Salah Kaprah “Data”

foto; kpwc.org

foto; kpwc.org

“Dewa Budjana dan Piyu tidak tiap detik kemasukan data-data permaian gitar gitaris dunia via internet, tapi mampu mengolah data jd informasi”

Itulah twit Dalang atau Budayawan Sujiwo Tejo dalam akun twitternya @sudjiwotedjo. Saya tidak hendak mengomentari isi atau substansi twit “Presiden Jancukers” ini. Saya hanya tergelitik dengan “data-data” yang ada di dalam twit itu.

“Data-data”, “beberapa data”, dan lain sebagainya sering kita jumpai dalam berbagai tulisan maupun dalam perbincangan. Seolah tidak ada yang salah dengan hal itu, namun sebenarnya ada salah kaprah di sana. Namanya juga salah kaprah, sebuah kesalahan yang sudah lama diterima sebagai sesuatu yang benar.

Data adalah kata dari bahasa latin yang maknanya adalah catatan atas kumpulan fakta. Data sendiri adalah bentuk jamak dari datum. Jadi bentuk tunggalnya adalah datu, dan bentuk jamak dari datum atalah data.

Karena data adalah jamak, maka tentu saja salah jika menuliskan: data-data, atau beberapa data, dan lain sebagainya. Sebab, seperti disebut di atas, data itu sendiri jamak. Kalau satu atau tunggal namanya datum. Mereka yang menulis atau menyebut data-data atau banyak data, itu karena mereka menganggap data itu tunggal, dan tidak tahu bahwa data itu jamak.

Salah kaprah data ini tidak hanya kerap terjadi di Indonesia saja. Di Barat, atau di masyarakat berbahasa inggris, salah kaprah serupa juga terjadi. Bahkan sampai terjadi perdebatan yang benar itu menulis: “the data is” atau “the data are”. Tentu saja “is” dan “are” ini terkait status data itu tunggal atau jamak, singular atau plural.

Sebenarnya bukan hanya data yang sering salah kaprah dikira tunggal. Banyak kata serapan dari Latin lainnya yang juga mengalamai hal yang sama. Misalnya media yang merupakan bentuk jaman dari medium. Banyak orang salah kaprah menganggap media ini bentuk tunggal. Sampai saat ini pun kita masih sering menjumpainya, baik dalam tulisan mapun perbincangan.

Saya sendiri baru mengetahui bahwa data itu bentuk jamak ketika kuliah filsafat dengan Almarhum Prof. Damardjati Supadjar. Saat itu Prof. Damardjati sering mengingatkan bahwa data itu jamak, tunggalnya adalah datum. Beliau juga akan selalu mengkoreksi paper atau makalah yang menuliskan data yang dimaknai sebagai bentuk tunggal.

Saat kuliah, teman saya, saya lupa namanya, ada juga yang berbaik hati mengajarkan teman-temannya bahasa latin. Biasanya kita membuat “kelas” setelah semua mata kuliah usai kita ikuti. Di sana kami juga dijelaskan soal data dan datum. Juga kata lain yang tunggal biasanya berakhiran “um” dan yang jamak berakhiran “a”.

Sejak saat itu, saya tidak pernah lagi ikut salah kaprah menganggap data itu bentuk tunggal, karena tahu sejatinya data itu jamak. Semoga ke depan, pembaca tulisan ini juga tidak akan salah kaprah lagi tentang kata data ini.

Demikian, semoga bermanfaat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *