Salah Kaprah Singa Cina

Dulu saat masih ngantor di sebuah gedung pencakar langit di Jakarta, setiap masuk kantor saya selalu disambut dua patung singa. Patung singa dengan pahatan khas Cina ini diletakkan di tiap pintu masuk gedung.

Dulu saya kira patung singa ini adalah patung yang sama tapi ada dua. Seperti patung raksasa di pintu-pintu Candi atau istana Jawa. Karena memang mereka sangat identik dari detail pahatan dan gestur yang ditampilkan.

Ternyata saya salah. Sebab mereka ternyata tidak sama.

Saya baru tahu bahwa dua patung singa itu tidak sama saat saya berkesempatan berkunjung ke negeri Cina. Kebetulan saya saat itu berkesempatan jalan-jalan di Kota Terlarang, bekas Istana para kaisar Cina, yang ada di Beijing. 

Di kawasan yang sekarang menjadi museum istana itu, saya kembali melihat sepasang singa batu seperti yang ada di kantor saya. Hanya saja yang di istana ini bentuknya jauh lebih besar.

Saat itu saya melihat dari kejauhan dan bertanya pada Rose, pemandu wisata saya. Lalu Rose menjelaskan bahwa sepasang patung itu adalah Singa Batu alias Shíshīzi. Disebut Singa Batu karena mayoritas Singa Cina itu terbuat dari batu. Patung ini dibuat dari berbagai bahan seperti batu marmer atau granit. Ada juga yang dibuat dari keramik dan cor perunggu.

Patung yang selalu dibuat sepasang ini merupakan hiasan bagi bagunan di kebudayaan Cina. Misalnya di Istana, kuil atau pagoda, makam kaisar, kantor, dan kediaman pejabat tinggi. Patung ini juga ada di jembatan, taman, hotel, dan rumah makan. Makanya di setiap bangunan yang pemiliknya masih menjunjung budaya Cina, akan ada sepasang singa itu.

Rose kemudian memberitahu bahwa Singa Batu itu selalu dibuat sepasang, jantan dan betina. Singa jantan ada di sebelah kiri dan singa betina ada di sebelah kanan. 

Saya juga diberitahu bagaimana cara membedakan kedua singa itu. Sebab sekilas keduanya identik baik detail pahatan maupun gestur. Tapi ternyata memang beda dan mudah membedakannya. Caranya dengan melihat kaki depannya. Singa jantan, kaki kanannya mencengkeram bola, sementara singa betina kaki kirinya mencengkeram anak singa.

Singa jantan mencengkeram bola untuk melambangkan kesatuan seluruh negeri. Sementara Singa betina dengan anaknya menggambarkan kebahagiaan keluarga. Dalam budaya Cina semua hal memang selalu dibuat sepasang. Ini karena mereka menganut filosofi Yin Yang. Semua sepasang ada Yin dan Yang, ada jantan ada betina, ada bumi, ada langit, ada siang, ada malam, dan sebagainya.

Patung Singa Cina itu ternyata bukan hanya hiasan semata. Singa Cina itu juga digunakan untuk menunjukkan peringkat atau kedudukan seorang pejabat negara. Tiap tingkatan pejabat bisa dilihat dari jumlah rambut keriting di patung singa itu. Jadi tidak semua pejabat boleh memasang patung itu di rumahnya.

Soal patung singa Cina ini ternyata ada salah kaprah yang selama ini terjadi. Orang Indonesia sering menyebut sepasang Singa Batu itu sebagai Kilin. Padahal Singa Batu alias Shíshīzi dan Kilin atau Qilin (Qílín) itu beda. 

Qilin yang dijadikan sebagai simbol kemakmuran ini bentuknya berbeda dengan Singa Batu. Meski Qilin juga sepasang, karena filosofi Yin Yang tadi (Qi jantan dan Lin betina), tapi sering kali Qilin digambarkan sendirian. 

Qilin kadang digambarkan dengan tubuh diselimuti api. Juga ada yang digambarkan memiliki tanduk menjangan seperti yang ada di Naga Cina. 

Qilin juga jadi hewan mitologi di budaya negara lain seperti Jepang dan Korea. Namun Singa Batu tidak ada di budaya negara tersebut.

Nah setelah tahu bedanya Singa Batu dan Qilin, semoga kita tidak salah lagi melabeli singa Cina tersebut. Meski sama-sama singa dan sama-sama dari Budaya Cina, nyatanya mereka berbeda, baik makna maupun fungsinya.

Soal singa, alasan orang Cina memilih singa ternyata sama dengan bangsa lainnya, yaitu karena singa merupakan raja para binatang. Lihat saja beberapa negara seperti Inggris dan negara Eropa lainnya, juga negara lainnya di dunia yang juga memakai singa sebagai lambang negaranya. 

Tapi yang banyak jadi pertanyaan adalah bukankah di Cina tidak ada singa? Lalu dari mana singa masuk jadi mitologi dalam budayanya?

Ternyata dulu kaisar Cina di jaman Dinasti Han pernah mendapat persembahan singa dari negeri lain. Raja-raja yang di wilayahnya ada singa seperti di Afrika memberikan singa sebagai persembahan untuk kaisar.

Namun singa itu tidak digambarkan persis singa sebagaimana bangsa Eropa menggambarkan singa. Bangsa Cina menambahkan unsur (hewan) lainnya yang akhirnya melahirkan hewan (mitologi) baru, seperti Qilin dan Singa Batu yang kita bahas ini.

Demikianlah sekilas soal Singa Cina. Semoga setelah ini kita tidak salah kaprah lagi menyebutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *