Yang Terlewat Soal Sandang Walikat

Bagi pecinta keris, tentu tidak asing dengan Sandang Walikat. Warangka atau sarung keris ini merupakan varian warangka yang sering jadi pilihan sandangan keris selain Warangka Gayaman dan Ladrang atau Branggah.

Tak hanya di Jawa, di daerah lain juga muncul warangka serupa namun dengan nama berbeda. Ada Kekojongan yang banyak disebut Warangka Sandang Walikat versi Bali, sementara di Madura atau Jawa Timur ada Jurigan

Sandang Walikat dinilai sebagai warangka yang lebih sederhana dibandingkan warangka keris lainnya. Ini terlihat dari rincikannya memang tidak sebanyak dan sedetail warangka lainnya. Bahkan hanya terkesan polosan seperti sarung belati.

Ini karena Sandang Walikat itu sendiri yang cenderung menekankan aspek fungsional dibandingkan aspek estetika atau lainnya. Fungsi yang dimaksud adalah kepraktisan saat dikenakan, juga agar mudah dibawa. Baik untuk perang maupun perjalanan jauh.

Juga agar mudah disembunyikan di dalam lapisan baju. Kalau zaman sekarang mirip holster atau sarung pistol ala detektif atau agen yang disembunyikan di bawah setelan jas atau jaket.

Dari fungsinya itu juga nama Sandang Walikat diberikan. Sandang artinya dipakai dan walikat artinya di pinggang. Di pinggang di sini bisa diartikan di pinggang secara tersebunyi di balik lapisan baju.

Warangka ini biasanya di Jawa dijadikan warangka wayuhan atau warangka cadangan. Di Jawa, keris biasanya, walau tidak selalu, memiliki tiga warangka: Ladrang atau Branggah untuk acara resmi, Gayaman untuk sehari-hari, dan Sandang Walikat untuk tujuan khusus seperti dijelaskan di atas.

Tapi belakangan ini warangka ini banyak digunakan jadi warangka utama dan satu-satunya, terutama untuk keris pendek dan lebar. Seperti keris Jalak Budha, Betok, keris  Puthut atau Sajen dan lain sebagainya.

Selama ini sejauh yang saya amati, ada hal yang terlewat saat kita membahas Sandang Walikat. Yang pertama adalah bentuk Sandang Walikat untuk keris Yogya dan Solo selama ini tidak jelas bentuk baku dan perbedaannya.

Tidak sejelas beda Warangka Ladrang dan Branggah atau Gayaman Yogya dan Solo. Di berbagai literatur yang ada dan foto keris yang beredar, yang terlihat berbeda hanya hulunya saja. Sementara bentuk dan rincikan warangkanya sama.

Atau sebenernya memang tidak ada rincikan baku yang membedakan keduanya? Bahkan sesama Sandang Walikat berhulu Surakarta misalnya, bentuk atau rincikan warangkanya beda-beda.

Ini yang terlewat dan tidak ada dalam pembahasan baik di grup keris, sampai literatur misalnya buku “Ensiklopedi Keris” atau “Keris Jawa”, yang selama ini banyak jadi rujukan. 

Kedua soal pendok. Ini juga terlewat dibahas. Padahal ada dua pendapat paling tidak. Misal, Bambang Harsrinuksmo di “Ensiklopedi Keris” menyebut logam seperti emas dan perak adalah salah satu bahan Warangka Sandang Walikat. Sementara menurut Haryono Haryoguritno dalam “Keris Jawa: Antara Mistik dan Nalar” menyebut itu hanya pendok. Namun pendok untuk Sandang Walikat logamnya memang harus menutup seluruh warangka, beda dengan warangka lain yang menutup gandarnya saja.

Lalu bagaimana dengan Warangka Sandang Walikat yang pakai Pendok Blewah atau pendok di bagian bawah warangka saja? Kedua tokoh tersebut tidak membahas, juga di banyak buku keris lain tidak ada jawabannya.

Tapi tidak semua yang terlewat tidak ada jawabannya. Ada juga yang terlewat atau terlupa soal warangka ini dijelaskan oleh Bambang Harsrinuksmo yaitu soal pakem hulu Sandang Walikat. Ternyata ada pakem untuk hulu yaitu jika Sandang Walikat itu tidak dibuat untuk warangka wayuhan, maka hulu atau dedernya harus dibuat khusus. 

Khusus di sini yaitu hulu tidak diberi atau memakai mendak. Jadi setelah bagian bungkul, bagian bawah ukiran atau hulu itu mengerucut bentuknya. (Lihat Ensiklopedi Keris, hal. 406-407)

Selain itu, menurut Bambang Harsrinuksmo, di Madura Warangka Sandang Walikat yang disebut Jurigan, bukan dianggap warangka cadangan. Ada yang sengaja dibuat sebagai warangka utama.

Ini yang membuat Warangka Jurigan tidak dibuat sederhana seperti Sandang Walikat Jawa. Sebaliknya Jurigan tampil dengan indah dan mewah dengan ukiran yang menawan.

Informasi berbeda datang teman-teman Madura ternyata Sandang Walikat juga banyak macamnya tidak hanya Jurigan sebagaimana disebut di “Ensiklopedi Keris” dan buku “Kajian Keris Sumenep” terbitan Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga Kebupaten Sumenep tahun 2021. Jurigan menurut teman-teman Madura hanya satu versi atau model saja. Selain ith ada Nam-nam, Matani, juga Saron.

Foto terlampir adalah Warangka Saron dari Sumenep Madura. Berukir tumbuhan berbalut pendok perak dan Hulu Kong Bukongan.

Sementara Kekojongan Bali selain pendapat yang mengatakan itu versi Bali untuk Sandang Walikat, ada pula yang berpendapat bukan. Kekojongan adalah warangka atau di Bali disebut wrangka atau urangka yang terinspirasi dari kojong, yaitu daun yang dilipat kerucut untuk persembahyangan.

Maka Kekojongan juga tampil tidak sederhana seperti Sandang Walikat di Jawa. Saya pernah melihat keris sepuh dengan Warangka Kekojongan yang indah dan mewah. Terbuat dari kayu bermotif bagus, berhulu gading berukir, dan dibalut pendok dengan hiasan Kala penuh permata dengan tatahan detail dan indah. 

Tidak seperti Kekojongan sederhana yang banyak beredar belakangan ini. Yang itu mungkin jadi membuat orang berpendapat itu versi sederhana atau versi Bali dari Sandang Walikat. Padahal mungkin bukan.

Itu tadi sekilas soal Warangka Sandang Walikat, juga soal hal-hal yang terlewat saat membahas warangka ini. Yang terlawat mari dibahas dan ditambahi agar wawasan kita bersama menjadi lengkap dan tidak ada yang terlewat lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *