
Di penghujung tahun 2024 ini, akhirnya eksperimen saya bersama Mas Rofiq Sabda Pandita selesai dengan hasil memuaskan. Kami berhasil menghidupkan kembali yang sudah lama mati yaitu: Jejeran Samban Sunggingan.
Jejeran adalah istilah atau sebutan untuk hulu keris Surakarta atau Solo. Sedangkan Samban adalah model atau dhapur hulu tersebut.
Menurut Mranggi Kraton Surakarta di Era PB X Mas Ngabei Jararaga yang dicatat oleh Mas Ngabehi Nayawirangka III dalam “Kawruh Jejeran” (1937: 13) ada empat wangun jejeran di Surakarta yaitu: Wangun Tunggak Semi, Wangun Samban, Wangun Sambegan, dan Wangun Gana.
Wangun Samban ini badannya seperti Tunggak Semi tapi bagian atasnya diukir kepala tokoh wayang. Karena itu hulu ini juga biasa disebut Jejeran Sirah Wayang.
Jejeran Samban memang ada dan masih sering muncul di pasaran, namun hampir semua polosan, baik kelas koden maupun yang kelas bagus. Sementara yang digarap bagus dan disungging atau sunggingan nyaris tak terlihat.
Padahal Jejeran Samban ini dahulu diukir bagus dengan karakter wayang dan kemudian disunggingdengan bahan pewarna. Hal ini diungkapkan Suhartono Rahardjo dalam “Ragam Hulu Keris Sejak Zaman Kerajaan” (2003: 37).
Bukti lainnya bahwa Jejeran Samban disungging ada di hulu koleksi Huntington Miller Collection yang dimuat di buku Bruce W. Carpenter Heroes, Gods and Guardians: Hilt and Keris of Indonesia” (2021: 58-59) ada Jejeran Samban lama yang wujudnya Paksi Naga Liman yang disungging warna warni, meski catnya sudah luntur di sana sini.
Di dalam “Ensiklopedi Keris” Bambang Harsrinuksmo (2004: 449) juga ada foto Jejeran Samban Sunggingan. Jejeran ini dipakai di warangka Ladrang Surakarta yang juga sunggingan.
Jejeran Samban lama juga ada di Asian Civilisations Museum, Singapura. Di museum ini ada beberapa koleksi Jejeran Samban seperti Bima, Burisrawa, sampai Raden Samba, yang semuanya disungging.
Jejeran yang dibuat dalam proyek ini, juga mutrani jejeran yang ada di museum tersebut. Dari sana Mas Rofiq dibantu saudaranya mengukir mengikuti salah satu sampel yang ada di museum itu.
Bahan yang digunakan memakai bahan yang digunakan leluhur dulu dalam membuat Jejeran Sambanyaitu kayu Tayuman. Menurut Pakem Surakarta, kayu terbaik untuk membuat Jejeran adalah Tayuman, disusul Kemuning, Trikancu, lalu kayu yang dilabeli receh seperti Sawo, Pace, dan lain-lain (Nayawirangka III, 1937: 1-2).
Menurut Mas Rofiq kayu yang dipakai adalah kayu Bauhania Tomentosa. Ini adalah kayu yang diyakini merupakan Tayuman di daerah Yogyakarta, dan selama ini digunakan membuat deder atau jejeran.
Setelah jadi, saya meminta bantuan Pak Laskam untuk menyungging. Beliau kami pilih karena bagi kami Pak Laskam adalah maestro sungging. Untuk proyek yang baru pertama bagi kami semua ini, tentu akan aman dikerjakan oleh ahlinya.
Saya tinggal mengarahkan agar sunggingan mengikuti pakem lama sunggingan Jejeran Samban(berdasarkan literatur dan artefak yang ada). Di mana Pakem Jejeran Samban yaitu di badan yang mirip Jejeran Tunggak Semi tidak perlu disungging, cukup difinishing sebagaimana finishing Jejeran Tunggak Semi. Lalu yang disungging adalah bagian kepalanya, mulai dari rambut, wajah, dan mahkotanya.
Jika di museum disungging dengan warna sederhana, saya minta Pak Laskam menyungging dengan lebih berwarna seperti sunggingan di wayang. Beliau kemudian menyungging menggunakan prada emas dan cat yang biasa digunakan untuk menyungging warangka.
Hasilnya Alhamdulillah sesuai harapan. Bahkan selesai lebih cepat dari waktu yang dijanjikan.
Akhirnya setelah melalui jalan panjang, proyek pembelajaran sambil mencoba menghidupkan kembali Jejeran Samban Sunggingan ini selesai tepat di penghujung akhir tahun 2024. Di tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya, kami berencana akan terus berkarya mencoba menghidupkan tokoh-tokoh lainnya.
Agar kita bisa melihat seperti apa Jejeran Samban Sunggingan di masa barunya. Bukan hanya melihat versi tuanya yang sudah luntur catnya.
Bahkan sunggingan baru ini bisa jadi lebih baik atau inovatif dari yang lama. Itulah esensi konsep nunggak semi.
Kami berharap upaya ini bisa memancing upaya-upaya lain yang lebih dahsyat dan keren. Makanya kami senang saat jejeran ini masih mentah pun sudah banyak yang mutrani. Semoga setelah ini banyak yang juga mutrani bahkan hasilnya lebih baik dari ini.
Agar Jejeran Samban Sunggingan yang merupakan bagian dari perkerisan ini terus hidup dan lestari. Terus dibuat dan dikembangkan. Karena bukan pelestarian namanya jika hanya memuja dan membanggakan tinggalan dari masa lalu saja.