Masjid Nabi yang tenang tiba-tiba gempar hari itu. Kegemparan ini disebabkan oleh seorang Arab Badui yang masuk dan kencing seenaknya di dalam bangunan suci tersebut.
Melihat Badui yang kurang ajar itu, para sahabat yang sedang bersama Nabi pun kaget dan marah. Mereka kemudian meneriaki dan menghardik Si Badui agar menghentikan aksi kurang ajarnya itu. Siapa yang tak marah, tempat ibadah yang suci dan dihormati, dikencingi seenaknya.
Tak hanya para sahabat Nabi. Siapa pun pasti akan naik pitam saat tempat ibadahnya dikencingi. Jangankan tempat ibadah, rumah tempat tinggal saja jika dikencingi pasti yang punya akan marah.
Lalu apa yang dilakukan Nabi saat itu? Nabi justru mencegah para sahabat untuk menghardik apalagi memukul Badui itu. Beliau meminta sahabat tenang dan membiarkan orang itu menyelesaikan buang hajatnya.
“Jangan kalian putuskan kencingnya!”
Para sahabat heran dengan sikap Rasulullah itu. Lebih heran lagi, saat Nabi malah meminta mereka membersihkan bekas kencing Badui itu.
“Sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan, dan bukan untuk menyulitkan. Guyurlah air kencing tadi dengan satu ember air.”
Namun para sahabat patuh dan melaksanakan perintah Nabi. Lalu diguyurlah bekas kencing orang Badui itu supaya kembali bersih dan suci. Sehingga bisa digunakan untuk ibadah.
Setelah itu, Nabi kemudian memanggil orang Badui tadi dan menasehatinya secara baik-baik.
“Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk membuang kotoran di dalamnya, namun ia dipersiapkan untuk shalat, membaca Al Qur’an dan berzikir kepada Allah”
Mendengar dan melihat sikap Nabi yang bijaksanaan, lembut, dan sopan, Badui tadi tersentuh. Ia pun kemudian membalas kebaikan ahlak Rasulullah dengan mendoakan beliau:
“Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau rahmati selain kami seorang pun.”
Namun hanya Nabi dan dirinya sendiri yang disebut Badui itu dalam doanya. Mungkin dia kesal dengan para sahabat yang menghardiknya.
Mendengar hal itu Rasulullah dengan agak tersenyum mengatakan bahwa rahmat Allah untuk hambanya itu luas, jangan dipersempit hanya untuk dua orang.
“Sungguh engkau telah mempersempit perkara yang luas”
Kisah ini dituturkan oleh Anas bin Malik RA, salah satu sahabat Nabi yang ada di sana saat itu. Kisah ini kemudian diabadikan dalam kitab hadist oleh Imam Bukhori dan Muslim, juga oleh perawi hadist lainnya.
Kisah yang terkenal ini menunjukkan betapa mulianya akhlak Rasulullah. Bahkan saat menghadapi orang yang kurang ajar sekalipun, Rasulullah tetap memilih cara yang baik, lemah lembut, dan bijak.
Mungkin jika orang Badui itu dihardik dan dipukuli saat kencing (walau pun dia salah), dia akan sakit hati dan benci terhadap Islam. Sebaliknya saat dikasih tahu baik-baik bahwa dia salah, pada akhirnya dia tahu kesalahannya dan mengetahui indahnya Islam dan mulianya Rasulullah.
Maka dalam menghadapi orang yang kurang ajar terhadap Islam, bisa jadi bentuknya bukan mengencingi masjid, tapi dalam bentuk yang lain, sebaiknya kita teladani saja Rasulullah. Karena beliau adalah manusia sempurna dan sebaik-baiknya teladan bagi kita semua.