Suka cita menjalar ke seluruh penjuru kota. Mereka yang di sisi Timur maupun Barat merasakan hal yang sama. Lalu mereka berlarian bersama ke sebuah tembok yang selama ini membatasi mereka. Mereka pun memanjat tembok tinggi itu untuk merayakan dan menggaungkan gema kebebasan.
Suasana di kota Berlin, hari ini 27 tahun yang lalu, itu menandai berakhirnya kedigdayaan sebuah tembok yang memisahkan sebuah bangsa selama 28 tahun. Itulah Tembok Berlin alias Berliner Mauer.
Tembok yang kemudian menjadi terkenal seantero jagad seterkenal Tembok Besar Cina ini, mulai dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) pada 13 Agustus 1961. Tembok ini dibangun sebagai pembatas dan simbol pemisah antara Jerman Timur yang berhaluan Komunis dengan Jerman Barat yang dianggapnya masih fasis. Pemisahan satu bangsa menjadi dua negara ini merupakan efek dari perang dingin.
Tembok ini memang terbukti ampuh. Gelombang migrasi jutaan penduduk Jerman Timur ke Barat berhasil direduksi dengan ini. Tetapi pemisahan tentu bukan sesuatu yang mengenakkan. Maka upaya menembus tembok ini pun kerap dilakukan, meski kerap berakhir tragis.
Semenjak tembok itu dibangun. Tercatat ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, melewati tembok yang dilengkapi dengan pos penjaga bersenjata dan ranjau anti kendaraan itu. Tak ayal banyak juga korban berjatuhan. Diperkirakan 200an orang yang mencoba menyeberang tewas ditembak sang penjaga tembok.
Namun pada akhirnya, sekuat apapun Tembok Berlin, dia hanyalah sebuah tembok. Keinginan bersatu Bangsa Jerman jauh lebih kuat dari bangunan beton dengan segala sistem pengamanannya ini.
Maka saat pengaruh Soviet mulai berkurang dan perang dingin mulai usai, plus kerusuhan sipil selama beberapa minggu, akhirnya pemerintah Jerman Timur menyerah juga. Mereka mengumumkan bahwa saat itu, tanggal 9 November 1989, penduduk Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat. Warga Berlin Timur boleh ke wilayah Berlin Barat dan sebaliknya.
Inilah momen runtuhnya Tembok Berlin yang kemudian dikenang dunia. Karena runtuhnya tembok pemisah ini membuka jalan bersatunya kembali (reunifikasi) Bangsa Jerman, yang terwujud seutuhnya pada 3 Oktober 1990.
Selalu ada orang yang bisa melihat peluang di setiap kejadian. Tak terkecuali para pedagang souvenir. Mereka pun mencongkeli Tembok Berlin dan menjajakannya puingnya sebagai souvenir. Akhirnya ini membuat tembok itu retak di mana-mana. Akhirnya pemerintah Jerman pun meruntuhkannya dengan buldoser.
Foto ini adalah salah satu sisa puing tembok legendaris itu yang dijadikan souvenir berupa kartu pos. Lalu dibawa seorang wisatawan terbang melintasi benua dan sampai ke Indonesia. Akhirnya saya musiumkan di antara buku-buku saya.
Setiap melihat kartu pos Tembok Berlin ini saya seolah diingatkan bahwa mengurung kebebasan manusia dengan sebuah tembok adalah usaha yang sia-sia.