Saat ini, hampir tiap hari pasti ada orang yang twitwar alias berdebat di twitter. Topik twitwarnya pun beragam, dari soal agama sampai musik, dari soal bola sampai politik. Pelakunya juga beragam, dari ABG sampai tokoh. Bahkan beberapa twitwar sampai berujung ke meja hijau.
Di tahun politik ini, twitwar antar politisi juga sudah jamak terjadi. Bahkan kadang kita malah bosan membaca atau mengikutinya. Dari akun pendukung sampai petinggi partai kerap melakukan twitwar dengan lawan politik. Kadang twitwar itu malah terjadi dari sore sampai dini hari. Istilah dalam Bahasa Jawanya ra uwis uwis.
Banyaknya twitwar politik saat ini membuat saya teringat kejadian di penghujung bulan Januari tahun 2010 silam. Saat itu ada dua tokoh papan atas Indonesia yang sama-sama aktif di twitter melakukan twitwar politik. Sejauh pengamatan saya, ini adalah twitwar politik pertama yang ramai ditulis media.
Twitwar ini jadi ramai karena dilakukan oleh dua tokoh papan atas, mengenai sebuah isu yang sedang hangat saat itu. Selain itu, waktu itu masih jarang para tokoh atau politisi yang memiliki akun media sosial khususnya twitter. Maka ketika ada tokoh yang twitwar, maka langsung jadi perhatian.
Siapa dua tokoh yang terlibat perang twit yang kemudian ramai dibicarakan berbagai media ini? Mereka adalah Wimar Witoelar (@wimar) dan Aburizal Bakrie (@aburizalbakrie).
Sebenarnya Wimar dan Aburizal adalah teman lama. Mereka dulu sama-sama kuliah di ITB. Bahkan Wimar pernah juga bekerja di Antv, milik Aburizal saat Wimar mewakili pihak Star TV. Namun kedua sahabat lama ini kemudian melakukan perang kata dan sindiran terkait kasus Bank Century dan Sri Mulyani alias SMI.
Twitwar ini dimulai oleh Wimar, yang merupakan konsultan dan pendukung SMI. Dia menyerang Aburizal yang menjabat sebagai ketua umum Partai Golkar. Wimar menyerang Aburizal karena Golkar adalah salah satu partai yang mempermasalahkan kasus Century dan menyerang SMI.
Wimar menyerang Aburizal dengan kasus-kasus yang selama ini dikaitkan kepada pemilik Grup Bakrie tersebut. Wimar juga terang-terangan menyatakan dukungannya pada SMI dan anti Aburizal. Bahkan dia membawa-bawa perusahaan-perusahaan Bakrie dalam twitnya:
“Saya dukung SMI, anti AB,”
“Individu harus berpihak. Partai harus berpihak pada yang baik. Media harus tidak berpihak. AB oke, AB+Golkar bad, AB+Golkar+TVOne very bad,”
Tak hanya Wimar. Banyak pendukung Wimar yang kemudian mengRT twit tersebut atau ikut mention menyarang Aburizal. Aburizal yang awalnya diam, kemudian membalas santai serangan Wimar dengan sindiran bahwa demo yang menyerang dirinya selama ini diduga didanai Wimar:
“Bukan Wimar dan groupnya yg membiayai demo?”
“Wakakaak anak ITB memang punya sense of humor, Thanks Cal!!” jawab Wimar.
“thanks Mar (ada yg blg manggil lo Wim, kalo gue tetap kaya dulu manggilnya)” sahut Aburizal.
“Thanks Cal, skrg gw dipanggil Wim atau ww,” timpal Wimar.
Tak sampai di situ, Wimar terus menyerang Aburizal dengan twit sinisnya:
“Aburizal Bakrie itu baik, teman lama, tapi ngemplang pajak, mengabaikan lumpur dan pake uang dan jabatan untuk menekan orang baik SMI-Boed”
Mendapat serangan, Aburizal kemudian melakukan serangan balik. Dia kemudian membawa ke topik tentang perusahaan Bakrie yang diserang Wimar. Aburizal kemudian mengingatkan bahwa Wimar pernah bekerja di perusahaannya:
“makanya. Biar jelas apakah itu alat politik sbg penekan atau beneran.Bdw,lo pemegang saham Bumi gak?Kan Bumi “saham sejuta umat.”
”Sorry Cal, hw ga punya saham Bumi. Gw pilih saham yang aman,” elak Wimar.
“dulu kan lo kerja di Anteve. termasuk yg bikin poiicy kan?” ungkap Aburizal.
”Gua kerja utk StarTV Cal, Mewakili StarTV di BoD Anteve,” elak Wimar.
“oh gitu, gue kira di Anteve,” ujar Aburizal singkat, di twitnya yang lain, dia juga sempat menyindir saat Wimar di antv programnya ratingnya nol.
