Garuda Tetap Juara

Foto: vivanews.com

Luar biasa dan membanggakan. Itulah kata yang patut diucapkan untuk mengapresiasi penampilan Timnas Indonesia atau tim Garuda tadi malam. Di hadapan publik sendiri di Stadion Gelora Bung Karno, Garuda tampil impresif.

Tadi malam, Garuda seolah menemukan kembali semangatnya. Tidak ada lagi penampilan buruk dan mental lemah seperti saat kalah 3-0 di Bukit Jalil, Malaysia. Sebaliknya, pasukan Garuda di leg ke dua justru menekan habis Tim Malaysia. Pertahanan Harimau Malaya sampai kewalahan dibombardir Garuda, dan kipernya pun sampai jatuh bangun menyelamatkan gawang.

Sayang, banyak peluang tapi tak kunjung membuahkan gol. Bahkan hadiah pinalti untuk Timnas pun gagal di eksekusi oleh Firman Utina. Lebih mengagetkan lagi ketika sibuk menyerang, Garuda kebobolan oleh serangan balik Malaysia.  Skor 1-0 untuk Malaysia lewat penyerangnya Safee.

Namun itu tak berlangsung lama. Bombardir tanpa henti Timnas akhirnya membuahkan hasil lewat kerjasama apik Bustomi dan Nasuha. Menyusul kemudian gempuran Ridwan membuahkan gol ke dua. Maka malam itu, dada Garuda kembali tegak. Kekalahan di Malaysia seolah terbayar dan terbalaskan.

Tapi kemenangan itu tetap menyisakan duka. Sebab Timnas gagal juara. Kekalahan 3-0 di leg pertama membuat kita hanya boleh puas duduk di bangku runner up saja. Malaysia lah yang menjuarai AFF Suzuki Cup 2010 ini dan layak mengangkat tropi. Negeri Jiran ini mencetak sejarah dengan menjadi juara untuk pertama kalinya.

Meski gagal menjadi juara AFF, bagi para pendukungnya Garuda tetap juara. Sebeb sepanjang pergelaran Timnas selalu menang. Timnas hanya kalah sekali saja. Sayangnya kekalahan sekali di Malaysia itu pula yang mengubur mimpi Indonesia mengangkat piala.

Ini bukan berarti kita lebih buruk dari Malaysia. Karena sebelumnya Malaysia kita hajar telak 5-1 di penyisihan group. Penampilan dan kemenangan tadi malam juga bukti bahwa kita lebih baik. Di ajang AFF sebelumnya kita juga sering membantai Malaysia. Belum lagi kalau kita mau mengungkit kecurangan di Bukit Jalil.

Semua orang tahu, saat leg pertama di Bukit Jalil, tuan rumah tidak sportif. Suporter Malaysia mengganggu konsentrasi pemain Garuda dengan laser yang sangat banyak dan melempar petasan, sehingga pertandingan dihentikan. Suporter Indonesia yang minoritas di sana juga dilempari dan diintimidasi.

Sementara suporter kita jauh lebih beradab. Tidak ada kerusuhan sepanjang gelaran AFF. Bahkan suporter kita tidak membalas prilaku suporter Malaysia. Mereka justru bertekad menunjukkan bagaimana contoh suporter yang baik. Mereka tetap mendukung walau tim kalah dan tipis peluangnya. Mereka bahkan datang berbondong-bondong memerahkan Gelora Bung Karno.

Yang rugi justru pihak Malaysia. Seolah mengakui kecurangan, mereka tak berani datang. Banyak yang takut mendapat balasan dari suporter Indonesia. Namun ternyata prasangka mereka keliru. Suporter Garuda menunjukkan sportifitas. Mereka menunjukkan perlawanan dengan memberi dukungan pada Timnas untuk bangkit. Hasilnya, Timnas memang bangkit dan Garuda berhasil mecabik-cabik Harimau Malaya. Walhasil, kasihan Timnas Malaysia yang merayakan kemenangan tanpa disaksikan suporternya.

Apa yang ditunjukkan suporter ini adalah sebuah kemenangan. Mengingat sebelumnya hal ini sulit kita lihat. Selama ini suporter Indonesia identik dengan pembuat onar, kerusuhan, dan cap negative lainnya. Tapi hal itu kemudian seolah terbuang jauh-jauh. Sportifitas dijunjung tinggi.

Bahkan beberapa suporter club liga Indonesia yang selama ini bermusuhan, menyatakan damai demi Timnas. Ini adalah sebuah kemenangan. Timnas telah menyatukan anak bangsa yang terpecah. Jika selama ini bola membuat mereka pecah, maka sekarang mereka kembali di satukan.

Timnas pun menunjukkan hal yang sama. Anak asuhan Alfred Riedl ini diakui sebagai tim yang menjunjung tinggi fair play. Firman Utina, Sang Kapten pun memboyong penghargaan pemain terbaik. Satu lagi kemenangan dalam bentuk lain.

Spirit luar biasa Timnas ini tidak hanya ditularkan ke lapangan dan sekitarnya saja. Spirit ini telah menjadi euphoria yang menjalar ke seluruh negeri. Rasa bangga dan nasionalisme kembali tumbuh karena kerja Timnas. Jika dulu mendengar nama Timnas tidak bangga, karena selalu kalah dan miskin prestasi, kini semua bangga memiliki Timnas yang bermain bagus dan disegani.

Bahkan semua orang kemudian menjadi cinta dengan Indonesia. Bangga menjadi orang Indonesia dan mengenakan atribut bersimbol Merah Putih atau Garuda. Kebanggan ini kemudian juga berubah menjadi berkah bagi rakyat. Pedagang kecil yang menjajakan atribut bertema Timnas kebanjiran rejeki. Ekonomi kecil bangkit akibat Timnas.

Garuda telah menumbuhkan cinta di hati masyarakat Indonesia. Garuda di Dadaku menjadi istilah pemersatu. Semua perbedaan lebur dalam kecintaan dan kebanggaan yang sama. Garuda telah menyatukan bangsa. Meski tanpa piala, garuda tetap juara di hati rakyat Indonesia. Itu lebih penting dari sebuah piala. Semangat ini harus terus dijaga. Soal piala, bisa dicari di even berikutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.