Rasis. Kata ini kerap muncul dalam ramainya kabar tentang konflik antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan DPRD DKI Jakarta. Ahok sendiri sering mengatakan dirinya jadi korban rasisme anggota DPRD karena dirinya merupakan keturunan Cina atau Tionghoa.
Bahkan saat mediaasi di Kemendagri sempet ada yang meneriaki dirinya: “Cina anjing”. Ada juga yang menyindir Ahok dengan “pedagang glodok” yang identik dengan etnis Tionghoa. Ini juga membuat dia merasa jadi korban rasisme.
“Si Pras itu apa enggak rasis bilang saya pedagang Glodok? Saya bukan pedagang Glodok, bos! Saya enggak pernah dagang dari dulu, saya orang tambang. Emang hubungan Glodok apa sama saya? Rasis. Partai dia nasionalis tapi kelakuan rasis,” kata Ahok hari ini di Balaikota menanggapi sindiran yang dilontarkan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi.
Sebelum kasus Ahok vs DPRD ini rame-rame soal isu “Cina dan rasis” juga sudah muncul saat Ahok naik pangkat menjadi Gubernur menggantikan Jokowi yang jadi presiden. Banyak yang menolak Ahok membawa sentimen: Pribumi vs Cina. Ahok sendiri sempat marah dan menegaskan tidak suka dengan tindakan rasis pada dirinya.
“Kalau rasis saya lawan, saya lawan sampai mati. Kalau rasis saya enggak suka,” kata Ahok suatu waktu saat berbicara ditelepon dengan Haji Lulung.
Saya tidak ingin masuk wilayah konflik antara Ahok vs DPRD atau Ahok vs Haji Lulung. Apalagi sampai mau menganalisis mana yang benar di antara pihak tersebut. Saya cuma ingin menyoroti masalah Cina dan rasis, atau pembagian rasial Cina dan Pribumi. Ini bukan hal yang baru. Sudah lama ada dan terus ada sampai saat ini. Namun sejatinya ini adalah sesuatu yang salah kaprah di sana.
Menganggap orang Cina berbeda ras dengan orang Pribumi Indonesia jelas sesuatu yang salah kaprah. Sebab, sebenarnya orang Cina dan orang Pribumi Indonesia itu memiliki ras yang sama yaitu ras mongoloid. Jadi bisa saja disimpulkan bahwa Ahok dan Haji Lulung itu satu ras.
Nggak percaya? Coba kita buka kembali ingatan kita tentang pelajaran ras manusia di bangku sekolah dulu. Kita tahu bahwa ada tiga ras pokok manusia yaitu: Mongoloid, Negroid, dan Kaukasoid. Ras Mongoloid ini ciri umumnya berkulit kuning atau sawo matang, meliputi orang yang tinggal di Asia sampai Amerika Selatan. Ras Negroid memiliki ciri khusus berkulit hitam. Penduduk Afrika dan Melanesia (Papua, Australia, dll.) termasuk dalam ras ini.
Sedangkan Ras Kaukasoid adalah mereka yang berkulit putih, orang bule. Mereka biasanya tinggal di Eropa dan Timur Tengah. Persilangan ketiga ras pokok di atas, kemudian juga memunculkan sub ras. Misalnya orang Arab yang merupakan persilangan Negroid dan Kaukasid, dan sebagainya.
Memang secara sosial kemudian istilah ras ini menjadi bias. Tidak lagi mengacu pada pembagian ras yang ditentukan oleh ciri fisik atau biologis. Ada juga kerancuan atau salah kaprah antara ras dan etnis atau kesukuan. Misalnya tentang Cina dan Pribumi tadi. Cina atau Tionghoa sebenarnya adalah etnis bukan ras. Rasnya ya tadi: Mongoloid, sama dengan ras Pribumi (jawa, sunda, batak, dll. Kecuali Papua).
Maka istilah yang tepat untuk tindakan menghina orang Cina itu bukan tindakan rasis melainkan tindakan sukuis atau primordialis. Salah kaprah kalau disebut rasis. Beda dengan di Amerika, di saat ada orang kulit putih menghina orang kulit hitam karena fisiknya, maka itu memang rasis. Karena ras mereka memang beda (Kaukasoid dan Negroid).
Karena itu, kalau ada orang yang menghina Ahok karena menilai dia beda ras dengan mayoritas pribumi itu salah. Menghina orang Cina karena rasnya, sama saja dengan menghina diri sendiri. Sebab sekali lagi, ras orang Cina dan Pribumi itu sama.
Lebih salah lagi mereka yang coba membenturkan atau membedakan Cina dengan Islam. Seolah Cina dan Islam adalah dua pihak yang beda dan bermusuhan. Hal ini juga sempat jadi isu yang muncul saat penolakan Ahok jadi gubernur.
Ini jelas salah. Sebab Islam tidak pernah membedakan manusia dari ras atau suku bangsanya. Selain itu, salah satu yang punya andil besar dalam masuknya Islam ke Indonesia adalah cina, melalui Laksamana Ceng Ho. Jika kita baca sejarah masuknya Islam ke Nusantara, teori lewat Cina adalah salah satu teori selain lewat Gujarat, Timur Tengah, dan sebagainya.
Itu semua terjadi karena stereotip lama warisan penjajah Belanda yang terus awet sampai saat ini. Pemisahan Cina-Pribumi ini sudah ada sejak abad 18 yang lalu. Namun sampai sekarang masih saja ada. Masih banyak orang Pribumi yang merasa beda dengan orang Cina atau Tionghoa. Demikian pula sebaliknya orang Cina juga merasa beda dengan orang Pribumi.
Perbedaan kemudian memang kerap memancing konflik dan diskriminasi. Bahkan isu terkait ras atau etnis menjadi salah satu isu yang paling cepat memancing keributan. Ada istilah kususnya yaitu: SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan). Ini juga salah kaprah sebenarnya. Sebab Suku, agama, dan ras itu termasuk golongan, jadi antar golongan sudah mewakili agama, suku, dan ras.
Terkait hal itu, pemerintah membuat Undang-undang 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Dalam Pasal 1 ayat 2 dan 3 dijelaskan tentang beda ras dan etnis. Ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik dan garis keturunan, sedangkan etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis, dan hubungan kekerabatan. Ada ancaman hukuman bagi mereka yang melakukan diskriminasi baik terkait ras maupun etnis.
Nah setelah tahu fakta ini, semoga ke depan tidak ada lagi konflik atau ribut-ribut antar etnik hanya karena merasa rasnya beda. Ribut karena merasa etnisnya beda juga jangan. Juga jangan lagi ada diskriminasi. Sebab kita semua bersaudara, sama-sama orang Indonesia dan sama-sama manusia.
Wah pemahaman kita beda ini bang. Bagi saya rasisme bukan hanya permaslahan perbedaan secara biologis namun juga preferensi terhadap kelompok etnis tertentu (etnosentrisme), untuk pencapaian sebuah nilai budaya bahwa suatu ras lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya dan yang lebih penting adalah faktor pendorong diskriminasi sosial…pada konteks ini kenapa cina itu rasis? karna ingatan sejarah kelam orang tionghoa di masa orde baru
yang anda maksud itu sukuisme atau primordialisme, bukan rasisme.. karena itu saya tulis di sini istilah ini sering salah kaprah. silahkan dipelajari lagi istilah tersebut.
Pingback: Apa Yang Salah Dengan ‘Cina’? – Hamid Maulana's Blog