Di forum-forum perkerisan sedang ramai membahas pemblondrokan. Topik ini menarik ditulis karena selalu mewarnai dunia perkerisan dari dulu hingga kini.
Pemblondrokan adalah istilah untuk praktek penipuan di dunia keris. Intinya barang yang diterima tidak sesuai dengan yang seharusnya diterima.
Kalau dalam konteks saat ini, terjadinya di proses jual beli atau barter keris. Misalnya keris yang dibeli kata yang jual sepuh, ternyata baru. Aksesoris yang katanya emas, ternyata cuma sepuhan, dan lain sebagainya.
Karena melibatkan barang palsu atau tembakan, maka pelakunya sering disebut juga sebagai “sniper”. Korbannya pun ibarat orang yang kena tembak: kejet-kejet.
Praktik pemblondrokan sendiri sebenarnya hampir setua dunia perkerisan. Salah satu cerita yang mashur tentang keris pun menceritakan pemblondrokan.
Cerita tersebut adalah soal hilangnya Keris Sengkelat dari Gedong Pusaka Majapahit. Saat itu Sang Raja kemudian mengutus Empu Supo Mandrangi untuk mencari keris luk 13 tersebut.
Singkat cerita, keris itu diketahui ada di Kerajaan Blambangan. Empu Supo pun menyusup ke sana dan membuat besalen keris.
Karena hasil karyanya yang bagus, Raja Blambangan kemudian meminta Sang Empu membuat putranatau menduplikat Keris Sengkelat. Sang Raja tidak tahu kalau Empu ini adalah utusan Majapahit yang akan mencuri kembali keris itu.
Langsung membawa kabur keris tersebut tidak mungkin dilakukan. Risikonya tinggi. Maka Empu Supo merencanakan sebuah strategi jitu: pemblondokan.
Caranya yaitu Sang Empu membuat dua duplikat sekaligus atas Keris Sengkelat. Keduanya dibuat sangat mirip dengan keris yang asli. Sehingga saat melihat ketiganya orang akan sulit membedakan mana yang asli dan mana yang putran.
Lalu dua keris duplikat tersebut diserahkan kepada Raja Blambangan. Tentu dengan bilang yang satu keris asli dan yang satunya putran. Padahal dua-duanya putran dan yang asli disembunyikan Sang Empu.
Raja yang keblondrok kemudian merasa puas dan memberi hadiah pada Sang Empu. Empu Supo kemudian diam-diam membawa keris yang asli kembali ke Majapahit dan mengembalikan Keris Sengkelat. Sukses memblondrok Raja Blambangan, membuat Empu Supo juga mendapat hadiah dari Raja Majapahit.
Pemblondrokan yang dilakukan Empu Supo kepada Raja Blambangan mungkin merupakan pemblondrokan terbesar sepanjang sejarah. Karena korbannya seorang Raja. Meski tujuan pemblondrokannya banyak dinilai baik karena menipu seorang pencuri demi mengembalikan barang pada yang berhak.
Tentu beda dengan pemblondrokan di masa kini yang tujuannya murni mencari keuntungan pribadi. Bahkan seringkali dibarengi dengan mengolok-olok orang yang jadi korban blondrok. Tentu saja mengolok-oloknya di belakang sang korban.
Bahkan seorang senior perkerisan bilang; seorang pemblondrok semakin puas jika korbannya adalah orang yang dikenal sebagai pakar atau tokoh keris. Seolah si pemblondrok lebih “sakti” atau “mumpuni” dari si tokoh tadi. Itu biasanya jadi kebanggaan yang dicerita-ceritakan ke mana-mana.
Konon pemblondrokan adalah perpaduan dari pelaku yang serakah atau tidak amanah, dengan korban yang kurang atau tidak mau belajar. Untuk pelaku mungkin benar demikian, tapi untuk korban tidak selalu begitu.
Buktinya banyak tokoh atau pakar keris yang pernah jadi korban pemblondokan. Orang sekelas Alm Pak HHG pun mengaku pernah keblondrok. Walau ada dua pendapat soal ini ada yang bilang beliau sebenernya tahu ada yang bilang tidak.
Tapi banyak tokoh lain juga mengaku pernah keblondrok. Karena keblondrok ini sudah ibarat jatuh saat belajar sepeda; kadang sulit dihindari dan bagian dari proses belajar.
Yang penting habis keblondok harus kapok. Jangan malah membuka peluang untuk terus keblondrok. Jangan pula lalu berhenti suka keris.
Caranya adalah dengan terus belajar dan jangan terlalu bernafsu. Meski uang atau mahar banyak, jangan terburu nafsu memahari. Pelajari dan hati-hati.
Lihat keris dari penampakannya. Dari kualitasnya. Bukan dari ceritanya, katanya, atau hal lainnya yang sulit anda verifikasi. Banyak baca buku dan berguru kepada senior perkerisan dan melihat contoh keris yang baik, akan sangat membantu.
Jangan lupa gunakan akal sehat. Contoh, ada keris yang katanya tinatah emas asli, tapi kok maharnya lebih murah dari harga pergram emas yang menempel di bilah itu. Maka tidak masuk akal jika itu emas asli. Kemungkinan sepuhan atau kuningan. Karena kalau emas asli akan lebih untung dijual emasnya per gram dibanding dijual murah dengan kerisnya.
Juga soal cerita kalau keris tertentu kalau dibeli bisa membuat kaya. Lalu dibeli mahal padahal kualitas kerisnya jelek banget. Kalau memakai akal sehat, kita tidak akan percaya, karena jika bisa bikin kaya kenapa dijual? Mending disimpan sendiri sama yang jual atau dukunnya.
Banyak lagi tips lainnya yang akan diketahui jika mau belajar keris. Resep anti blondrok sepertinya yang paling ampuh adalah belajar dari pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.
Mari kapok keblondrok. Jangan seneng keblondrok. Jadi korban pemblondrokan? Ungkapkan, agar yang lain juga bisa belajar dan terhindar.
Bagi pelakunya, semoga juga kapok memblondrok. Karena mblondok itu menipu, dan rejeki dari menipu itu haram, tidak berkah, dan bisa mengundang musibah.
Selain itu, kebanyakan korban blondrok, terutama yang pemula jadi kapok main keris. Ini justru mengurangi potensi pembeli atau klien. Atau jika tidak kapok main keris, akan kapok beli atau berhubungan lagi denga pelaku. Ini kan malah menutup pintu rezeki sendiri.
Awas. Tidak semua orang yang kelihatan tidak paham keris itu bisa jadi mangsa. Bisa jadi low profile, pura-pura bodoh, dan senyum-senyum saat coba diblondrok.
Hentikan pemblondrokan dan semua praktek terkaitnya. Karena ini mencemari dunia perkerisan walau mungkin seringkali dibungkus pelestarian.
Coba bayangkan, salah satu modus pemblondrokan adalah merendam keris di septik tank. Lalu keris yang berpatina karena rendaman kotoran manusia ini kemudian dilabeli sebagai keris kuno temuan.
Lalu dibeli korban dan dimuliakan jadi objek spiritualnya. Bayangkan; sang korban memuliakan barang rendaman kotoran! Apa tidak berlipat-lipat dosa pelakunya.
Makanya mari kapok keblondok dan kapok memblondok, karena pemblondrokan adalah bagian dari dunia perkerisan yang tidak pantas untuk dilestarikan.
***
Foto hanya pemanis.
Warangka Jawa Timur yang peletnya berkobar melambangkan tema yang panas dan Hulu Jawa Barat yang senyum menggambarkan kita harus selalu senyum mengahadapi yang panas-panas 😁