Hari itu matahari terik sekali. Sinarnya yang terang terasa panas di gurun yang gersang dan sepi sejauh mata memandang.
Seekor anjing terlihat gelisah kepanasan. Sambil menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan, si anjing terus berusaha mencari air.
Anjing ini telah sampai di pinggir sumur. Sumber air yang merupakan oase di tengah panasnya gurun sepi itu.
Meski sudah sampai di sumur yang siap menghapus dahaganya, namun si anjing tetap tersiksa dengan kehausannya. Karena dia tidak bisa mengambil air di sumur yang dalam itu.
Lama menahan haus, kondisi si anjing mulai menurun, bahkan mulai meregang nyawa.
Saat si anjing hampir mati kehausan, lewatlah seorang wanita. Dia menghentikan langkah kakinya karena iba melihat kondisi anjing yang hampir mati di pinggir sumur itu.
Wanita itu lalu melepas sepatunya dan mengikatnya dengan penutup kepalanya. Ini dijadikan timba untuk mengambil air dari dalam sumur.
Dengan susah payah akhirnya wanita itu berhasil mengambil air. Dia kemudian memberikan pada si anjing.
Dengan sisa-sisa tenaga si anjing menyambut pemberian air itu dengan segera. Maka hilanglah dahaganya dan terselamatkanlah nyawanya.
Sungguh mulia perbuatan wanita itu. Dengan susah payah dia mau menolong seekor anjing yang hampir mati karena kehausan.
Wanita itu adalah seorang pelacur. Dia menghidupi dirinya dengan berzina. Sebuah perbuatan yang sangat besar dosanya.
Namun karena perbuatan mulianya, wanita pezina yang penuh dosa ini mendapat ampunan dari Allah Azza wa Jalla.
Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih juga Maha Penyayang. Hanya karena menolong seekor anjing, wanita pezina diampuni dosanya.
Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada para sahabat. Sahabat Abu Hurairah RA kemudian menceritakannya kembali dan melalui periwayatan yang sahih akhirnya dicatat oleh Imam Bukhari dalam kitab hadistnya.
Hadist ini sering dikutip penceramah untuk menggambarkan betapa luas ampunan dan kasih sayang Allah, Tuhan kita. Seorang pendosa besar pun bisa mendapat ampunan dengan perbuatan baik yang kecil sekalipun.
Juga untuk mengingatkan dan mengajak kita untuk selalu berbuat baik. Berlomba-lomba berbuat kebajikan. Bayangkan, berbuat baik kepada binatang, yang sering dianggap hina, saja bisa menghapus dosa besar, atau mendapat ganjaran yang besar dari Allah, Tuhan Semesta Alam.
Belakangan ini saya teringat hadist ini karena ramai soal penceramah yang mengaku sering sengaja menabrak anjing dan menganjurkan orang menabrak binatang yang menurutnya najis ini. Penceramah ini seorang mualaf atau orang yanv baru masuk Islam, entah mengapa dia kok bisa jadi penceramah.
Tapi harus diakui, stigma negatif anjing dan kecenderungan memusuhi bahkan membunuhnya juga ada di banyak benak umat Islam. Mungkin penyebabnya adalah pendapat sebagian ulama yang mengharamkan memelihara anjing karena najis dan bisa mengurangi pahala.
Padahal kalau soal najis, bukan cuma liur anjinb saja yang najis, kencing dan kotoran manusia juga najis. Lalu apa kita juga akan membenci manusia? Lagian soal najis anjing bisa dibersihkan.
Soal larangan memelihara anjing yang bisa mengurangi pahala juga jika anjing dipelihara bukan untuk tugas tertentu. Kalau anjing dipelihara untuk berburu, menjaga ternak dan kebun, itu diperbolehkan.
Memang soal memelihara anjing ini beda-beda tiap mahzab. Ada perbedaan pendapat antar para ulama. Ada yang haram, makruh, dan boleh. Yang mengharamkan pun dengan catatan jika dipelihara tidak dengan tugas tersebut.
Saya ingat dalam acara Kenduri Cinta-nya Cak Nun, ada seorang wanita pecinta anjing yang tertarik dengan Islam karena soal anjing ini. Dia bilang memang anjing jika dipelihata tanpa tugas-tugas tertentu justru akan membuat si anjing stres dan intinya tidak baik bagi si anjing itu sendiri.
Tapi saya yakin tidak ada ulama yang mengajarkan untuk menabrak atau membunuh anjing. Sebagaimana di ajarkan penceramah yang baru masuk Islam itu.
Sebab dari hadist Nabi jelas bahwa menyelawatkan nyawa anjing, itu besar sekali reward-nya dari Allah. Bahkan dosa besar pun terampuni.
Maka logikanya jika berbuat sebaliknya, maka sudah pasti punishment-nya Allah yang akan didapatkan. Jika menyelamatkan hidup anjing dosa besar diampuni, maka harusnya dengan membunuh anjing dosa besar yang akan didapat.
Bahkan salah satu hewan yang masuk surga itu adalah anjing. Anjingnya Ashabul Kahfi (Seven Sleepers atau The People of The Cave).
Inilah makna Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, rahmat bagi semasta alam, bukan hanya rahmatan lil muslimin, atau rahmat bagi umat muslim saja, atau rahmat bagi manusia saja. Tapi rahmat bagi alam semesta dan semua yang ada di dalamnya, termasuk anjing.
Jadi masih mau nabrakin anjing?