Kalau ada orang yang kaya raya sekaligus sangat berkuasa, raja diraja, Sulaiman AS (Solomon) lah orangnya. Bahkan saking berkuasanya, raja sekaligus nabi ini juga berkuasa atas bangsa jin, hewan, dan angin. Kerajaannya baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, kalau kata Orang Arab, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, kalau kata Orang Jawa.
Merasa kaya dan memiliki limpahan rezeki yang tiada tara, Sulaiman kemudian berniat mencoba mengambil alih tugas Tuhan dalam memberi makan mahluk hidup. Lalu putra Nabi Daud AS (David) ini meminta izin Allah untuk mencoba memberi makan semua mahluk hidup di daerah kekuasaannya dalam waktu satu tahun.
“Engkau sekali kali tidak dapat melakukan hal itu,” jawab Allah.
Namun Sulaiman tetap penasaran dan menghiba agar diizinkan. Maka direvisi jangka waktunya dari setahun jadi sebulan, turun lagi seminggu, sampai akhirnya disepakati: satu hari saja.
Maka bersiaplah Sulaiman dan segenap aparatur kerajaannya untuk membuat jamuan makan bagi semua mahluk dalam tempo sehari. Ribuan koki dan tukang masak istana dikerahkan. Hidangan yang bejibun pun dihadirkan memenuhi sebuah tanah lapang yang sangat luas. Konon, saking luasnya, untuk berjalan dari ujung sampai ujung di lapangan itu butuh satu bulan perjalanan. Riwayat lain menyebutkan panjang makanan yang disajikan sampai 10 kilometer.
Setelah makanan siap dan memenuhi lapangan, Allah bertanya pada Sulaiman, mahluk mana yang akan diberi giliran makan duluan. Sulaiman lalu memohon agar Allah yang mendatangkan mahluk baik darat maupun air mana saja untuk menyantap hidangannya.
Namun tak seperti yang dibayangkan Sulaiman, Allah hanya mengirim satu mahluknya saja ke lapangan itu. Yang dikirim adalah seekor Ikan Nun, ikan raksasa yang paling besar di samudra. Ikan jenis yang sama yang pernah menelan Nabi Yunus AS (Jonah).
“Makanlah dan ambil hidangan itu hingga kau merasa keyang,” kata Sulaiman setelah si ikan meminta izin memakan hidangannya.
Di luar dugaan, ikan ini memangsa semua hidangan yang ada dalam waktu singkat. Sulaiman terperanjat. Hidangan yang sangat banyak dan disiapkan dalam waktu lama habis seketika dimangsa satu mahluk saja. Bahkan si ikan mengatakan sebenarnya dirinya belum lah merasa keyang.
Sulaiman pun bersimpuh menyadari ketidakberdayaannya. Sekaya apapun dia, ternyata tidak ada apa-apanya dibanding Allah Sang Maha Kaya. Jangankan memberi makan setiap hari semua mahluk di dunia, memberi makan sehari saja untuk seekor ikan dia tidak sanggup. Hanya Tuhan yang Maha Kaya sajalah yang mampu melakukanya.
Sulaiman pun bersujud sambil berkata: “Maha Suci Allah, zat yang telah menanggung rezeki bagi seluruh mahluk yang diberi rezeki, tanpa dia merasakan sama sekali”
Kisah Nabi Sulaiman AS ini kemudian abadi dan dikisahkan turun temurun sampai hari ini dengan berbagai macam versi, namun dengan substansi sama. Kisah yang mengingatkan kita semua bahwa tidak ada yang lebih berkuasa dan lebih kaya dari Allah, Tuhan yang Maha Kauasa dan Maha Kaya. Maka celakalah mereka yang merasa kaya lalu tidak membutuhkan Tuhannya lagi, atau mereka yang melalaikan Tuhan untuk mengejar kekayaan.
Kisah ini juga mengingatkan kita agar tidak pernah risau dengan rezeki kita. Sebab sejatinya Allah yang Maha Kaya telah menjamin rezeki kita, dan seluruh mahluk hidup di dunia ini, setiap hari.
Maka saya setuju dengan kata Sujiwo Tejo ini:
“Menghina Tuhan tidak perlu dengan umpatan atau membakar kitabNya. Khawatir kamu besok tidak bisa makan saja itu sudah menghina Tuhan”
Selamat Hari Jumat
Selamat menjemput rezeki