya terhadap anak ini nantinya.
Mengapa anak itu harus berpengetahuan dan bijaksana? Karena berpengetahuan itu perlu namun tanpa kebijaksanaan akan sia-sia. Banyak orang pintar di dunia ini, namun sedikit orang yang bijaksana. Selain memang Sofia sendiri adalah nama yang cantik untuk disematkan pada anak perempuan. Itulah kira-kira latar belakang saya menamai anak saya seperti itu.
Sejak kelahirannya di hari itu, Sofia kemudian mengisi hari-hari saya. Saya belajar bagaimana menjadi ayah, bagaimana mengganti popok, menggendong, dan sebagainya. Melelahkan dan melatih kesabaran. Kehadiran Sofia semakin mendewasakan kami.
Kehadirannya melengkapi keluarga kami. Apalagi sehabis menikah istri saya tak segera mengandung. Bahkan banyak orang yang mengira kita akan lama memiliki anak. Ternyata itu salah, karena tak lama kemudian istri saya mengandung anak perempuan. Sampai umur satu tahun, Sofia juga merupakan cucu satu-satunya kedua keluarga. Karena anak kakak saya meninggal.
Kehadiran Sofia juga membuat saya makin percaya bahwa setiap anak yang lahir telah membawa rejekinya masing-masing. Sejak dia lahir, rejeki saya dan istri terasa makin lancar. Bahkan Sofia membayar biaya lahirnya sendiri. Ceritanya sebelum Sofia lahir, istri saya dapat hadiah jalan-jalan ke Universal Studio Singapura untuk empat orang. Karena hamil tua, maka tidak bisa jalan dan hadiah diuangkan, kami kira jumlahnya sedikit, ternyata jumlahnya lumayan dan bisa untuk biaya melahirkan.
Anak ini tumbuh dengan cepat. Empat bulan dia sudah bisa tengkurap dan mulai berdiri. Lalu merangkak di umur lima bulan. Delapan bulan dia sudah lancar berjalan. Di usia ini dia bahkan pernah memanjat tangga sendiri sampai lantai dua, untung Allah melindunginya sehingga tidak jatuh. Besoknya langsung kita pasang pintu penghalang di tangga itu. Saat delapan bulan, tampilan dan kemampuannya sudah seperti anak 1,5 tahun lebih.
Sejak lahir sampai setahun, Sofia juga jarang sakit. Dia cuma sekali sakit, cuma panas biasa karena giginya mau tumbuh. Selebihnya dia anak yang riang, suka berlari, memanjat, mengobrak-abrik buku-buku saya, dan barang lain di rumah, dan suka menjerit dengan kencang.
Keceriaannya mengisi hari-hari saya. Suka bagun pagi dan membangunkan saya. Menunggu saya pulang kerja dan langsung menghampiri begitu saya masuk. Tiap akan tidur di lantai dua dia minta digendong dan memberi satu ciuman untuk satu anak tangga yang kita naiki, dan masih banyak lagi momen bahagia lainnya bersama Sofia.
Tak terasa kini sudah setahun sejak hari itu, kini 12 bulan sudah sejak pertama Sofia lahir ke dunia. Sofia semakin pintar dan menggemaskan. Tulisan ini adalah kado saya untuk ulang tahunnya yang pertama di 27 Februari tahun 2012 ini.
Semoga nanti Sofia menjadi anak yang pintar dan bijaksana seperti namanya, dan berguna bagi sesamanya. Semoga kado ini, tulisan ini, kelak akan dibacanya saat dewasa, supaya Sofia tahu bagaimana cerita dia saat pertama hadir di dunia. Selamat ulang tahun gadis kecilku.
Good story bang.
thx Friatna
Halo, mau tanya, kemarin waktu lahiran di JMC, suaminya ikut masuk ke ruang operasi ga? Kemarin udah tanya-tanya bagian administrasi, katanya suami ga boleh masuk. Terima kasih
tidak boleh masuk. Kita diminta menunggu di luar ruang operasi. Yang boleh masuk yang lahiran normal saja.