Jebakan di Hari Lebaran

Lukisan Raden Saleh

Lukisan Raden Saleh

Lebaran yang berbalut suka cita, tiba-tiba berubah menjadi duka cita di hari ke dua. Itulah yang dialami oleh Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya.

Pada hari ke dua lebaran, tanggal 2 Syawal 1245 Hijriyah, atau 28 Maret 1830 Masehi, Belanda menangkap Sang Pangeran dan memisahkannya dari pengikutnya. Penangkapan di Magelang ini dilakukan secara licik dan curang, karena Belanda membungkus jebakan penangkapan itu sebagai pertemuan silaturahmi dan perundingan, sehingga Diponegoro tidak siap.

Sang Pangeran tidak menduga Belanda akan menangkapnya di saat Lebaran. Apalagi di kala Bulan Puasa, terjadi gencatan senjata dan Belanda tidak mengganggu Diponegoro dan pasukannya yang menjalani ibadah Ramadan di kawasan Bukit Menoreh.

Padahal Letnan Jenderal Hendrik Markus de Kock telah mengatur jebakan dan strategi penangkapan detail dengan pasukan yang lengkap. Termasuk kereta dan perlengkapan lainnya yang akan membawa Diponegoro ke Batavia dan pengasingannya di Sulawesi. Sementara Sang Pangeran hanya membawa orang kepercayaan dan pengikut ala kadarnya saat itu. Padahal jika tahu akan dijebak, tidak akan semudah itu Belanda menangkapnya, karena pengikutnya selalu bertambah setiap dia melewati daerah yang jadi rute gerilyanya.

Maka akhirnya jebakan di hari lebaran itu mengakhiri Perang Jawa yang berkobar lima tahun akibat perlawanan Pangeran Diponegoro. Perang yang menyatukan ningrat dan jelata, gali dan santri dalam satu barusan. Perang yang membuat banyak serdadu Belanda tewas dan membuat keuangan kolonialis itu tiris dan (nyaris) bangkrut.

Maka bagi Belanda, peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro itu menjadi sangat penting. Adalah seorang Pelukis Belanda Nicolas Pieneman yang kemudian melukis peristiwa itu lima tahun kemudian (1835)untuk de Kock dengan judul “Penyerahan Pangeran Diponegoro”.

Lukisan Piemanan

Lukisan Piemanan

Lukisan yang menggambarkan kekalahan Diponegoro dan kegemilangan Belanda ini rupanya mengusik nasionalisme Raden Saleh. Pelukis Jawa yang tinggal di Belanda ini kemudian membuat “perlawanan” atas lukisan Pieneman 22 tahun setelah lukisan itu dibuat.

Maka pada 1857 lahirlah lukisan Raden Saleh yang berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro”. Meski awalnya dibuat untuk orang Belanda, namun nuansa perlawanan jelas sekali di lukisan Raden Saleh ini.

Dari judulnya saja sudah terlihat. Jika Pieneman memakai kata “penyerahan”, yang berkonotasi Diponegoro menyerah dan tak berdaya, Raden Saleh memilih kata “penangkapan”. Penangkapan dengan jebakan licik, yang ada unsur paksa, tentu beda dengan penyerahan yang lebih sukarela karena tak berdaya.

Jika Pieneman melukis dari angle sebelah kanan gedung, Raden Saleh memilih dari kiri. Dengan angle kiri, bendera Belanda yang berkibar gagah di lukisan Pieneman, menjadi tidak terlihat di lukisan Raden Saleh.

Selain itu di lukisan Pieneman wajah Sang Pangerah digambarkan lesu dan tidak garang, walau tetap tergambar tidak menunduk. Sedangkan de Kock digambarkan lebih tinggi, tegas, garang, dan berwibawa. Tetapi di lukisan Raden Saleh, Diponegoro yang saat ditangkap menggunakan sorban hijau digambarkan dengan kepala tegak mendongak, tegas dan tegar. Meski tergambar juga di sana betapa para pengikutnya dirundung kesedihan dan duka cita yang mendalam.

Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro ini memberikan pelajaran bahwa kita harus selalu waspada. Sebab musuh kadangkala tidak bersikap ksatria dan menghalalkan segala cara. Ada kalanya prasangka baik kita malah akan berbuah petaka.

Sementara dua versi lukisan tentang Penangkapan Diponegoro itu memberikan pelajaran bahwa satu peristiwa yang sama bisa dimaknai berbeda oleh pihak yang berbeda. Tapi Raden Salah dengan lukisannya yang kini berharga 100 miliar lebih itu, mengajarkan pada kita bahwa melawan itu bisa dengan apa saja. Termasuk dengan sebuah lukisan.

Dia juga seolah ingin mengatakan bahwa sejarah memang ditulis para pemenang, tetapi sebenarnya siapapun bisa melawannya dan menuliskan sejarahnya sendiri.

One comment to “Jebakan di Hari Lebaran”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *