Hari itu susana kota Mekkah sungguh mencekam. Penduduknya kocar kacir lari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri. Sebagian lainnya bersembunyi dengan hati berdebar membayangkan maut yang siap merenggut.
Hari itu 10 Ramadan tahun 8 Hijriyah atau 630 Masehi. Kota Mekkah dikepung 10 ribu pasukan Islam, yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW. Pasukan muslim akhirnya memilih menyerang Mekkah karena kaum kafir Mekkah melanggar Perjanjian Hudaibiyah.
Dalam perjanjian itu diatur berbagai hal termasuk gencatan senjata. Walau banyak merugikan umat Islam dan menguntungkan kaum kafir, tapi umat muslim mematuhinya. Justru pihak kafir yang melanggarnya, bahkan membantai muslim di kawasan masjidil haram.
Karena itu saat Rasulullah dan pasukan muslim mengepung kota Mekkah, orang-orang kafir ketakutan. Mereka takut pasukan muslim akan membalas dendam. Apalagi dulu mereka mengusir, menyiksa, dan membunuh umat Islam yang kala itu masih minoritas. Mereka mengira akan diperlakukan sama kejamnya dengan saat mereka dulu memperlakukan Rasulullah dan pengikutnya.
Namun yang terjadi kemudian adalah sebaliknya. Rasulullah hari ini berhasil menakhlukkah Kota Mekkah. Inilah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang dikenal dengan Fathu Makkah. Sebuah kemenangan yang besar yang diraih tanpa pertumpahan darah sedikit pun. Rasulullah yang bersorban hijau tua dan memimpin pasukan dengan mengendarai onta, hanya menghancurkan patung patung berhala yang selama ini dipajang di Ka’bah oleh orang kafir.
Kemudian Rasulullah berpidato pada orang kafir:
“Ya, kafir Quraisy, laisa hadza yaumul malhamah, wala kin hadza yaumul marhamah waantum thulaqo”
“Wahai kafir Quraisy, hari ini bukanlah hari pembantaian, akan tetapi hari ini adalah hari kasih sayang. Dan kalian kami bebaskan”.
Rasulullah mendeklarasikam bahwa hari itu adalah Hari Kasih Sayang. Semua orang kafir yang dulu memusuhi, mengusir, dan membantai, umat Islam dimaafkan (serta merdeka) untuk kembali kepada keluarga masing-masing. Tidak dieksekusi atau dibunuh sebagaimana yang mereka bayangkan. Bahkan tidak pula dipaksa pindah keyakinan atau masuk Islam.
Keputusan Rasulullah ini tak hanya mengejutkan kaum kafir, pasukan muslim pun terkejut. Bagaimana mungkin musuh terbesar yang selalu memerangi mereka kini malah diampuni, diberi amnesti semua tanpa kecuali. Yang membuat lebih terkejut lagi adalah kemudian Rasulullah justru meminta agar harta rampasan perang dan ribuan onta dikembalikan pada orang kafir tersebut.
Para sahabat Rasulullah pun sempat memprotes keputusan Nabi ini. Sebab sesuai aturan perang harta rampasan itu adalah hak mereka. Namun Nabi Muhammad SAW kemudian memberikan pengertian pada sahabat dan pasukannya. Sambil tersenyum beliau kemudian bertanya pada mereka sudah berapa lama mengenalnya. Para sahabat menjawab beragam sesuai lama tahun mereka mengenal Rasulullah.
“Lalu sepengetahuan kalian, apa aku mencintai kalian atau tidak?” kata Nabi melanjutkan pertanyaan.
Kemudian serempak para sahabat menjawab: “mencintai”
Nabi pun melanjutkan pertanyaannya: “Jadi kalian lebih memilih cintaku atau harta rampasan itu?”
Akhirnya para sahabat mengerti bahkan menangis haru. Karena tidak ada artinya harta benda dan semua yang ada di dunia ini jika dibandingkan dengan cinta Rasulullah pada umatnya. Cinta yang kelak menjadi syafaat di akhirat.
Hari itu, di Hari Kasih Sayang itu, tak hanya umat Islam saja yang terharu karena akhirnya bisa kembali pulang ke kampung halamannya setelah sekian lama terusir. Hari itu kaum kafir Mekkah juga terharu atas kebaikan hati, atas kasih sayang yang ditunjukkan Rasulullah. Mereka pun berbondong-bondong masuk Islam tanpa paksaan. Hati mereka tersentuh oleh kasih sayang.
Itulah Hari Kasih Sayang yang dicanangkan dan dicontohkan Rasulullah. Peringatilah, contohlah, praktekkanlah. Umat Islam tidak perlu mencari-cari teladan Hari Kasih Sayang dari tempat lain.
Rasulullah selalu mengajarkan kasih sayang. Beliau juga selalu mengajarkan bahwa kasih sayang itu universal. Tidak hanya berlaku bagi sesama muslim saja. Sebagaimana sabda beliau:
“Sekali kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi”
“Wahai Rasulullah semua kami pengasih” jawab para sahabat.
Berkata Rasulullah: “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang di antara kalian kepada sahabatnya (sesama muslim), tapi bersifat umum (kepasa seluruh umat manusia)” (HR At Thabrani)
Dalam kesempatan lain Rasulullah juga bersabda:
“Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya” (HR Turmudzi)
Ajaran Islam adalah ajaran kasih sayang. Allah saja memilih sifat: pengasih dan penyayang dalam atribut setelah namanya yang dibaca setiap hari oleh umat Islam.
Bismillahirohmanirohim. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Jadi bukan Islam jika tidak mengajarkan dan mempraktekkan kasih sayang. Terbarkanlah, praktekkanlah kasih sayang setiap hari, jangan hanya setahun sekali.