Tamu yang Jadi Saksi dan Penceramah Nikah


IMG_9896(Mengenang Abah KH Hasyim Muzadi)

Saya masih ingat saat itu malam jumat tanggal 8 April 2010. Ponsel saya berdering. Sahabat saya almarhum Mas Millah menelpon.

“Yan, abah mau dateng ke nikahanmu nih tapi datengnya bukan pas resepsi. Mau dateng besok pas ijab, gimana?”

“Ya gak papa mas. Berarti dateng besok ya? Nanti saya kasih tau ancer-ancer lokasinya” jawab saya.

“Eh mas sekalian abah jadi saksi saya gimana?”

“Sekalian aja kutbah nikahnya abah juga, nanti saya bilang” jawab Mas Millah.

Akhirnya saya yang sempat bingung cari saksi nikah, mendapatkan saksi nikah tokoh besar: Mantan Ketum PBNU dan Sekjen Ulama Internasional KH Hasyim Muzadi. Bahkan sekalian dapat pengisi kutbah/ceramah nikah.

Besoknya tanggal 9 April, Mas Millah memandu dan mendampingi abah sampai ke rumah mertua saya. Lalu jadi saksi dan memberikan kutbah nikah.

Sebuah kejutan bagi keluarga istri dan tetangga. Tidak disangka seorang tokoh jadi saksi nikahan saya.

Ada yang lucu saat itu, awalnya penghulu yang akan menikahkan saya bilang tidak bisa lama-lama, karena banyak nikahan di tempat lain yang harus diurusnya. Tapi begitu melihat Pak Hasyim dia langsung cium tangan dan gak mau pulang sebelum mendengar sampai habis kutbah nikah dari beliau.

Karena dadakan, kami tidak sempat merekam ceramah beliau. Tapi saya masih ingat beberapa poinnya:

Nikah adalah sunnah Rasulullah yang banyak berkah di dalamnya. Ajaibnya lembaga pernikahan, membuat orang yang awalnya bukan siapa-siapa menjadi keluarga.

Beliau juga mengatakan bahwa pria dan wanita, suami dan istri itu memang tidak sama dan tidak harus disamakan. Namun sama-sama penting. Ibarat kunci, ada anak kunci ada lubang kunci, tidak sama tapi bisa membuka dan mengunci pintu. Kalau sama justru gak bisa. Juga sendal, kalau sama kiri semua atau kanan semua, malah gak bisa dipakai.

Abah juga menyampaikan pesan Al Quran agar alasan ekonomi tidak dijadikan alasan takut menikah. Sebab Allah akan memberi rezeki itu. Mereka yang menikah rezekinya justru akan bertambah.

Abah mengatakan bahwa tidak ada anak muda yang langsung mapan. Kecuali anak konglomerat yang dapat harta bapaknya. Jadi kalau nunggu mapan ya tidak nikah-nikah.

Rezeki akan datang diberikan Allah sesuai kebutuhan. Beliau bercerita dulu kemana-mana sempat jalan kaki tapi disyukuri dan meningkat terus dan pas beliau tidak kuat berjalan kaku jauh sudah diberi Allah mobil. Bukti bahwa siapa bersyukur Allah akan menambah rezekinya dari tempat yang tak terduga-duga.

Hidup harus apa adanya, jangan kebanyakan gaya. Seperti anak muda yang bagus handphonenya tapi ternyata tidak ada pulsanya.

Masih banyak pesan beliau yang tidak muat saya tulis satu persatu di sini. Yang jelas di sampaikan dengan gaya beliau yang berdiksi baik dan penuh humor khas kiai NU.

Setelah hari pernikahan saya itu, saya dan abah semakin jarang bertemu. Beliau sudah tidak lagi menjadi Ketua Umum PBNU, saya juga sudah tidak lagi menjadi wartawan.

Namun beberapa kali saya dan temen-teman wartawan NU di zaman beliau masih beberapa kali bertemu. Terakhir saya bertemu beliau menjelang Muktakar NU tempo hari.

Ternyata itu adalah pertemuan terakhir saya dengan beliau. Hari ini, beliau pergi untuk selamanya kembali ke sisi Sang Pencipta Allah SWT. Inalillahi wa inailaihi rojiun, semua dari Allah dan akan kembali kepadaNya.

Selamat jalan abah, Selamat jalan guru bangsa.
Terima kasih atas semua ilmu dan teladan yang telah diberikan selama ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *