Tanggapi Canda dengan Tawa

Foto Joker di Film "The Dark Knight"

Tiba-tiba saya teringat kata-kata Joker musuh Batman: “Why So Serious?!”. Kata yang diucapkan Joker di film “The Dark Knight” itu menurut saya layak kita camkan dan renungkan. Mengapa? Karena akhir-akhir ini saya merasa kita semua sudah terlalu serius.

Kita sudah terlalu serius hingga bereaksi terlalu serius terhadap berbagai hal. Bahkan sebuah candaan, komedi, atau humor, pun kita tanggapi terlalu serius. Banyak orang marah-marah atas lelucon yang dilontarkan pelawak di tivi, atau dilontarkan temannya barangkali, dan lain sebagainya.

Tentu kita masih ingat kasus artis dan komedian Olga Syahputra yang digugat gara-gara lawakannya di sebuah acara tivi swasta. Saat itu Olga yang sedang berperan sebagai hantu mengaku mati karena diperkosa supir angkot. Kebetulan saat itu lagi marak kasus perkosaan di angkot.

Reaksi pun datang secepat kilat. Olga dituding tidak peka terhadap korban. Dia dinilai membuat candaan yang tidak perlu dan menyinggung dan lain sebagainya. Beritanya ramai di media, sampai gugatan pun dilayangkan pihak yang mengaku tersinggung.

Belum lekang ingatan kita akan kasus Olga, kembali ada komedian yang menuai hujatan usai melucu di tivi. Kali ini menimpa komedian Stand Up Comedy Indonesia Soleh Solihun (@solehsolihun). Gara-gara melucu bertema sepeda motor dan biker , soleh dikecam para biker.

Materi lawakan soleh yang mengatakan orang yang memakai pakaian berkendara dan protektor lengkap seolah dah siap jatuh, dinilai para biker tidak tepat. Lawakan itu dinilai bisa kontraproduktif pada kampanye safety riding. Karena memakai protektor lengkap memang idealnya dipake biker demi berkendara dengan aman.

Lalu para biker mengatakan, Stand Up Comedy yang katanya lawakan cerdas, tidak seharusnya melakukan hal itu. Materi lawakan harus cerdas, dan kalau tidak cerdas, sebaiknya beralih ke genre lawakan lainnya saja.

Menurut pendapat saya, para penggugat atau pengkritik tidak salah. Mereka punya argumen memadahi soal keberatannya atas dua lawakan yang saya jadikan contoh itu. Apalagi itu menyangkut isu yang bagi masing-masing pihak penggugat adalah isu sensitif. Tidak ada yang salah, itu adalah hak.

Namun saya cuma ingin mengingatkan, bahwa hendaknya kita tidak terlalu serius. Ingat kata Joker tadi “Why So Serious?!”. Kenapa terlalu serius sih. Itu kan cuma candaan. Just Joke. Jangan terlalu dianggap serius, namanya juga komedi.

Jika pernyataan sensitif itu diucapkan pejabat atau tokoh, kita mungkin layak merespon serius. Tapi ini kan dalam sebuah acara komedi. Semua orang juga tahu acara komedi itu isinya ya candaan, lucu-lucuan, dan sejenisnya yang jauh dari serius. Kalo di dalamnya ada celaan, hinaan, pasti itu cuma canda dan tidak serius. Itu mengapa para pelawak bebas saling mengejek tanpa ada yang sakit hati.

Bukankan di dunia tulis, atau komunikasi via tulisan kita dikenalkan dengan emoticon? Misalnya tanda senyum (J) untuk membedakan bahwa maksud tulisan untuk bercanda, sehingga gak salah tafsir. Nah apalagi di dunia nyata. Apalagi di acara yang jelas-jelas, acara komedi.

Mungkin ada yang berpendapat komedi pun harusnya tidak menyinggung. Memilih materi yang gak menyakiti orang lain. Idealnya sih begitu, tapi kan semua komedian punya cara atau gaya berbeda. Kalau pun ada yang menyinggung, sekali lagi itu adalah candaan, tidak serius.

Maka sebaiknya kita tidak terlalu serius. Apalagi dengan sebuah komedi. Tanggapilah candaan dengan tawa. Tidak perlu terlalu serius. Saya khawatir, jika kita terlalu serius, semua akan kita seriusi. Akhirnya kita akan sibuk serius dengan hal-hal remeh temeh. Kita tidak lagi mampu membedakan mana yang seharusnya kita seriusi dan mana yang tidak.

Jadi, sekali lagi tanggapi canda dengan tawa saja. Jangan terlalu serius, seperti pesan  Joker: “Why So Serious?!”

3 comments

Leave a Reply to nurediyanto Cancel reply

Your email address will not be published.