Beberapa hari ini lini masa dihiasi twit yang mengkicaukan tentang kabar bahwa kota Jakarta merupakan kota dengan kicauan terbesar di dunia. Ini merupakan hasil studi terbaru Semoicast, sebuah lembaga di Paris Prancis yang memantau media sosial. Kemudian banyak media dalam negeri yang menulis studi ini, dan kemudian banyak pula twips yang menyebar beritanya, maka topik ini pun menjadi ramai.
Dalam laporan Semiocast yang dipublish di websitenya, terlihat kota Jakarta nangkring di urutan teratas daftar 20 kota dengan posting twit terbanyak. Sepanjang Juni 2012, Semiocast mencatat ada 10,6 miliar kicauan, yang 2,5 persennya dilakukan twips yang ada di Jakarta.
Dengan jumlah tersebut, Ibu Kota Indonesia ini menang tipis dari Ibu Kota Jepang, Tokyo yang menduduki peringkat ke dua dengan 2,4 persen. Disusul London dengan 2,0 persen, dan lain-lain, yang ditutup oleh Houston dengan kurang dari 1,0 persen. Kota Indonesia yang ada dijajaran 20 besar itu bukan hanya Jakarta, namun ada juga Bandung, yang ada di tempat kelima dengan sekitar 1,4 persen.
Sementara untuk pengguna twitter secara keseluruhan yang saat ini jumlahnya telah mencapai sekitar setengah milyar, Indonesia juga ada di jajaran lima besar dari 20 negara. Indonesia ada di peringkat ke lima dengan 29,4 juta pengguna. Saingan terdekatnya adalah inggris yang ada di peringkat empat dengan sekitar 32,2 juta pengguna. Sementara di puncak ada Amerika Serikat dengan 140 juta lebih pengguna.
Hasil studi yang dilansir Semiocast tersebut semakin memperkuat bukti bahwa orang Indonesia memang paling rajin ngetwit. Jadi jangan heran kalau topik dari Indonesia sering menjadi trending topic (TT) di twitter. TT asal Indonesia juga sering membuat bingung pengguna twitter dunia karena kadang topiknya sangat lokal sekali.
Studi tersebut juga menjawab pertanyaan mengapa jika pengguna twitter Indonesia bukan yang paling banyak, tetapi topik dari Indonesia sering mendominasi perbincangan twitter dunia. Ini karena walau penggunanya kalah banyak, tapi twips Indonesia paling rajin ngetwit alias paling cerewet. Itu jelas sekali terlihat di studi Semiocast tersebut.
Jadi dalam dunia pertwitteran, rupanya lebih cerewet kadang lebih unggul dari lebih banyak jumlah pengguna. Indonesia yang lebih cerewet misalnya, sering mengalahkan Amerika yang jumlahnya jauh lebih besar. Tentu saja kalau ukurannya pencatatan perbincangan menjadi TT.
Mengapa kita cerewet di twitter? Banyak yang bilang ini karena masyarakat kita memang suka ngomong dan membagi sesuatu. Baik perasaan, maupun pemikiran melalui media sosial. Bahkan yang pendiam di keseharian atau di dunia nyata, banyak yang cerewet di media sosial. Tak hanya twitter, di media sosial lain seperti facebook pun kecerewetan ini juga terlihat.
Sedangkan mengapa kotanya Jakarta, ini juga tidak terlalu mengherankan. Apalagi jika anda tinggal di Jakarta, yang banyak orang kelas menengah keatas yang memiliki smartphone. Di sini para remaja juga memiliki smartphone dan ngetwit. Banyak juga orang yang mengaku mulai meninggalkan facebook dan beralih ke twitter di kota ini.
Twitter juga menjadi sarana untuk mengisi waktu luang di tengah kesibukan. Sedang macet, orang ngetwit, nunggu bus, orang ngetwit, istirahat makan siang orang ngetwit, dan sebagainya. Bahkan ada yang bilang belum eksis kalau belum main twitter.
Dari teman-teman saya, baik yang di Jakarta maupun di luar Jakarta, memang rata-rata yang di Jakarta lebih suka ngetwit, sementara yang di daerah lebih suka main facebook. Di daerah memang facebook cenderung lebih dikenal dan disukai dibanding twitter. Karena memang seringkali bahasa atau topik-topik twit itu sangat “kota banget”.
Jadi bagi anda warga Jakarta dan kebetulan suka ngetwit, mari lihat berapa twit yang anda buat setiap hari. Nanti dari sana akan terlihat apakah anda termasuk yang cerewet atau yang menyumbang kecerewetan atau bukan. Kalo saya, sepertinya sih iya, hehe.