Kendit Putih Getah Getih

Ratusan keris dan sandangannya terjajar di meja-meja bursa yang digelar di acara Pameran Keris for Peace and Humanity. Tetapi dari semuanya hanya satu yang akhirnya menarik perhatian saya sampai kemudian memboyongnya; sebuah deder yogya kendit putih. 

Hulu keris Yogya ini menarik bagi saya karena dua alasan. Pertama, dia langka. Kayu bermotif kendit biasa saja langka, apalagi yang kendit putih, lebih langka lagi.

Kedua, kendit putih yang melilit kayu Nagasari merah ini mengingatkan saya pada warna khas Nusantara, yaitu merah putih. Dwi warna merah putih ini awalnya dikenal di kalangan masyarakat Jawa dengan nama Gula Klapa (gula merah dan kelapa) atau Getah Getih (getah dan darah).

Dwi warna ini makin terkenal dan menyebar ke Nusantara ketika menjadi bendera Imperium Majapahit yang bernama Getah Getih. Tapi sebenarnya sebelum Majapahit sudah ada yang memakai warna ini jadi bendera atau panji-panji. Misalnya pasukan Jayakatwang yang meruntuhkan Singasari juga memakai warna ini.

Bendera Getah Getih yang menyertai armada laut Majapahit yang kuat itu kemudian menginspirasi atau ditiru banyak negara. Indonesia yang berdiri di Nusantara tentu saja mengadopsinya jadi bendera Sang Saka Merah Putih. Bendera ini mengambil bentuk dan warna Pataka Majapahit bukan bendera armada lautnya.

Sementra Bendera Gatah Getih Samudra atau bendera armada laut Majapahit, saat ini dipakai menjadi bendera TNI Angkatan Laut. Bendera ini dipasang di kapal-kapal TNI AL atau KRI.

Getah Getih Majapahit juga diadopsi oleh Perusahaan Dagang Inggris di Hindia Timur atau East India Company (EIC) yang beroperasi di Nusantara. EIC menambahkan Union Jack, bendera Inggris Raya, di pojok kiri atas Getah Getih. Lalu dari bendera EIC inilah bendera Malaysia dan Amerika Serikat terinspirasi.

Mohamed bin Hamzah, pencipta bendera Malaysia mengganti Union Jack di bendera EIC dengan bulan bintang dari Bendera Kerajaan Johor. Lalu lahirlah Bendera Malaysia yang bernama Jalur Gemilang. Tapi orang Malaysia lebih suka mengatakan bahwa bendera mereka bukan modifikasi bendera EIC yang pernah menjajah mereka, tapi terinspirasi Getah Getih Majapahit.

Singapura yang dulu merupakan wilayah Majapahit yang bernama Tumasik, juga memakai Getah Getih jadi benderanya. Ditambah bulan bintang, yang merupakan pengaruh Malaysia karena dulu Singapura adalah bagian dari negara ini.

Sementara di Benua Amerika, Getah Getih yang jadi bendera EIC juga sempat berkibar di koloni ke 13 Inggris yang kemudian merdeka jadi Amerika Serikat. Bendera EIC ini mengilhami Betsy Rose membuat bendera yang serupa, namun Union Jacknya diganti warna biru dengan 13 bintang yang membentuk lingkaran. 

Bendera yang dikenal sebagai Betsy Rose Flag ini kemudian menjadi cikal bakal bendera Amerika Serikat saat ini yang bernama Star Spangled Banner. Bedanya bintangnya jadi 50, melambangkan jumlah negara bagian dan 13nya pindah ke jumlah strip Getah Getihnya.

Jadi Getah Getih ini memang mewakili warna sekaligus simbol kejayaan dan penyatuan Nusantara. Ini juga yang akhirnya dipilih jadi ornamen yang tampil di cover buku Nilai Didaktis Keris Nusantara Edisi Revisi (yang belum punya download di sini: bit.ly/BukuKerisGratis).

Saat itu saya dan Pak Guntur bingung mencari kain yang akan digunakan untuk merangkul keris sebagai simbol persatuan Nusantara atau rajutan kebinekaan. Mau pakai batik atau tenun nanti dianggap mewakili daerah tertentu saja. 

Akhirnya saya usulkan kain Getah Getih melilit beberapa keris Nusantara. Karena kain ini menyimbolkan warna yang dulu sampai hari ini masih menyatukan Nusantara. Dari zaman kerajaan sampai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan seperti di ulas di atas, masih dipakai jadi bendera negara tetangga Malaysia, Singapura, dan lain sebagainya.

Maka kalau ditanya warna apa yang mewakili Nusantara? Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah Getah Getih atau Merah Putih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *