Hari Pertama Menyiksa Si Santa

Setelah lama mendamba dan menabung, akhirnya kesampaian juga memiliki sepeda gunung full suspension (fulsus). Dua minggu lalu, saya secara resmi mengganti frame sepeda hardtail (tanpa suspensi) saya dengan frame fulsus. Frame fulsus yang saya pilih adalah Santacruz Heckler yang bertipe All Mountain (AM).

Heckler ini saya pilih menggantikan frame lama (Giant ATX Pro), dengan pertimbangan spesifikasi dan harga. Menurut saya inilah frame yang paling cocok buat saya dan yang penting value of money. Karena part di sepeda lama lumayan bagus, maka hanya butuh membeli headset dan kabel shifter saja. Part lain masih cocok dengan frame baru yang beda aliran ini.

Kesan pertama yang saya rasakan saat menggowes Heckler ini adalah empuk dan stabil. Maklum saja lama memakai frame hardtail yang pasti keras di pantat. Frame ini juga berat untuk nanjak. Ini dikarenakan bobot frame fulsus apalagi spek AM memang berat, terlebih saya biasa memakai frame hardtail Giant yang memang terkenal ringan.

Setelah seminggu mendekam di rumah dan hanya diajak jalan-jalan di komplek, akhirnya hari Minggu kemarin saya berkesempatan “menyiksa” frame baru ini. Si Santa, nama sepeda saya, saya ajak ke track Hutan UI. Sepuluh kilo meter pertama kita menyusuri jalanan aspal atau onroad dari Pasar Minggu-Lenteng Agung-UI. Di sini frame masih bisa diajak ngebut dan efek bobingnya tidak terlalu terasa atau bahasa gaulnya tidak terlalu mental-mentul. Inilah kelebihanteknologi ProPedal yang ada di Shock Fox Float Rp23 bawaan Heckler.

Sesampainya di UI, Si Santa langsung saya “siksa” di trek panjang UI. Di trek yang becek karena sehari sebelumnya hujan sangat lebat, kita lahap dengan enak. Maklum shock Fox Float RP23 cukup memanjakan di medan offroad. Lalu sampailah di drop out atau turunan tajam pinggir danau. Di sini frame ini terlihat enaknya melahap turunan dengan kontur tidak rata ini. Hop! Lagi-lagi shcok buntut rubah dengan travel 5,9” atau 150mm menunjukkan kualitasnya.

Saat bertemu makadam ringan (bekas batako yg mulai hancur) dan tanjakan tanah, Santa juga enak diajak melibas medan itu. Demikian halnya saat meluncur panjang di turunan curam sebelum logo UI. Santa terasa stabil. Untuk belok berkecepatan tinggi, frame ini juga terasa cukup enak dan lebih stabil dari frame saya sebelumnya.

Pulang dari UI, saya diajak teman gowes pulang melewati Situ Babakan. Jalan melewati situ ini kebetulan banyak jalan rusak dan makadam. Nah, ini medan yang cocok untuk siksaan berikutnya. Saat melibas makadam bagian belakang sepeda terasa lembut dan nyaman. Efek ban menghajar batu teredam sempurna oleh shock Fox. Getaran hanya terasa di depan. Maklum fork atau shock depan agak keras karena memakai Rock Shox Recon yang coil. Sepertinya Santa mengisyaratkan untuk mengganti fork yang lebih lembut.

Saat di turunan gang rumah-rumah menuju situ babakan saya agak terkejut.  Melompat-lompat tapi masih stabil dan saat mendarata saya lihat ke belakang, rupanya saya baru saja melewati lima susun anak tangga. What! mungkin kalau tau saya gak berani lewat hehe.. jalan ini sebelumnya cuma turunan disemen saja. Tiba-tiba sekarang sudah jadi tangga dengan lima anak tangga sekitar dua meter panjangnya. Wuih makin terbukti nih suspensi Si Santa di medan anjrut-anjrutan.

Sepanjang penyiksaan di hari pertama, frame ini bisa dikatakan tidak mengecewakan. Kendala hari pertama menyiksa frame ini hanya adaptasi dari frame lama yang ringan ke Santa yang agak berat. Apalagi saat menggotong sepeda melewati jembatan kayu. Butuh tenaga ekstra dibanding sepeda sebelumnya yang lebih ringan.

Masalah penyesuaian berat ini sebenarnya masalah umum saat ganti sepeda dari XC yang memang didesain ringan ke AM yang berat karena mementingkan kekuatan. Untuk mengatasinya harus dibiasakan. Saya latihan menanjak di aspal sebelum menanjak di tanjakan tanah. Awalnya berat, tapi hari kedua, dengkul sudah menyesuaikan, dan saat di Hutan UI, tak ada lagi masalah memanjat tanjakan tanah dengan Si Santa.

Kesimpulannya, setelah mejalani hari pertama penyiksaan di medan offroad, Si Santa tidak mengecewakan. Apalagi kemarin banyak yang memuji sepeda ini bagus, baik dari desain atau tampilannya, maupun setelah mereka mencoba menaikinya. Yak, sebagai pemiilik, saya menyatakan Si Santa lulus tes dan selanjutnya Si Santa menunggu tebengan untuk melahap medan yang lebih berat seperti di RA Puncak atau tempat lainnya. Jadi bagi anda yang ragu-ragu membeli frame Heckler atau Santacruz lainnya, tak perlu ragu segera beli dan rasakan sendiri.

3 comments to “Hari Pertama Menyiksa Si Santa”
  1. hehehe seneng yee udah pake fullsus, siksaan kurang berat kalau cuma di UI bro, test juga di track yang punya karakter beda misalnya di JPG, setelah itu ikut gue yuk, kita exlore jalur yang lebih ganas.

    Geometry heckler ini memang beda, kalau di tanjakan coba sambil berdiri, terutama di tanjakan yang curam, pengalaman teman yang pernah pake sih begitu perlakuannya di tanjakan

    salam tanjakan
    http://ekoprobo.wordpress.com/
    http://www.jalurpipagas.com/
    @ekoprobo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *