Trend tanaman hias di masyarakat selalu timbul dan tenggelam. Saat timbul, biasanya diikuti oleh satu tanaman hias yang jadi primadona. Dulu pernah ada Bonsai, Aglonema, Gelombang Cinta, dan lain sebagainya.
Beberapa waktu lalu tanaman hias ngetrend lagi. Kali ini tanaman yang jadi primadona adalah Monstera yang di Indonesia dikenal sebagai Janda Bolong. Tanaman yang bernama ilmiah Monstera adansonii ini juga dikenal sebagai Keju Swiss karena daunnya bolong-bolong mirip keju.
Tanaman ini berasal dari Benua Amerika, yaitu dari Amarika Tengah dan Amerika Selatan. Karena dari kawasan tropis juga maka tanaman ini bisa tumbuh baik saat masuk ke Indonesia.
Penemu tanaman Monstera pertama kali adalah ahli botani asal Prancis Charles Plumie. Dialah yang memperkenalkan tanaman berdaun unik ini pada dunia di abad ke-20.
Tanaman ini, saat dijadikan tanaman hias, bisa tumbuh tinggi sampai ketinggian satu meter. Sementara di alamnya, dia bisa mencapai tinggi sampai empat meter.
Saat pandemi Covid-19 tempo hari, tanaman ini menjadi trend dan banyak diminati. Karena itu harganya pun ikut melonjak, karena permintaan yang tiba-tiba meninggi.
Harganya pun terbilang fantastis. Ada yang menjual Janda Bolong dengan tiga daun seharga 30 juta. Artinya per daun dihargai 10 juta. Bahkan yang varian variegata ada yang laku sampai 100 juta.
Tapi harga mahal itu karena trend dan lonjakan permintaan. Saat trend berlalu harganya tentu tak lagi semahal itu. Hal ini biasa terjadi dan selalu terjadi. Sebelumnya juga ada Bonsai, Aglonema, Gelombang Cinta dan lain sebagainya yang mengalami hal yang sama.
Tapi tulisan ini tidak hendak membahas panjang lebar soal trend Janda Bolong itu sendiri. Yang saya ingin bahas di tulisan kali ini adalah bahwa di Janda Bolong ini ada salah kaprah.
Salah kaprahnha di mana? Ada di nama Janda Bolong-nya.
Monstera adansonii ini awalnya banyak dikembangkan di Jawa dan disebut Rondo Bolong. Di sebut demikian karena terkait penampakan tanaman ini. Ron dalam Bahasa Jawa kuno artinya daun, sedangkan da artinya pada, dan bolong artinya berlubang. Jadi Rondo Bolong itu artinya daunnya pada berlubang atau daunnya berlubang di sana sini.
Di masyarakat Jawa modern, kata ron untuk daun lama-lama tidak digunakan atau tidak dikenal, tergantikan kata godong. Maka kata yang memakai ron menjadi banyak terdistorsi atau salah kaprah. Termasuk ron do kemudian dikira rondo. Rondo sendiri di Jawa artinya janda. Maka ron do bolong yang artinya daunnya pada berlubang jadi rondo bolong yang artinya janda bolong atau janda berlubang.
Sekilas Janda Berlubang ini nama yang tepat apalagi jika dikaitkan dengan pemikiran bahwa kalau jands ya berlubang ya bolong, kalau yang belum bolong itu perawan. Maka sempat pula ada yang menilai nama tanama Janda Bolong ini mesum.
Padahal itu salah kaprah. Coba lihat tanamannya, lalu sandingkan dua nama ron do bolong yang artinya daunnya pada berlubang dan rondo bolong yang artinya janda bolong atau janda berlubang, maka tentu nama Ron Do Bolong yang lebih tepat menggambarkan tanaman yang daunnya pada berlubang ini.
Sebab kita tak menemukan unsur janda di tanaman ini. Beda dengan misalnya laba-laba yang dinamai Black Widow, karena dia selalu membunuh pasangannya setelah kawin. Jadi ada unsur janda di nama hewan itu karena pasangannya mati, yang kalau di manusia ya jadi janda.
Sementara kalau di Janda Bolong ini jelas salah kaprah karena pergeseran ron da jadi rondo lalu dikira janda. Ini seperti di tulisan sebelumnya soal salah kaprah ro tal atau daun tal yang kemudian jadi lontar.
Nah sekarang sudah tahu kan bahwa Janda Bolong itu salah kaprah. Semoga setelah ini tidak ada lagi yang menilai nama tanaman ini mesum atau tidak menghormati perempuan atau berkonotasi negatif pada janda.
Maka saran saya jika keberatan dengan nama Janda Bolong dengan alasan di atas, anda bisa menyebut dengan nama yang benar yaitu Ron Do Bolong. Tapi kalau anda tetep mau menyebut Janda Bolong karena nama ini sudah terlanjur dikenal ya silahkan saja.
Karena tulisan ini bukan hendak meminta penggantian nama tanaman tersebut. Tulisan ini hanya untuk memberi pemahaman soal salah kaprah yang kemudian melahirkan nama Janda Bolong. Dengan harapan semoga berguna bagi para pecinta Janda Bolong dan tanaman hias pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.