Ini dia sarung tombak pataka Kiai Cakrawala Mandala karya Pak Ferry Febrianto. Pataka ini merupakan ikon acara “Keris for Peace and Humanity” yang akan digelar 22 sampai 27 November 2022 nanti.
Nantinya tiga sarung serupa akan melindungi tiga mata tombak yang berbentuk merpati perdamaian yang di paruhnya ada daun sirih. Ini adaptasi dengan local wisdom dari simbol merpati perdamaian yang biasanya di paruhnya ada daun zaitun.
Sarung pataka ini bergambar Kala yang terinspirasi dari ukiran Kala di Candi Bajang Ratu, Trowulan. Tapi oleh Pak Ferry jari Sang Kala yang aslinya rapat dimodifikasi menjadi sedang membentuk huru V yang merupakan simbol perdamian atau peace. Atau kalau anak Slankers biasanya bilangnya pissss..
Awalnya Pak Ferry bingung mau menempatkan di mana simbol jari peace itu. Sebab di patakanya sendiri sudah ada simbol perdamaian berupa merpati perdamaian, dan logo peace.
Karena di pataka tidak ada tempat lagi, maka terpikir oleh Pak Ferry untuk meletakkan simbol jari peace di sarungnya. Peletakannya bukan dengan diukir tapi dengan disungging. Penyunggingnya sendiri adalah Pak Laskam, maestro penyungging warangka.
Jadilah sarung pataka yang sangat indah dan penuh makna. Saat dipasang di pataka, sarung ini sangat pas. Sedikit bagian sayap burung yang terlihat klop banget dengan gambar Kala dan menambah kesan estetis. Hal itu menurut Pak Ferry memang sengaja didesain demikian. Memang Pak Ferry terkenal jago membuat inovasi terkait keris dan tosan aji.
Kala sarung patakan ini menjadi semakin menyempurnakan pataka Kiai Cakrawala Mandala yang akan dipamerkan di acara “Keris for Peace and Humanity” nanti. Pataka ini sendiri memang dirancang Pak Ferry penuh dengan simbol perdamaian.
Pataka yang pengerjaannya dilakukan oleh Mpu Misyanto ini bagian tengah patakan merupakan logo peace yang awalnya dibuat Gerald Holtom sebagai logo untuk British Campaign for Nuclear Disarmament (CND). Tapi logo ini lingkarannya dibuat dengan pamor ron genduru yang melambangkan harmoni. Harmoni sendiri merupakan core atau inti perdamaian.
Lalu ada ular naga yang membelit yang merupakan simbol keris. Sebab menurut Pak Ferry keris itu adalah naga. Jika lurus dia naga yang sedang bertapa, sementara jika luk dia adalah naga yang sedang berjalan atau berenang.
Sementara di sisi atas dan samping ada burung merpati yang merupakan adaptasi dari merpati perdamaian. Juga merpati di kisah Nabi Nuh yang membantu menemukan daratan pasca banjir besar.
Namun oleh Pak Ferry, merpati perdamian yang aslinya ada daun zaitun di paruhnya diganti daun sirih. Sebab tidak ada dapur tombak daun zaitun, adanya daun sirih.
Pataka ini disematkan di ladean pendek atau blongsong dari logam bermotif Tirto tejo. Ladean pendek dipilih karena lebih praktis. Di bagian bawah ladean ini ada tunjung dari gading berukir bunga mawar yang melambangkan cinta kasih. Sebab perdamian itu dasarnya adalah harmoni dan harmoni itu dasarnya adalah cinta kasih.
Tunjung tersebut juga menjadi gagang atau hulu dari menur yang tersimpan di dalam bagian bawah pataka. Menur lama era PB ini melambangkan leluhur. Harapannya acara dengan tujuan baik tersebut direstui oleh leluhur.
Itulah tadi pataka Kiai Cakrawala Mandala yang inovatif, indah, dan penuh makna. Pataka ini setelah acara akan disimpan di Museum Pusaka Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Agar terawat dan bisa dilihat oleh masyarakat.
Semoga nilai-nilai luhur dan pesan perdamian dan kemanusiaan yang tersemat dalam pataka ini bisa hadir dan terus dijaga dalam kehidupan kita.
Foto-foto: Ferry Febrianto