Twitwar ini tidak hanya disimak banyak orang. Tapi banyak juga yang memberikan dukungan pada salah-satu dari mereka. Seorang follower Aburizal ada yang menanyakan mengapa sahabat lamanya itu menjadi sangat benci dan menyerangnya? Aburizal pun menjawab bahwa dirinya tidak tahu menahu tentang perilaku sahabatnya itu.
“Kawan lama sama Wimar. Betul2 saya tdk tahu knp dia sewot banget ke saya. Anyway, terima ksh atas perhatian dan doanya,” tulis Aburizal.
Di antara penyimak twitwar itu, ada juga yang menjadi “kompor”. Dia adalah Fadjroel Rachman (@FadjroeL) yang juga lulusan ITB rupanya ikut “ngompori” twitwar kedua seniornya itu:
“bukanya @aburizalbakrie teman makan malamnya om @wimar? hati2 lho jangan2 dr tunggakan pajak Rp.10T yg diduga om itu,”
“Banyak yg ga ngerti hubungan saya dengan Ical. Dia orang baik, temen lama. Tapi tidak bisa dikecualikan dari kewajiban sbg warganegara,” elak Wimar.
Tapi Fadjroel terus “ngomporin” keduanya dengan twit-twitnya yang memposisikan dirinya seolah menjadi moderator dalam twitwar yang disebutnya #matchoftheday itu:
“oooii tahan diri, jangan buat kesimpulan dulu,biar sesi klarifikasi berlangsung dulu om @wimar vs @aburizalbakrie soal ANteve”
“bila keduanyabersedia maka #matchoftheday dilanjutkan om @wimar vs @aburizalbakrie masih soal:ANteve, tunggakan pajak, kesantunan politik.”
“om wimar belum menjawab ini @wimar, “AB (aburizal, pen) orang baik, ANAKBUAHNYA yang PREMAN.” mohon klarifikasi siapa anakbuahnya itu?”
“@aburizalbakrie juga belum menjawab, “benarkah menunggak pajak Rp.2,1T atau menurut om @wimar plus denda jadi Rp.10T,”
“om @wimar memasukkan topik untuk dijawab @aburizalbakrie soal KESANTUNAN POLITIK, silakan untuk dijawab dulu?”
Tampaknya Wimar dan Aburizal sadar sedang dikompori Fadjroel, maka mereka kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan twitwar mereka. Mereka juga memilih untuk tidak menghiraukan twit “kompor” dari fadjroel.
“Gak enak dikomporin,” twit Wimar.
“Ya tuh. Aku aja bosen,” kata Aburizal.
Twitwar antara Aburizal dan Wimar memang berakhir sampai di situ. Namun perhatian atas twitwar keduanya masih terus berlangsung beberapa waktu kemudian. Media massa ramai menulisnya, terutama media online. Bahkan perdebatan keduanya sampai di bawa ke dunia nyata.
Forum diskusi Obrolan Langsat alias Obsat (@Obsat) kemudian memfasilitasi Aburizal untuk berbicara di forum tersebut menjawab semua pertanyaan baik tentang SMI, maupun tentang semua isu negatif yang diarahkan kepadanya di dunia maya. Wimar pun dipersilahkan datang. Namun hanya Aburizal yang berani datang dan berdiskusi dan debat terbuka dengan komunitas online (baca di sini).
Wimar yang tidak hadir kemudian besoknya malah menuduh Obsat adalah acara setingan Aburizal.
“Obsat was a setup. Either agree w Bakrie or seem antisocial. Choreographed by Antv”
Kontan saja, kemudian Wimar mendapat serangan dari banyak orang, terutama para aktivis online. Uniknya, banyak orang yang saat twitwar mendukung Wimar, pasca statement Wimar soal Obsat itu, jadi ikut menyerang pria berambut kriting ini. Wimar pun kemudian menjadi objek bully di dunia maya.
Saat itu Wimar juga sempat menuduh media termasuk Tempo tidak objektif. Sebab berita hasil liputan di acara Obsat dinilai positif bagi Aburizal. Ini juga membuat Wimar sempat diprotes oleh tokoh Tempo Goenawan Mohamad alias GM (@gm_gm), dan sempat terjadi twitwar antara mereka.
Lalu banyak muncul prarodi dan sindiran atas ketidak hadiran Wimar dan twitwar wimar dan GM. Seperti berikut ini:
“kalau ada orang yang gak dateng tapi sok tau, bilang aja dasar Wimar lu,”
“makanya om @Wimar datang biar tahu dan gak asal asbun”
“Mulai besok Bakmi GM tidak menyediakan mie kriting,”
Itulah cuplikan cerita lama mengenai twitwar Wimar dan Aburizal dan dampak lanjutannya. Mungkin sekarang banyak twitwar yang lebih seru, panjang dan panas. Namun menurut pendapat saya twitwar Wimar dan Aburizal lah pioneer twitwar tokoh yang tidak saja ramai dan jadi perhatian di twitter, tapi juga mempunyai nilai berita dan banyak mendapat perhatian media.