Gedung DPR/MPR atau gedung parlemen di Senayan memberikan kisah pahit bagi beberapa presiden. Tidak terkecuali mantan Presiden BJ Habibie, yang pernah ditolak pidato pertanggung jawabannya di tempat para wakil rakyat tersebut.
Namun, Habibie mengaku tidak memiliki trauma dengan tempat tersebut. “Saya tadi ditanya Pak Muladi (Gubernur Lemhannas), Pak, tidak trauma dengan ruangan ini (gedung parlemen). Saya jawab, bukan trauma, tapi kenangan manis,” ujar Habibie saat berpidato di Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPD), di komplek parlemen.
Tokoh yang dikenal jenius itu mengaku tidak membenci DPR/MPR. Karena bagi dia kekuasaan hanyalah titipan semata. “Saya tidak pernah melupakan sedikit pun itu titipan. Karena itu saya (tetap) punya kenangan manis di ruangan (kompleks parlemen) ini. Saya tetap bisa tidur nyanyak,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Habibie juga sempat bernostalgia saat bekerja bersama anggota dewa. Dia mengungkapkan saat akan merumuskan pembentukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dirinya ingin menamai lembaga itu dengan Dewan Utusan Daerah (DUD).
Apalagi lembaga itu sebagai pengganti utusan daerah. Namun Habibie kemudian tidak setuju dengan nama DUD.
“Tapi DUD dalam bahasa Inggris artinya tong kosong, atau seseorang yang selalu gagal, makanya tidak jadi pakai itu,” ungkapnya.
Padahal kata utusan, ujar Habibie punya arti lebih dalam dari perwakilan. Sebab utusan akan menyampaikan aspirasi apa adanya dan penuh kesungguhan. Namun karena alasan tersebut di atas maka kemudian nama DPD disepakati.