Namanya Cheng Ho atau Zheng He. Dia adalah Laksamana pemimpin armada laut besar dari Kerajaan Cina di masa Kaisar Yongle, Dinasti Ming. Pria yang bernama asli Ma Ho dan biasa juga disebut Sam Po Bo ini lahir pada tahun 1371 dan wafat pada 1433.
Dia adalah pemimpin armada kapal penjelajah dunia yang sudah keliling mengarungi samudra dan membuat peta navigasi jauh lebih awal dari penjelajah asal Portugis, Vasco da Gama atau petualang asal Spanyol, Ferdinand Magellan. Dari pelayarannya, Cina dan mitra dagangnya memiliki jalur dagang baru selain Jalur Sutra.
Armadanya juga tercatat sebagai armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia. Dia membawahi 307 armada kapal besar dan kecil dengan 27 ribu anak buah kapal, baik sipil maupun militer. Bandingkan dengan Colombus yang cuma dengan tiga kapal dan 88 anak buah kapal.
Kapal kayunya juga masih memegang rekor sebagai kapal kayu terbesar sepanjang sejarah. Bayangkan saja, ukuran kapalnya adalah 138 meter (panjang) X 56 meter (lebar). Kapal sebesar ini membuat kapal Santa Maria milik Colombus yang dibanggakan Bangsa Barat tidak ada apa-apanya. Bahkan kapal Barat itu hanya nampak sebagai sekoci kapal Cheng Ho kalau disandingkan.
Siapa sebenarnya Cheng Ho yang hebat ini dan apa hubungannya dengan Indonesia?
Cheng Ho adalah seorang muslim yang lahir di Yunnan dari Suku Hui yang beragama Islam. Saat propinsinya ditakhlukkan dia dibawa ke kota dan merintis karir sampai jadi Laksamana dan orang kepercayaan Kaisar. Nama Islam Cheng Ho adalah Haji Mahmud Shams. Marga Ma, di nama aslinya, juga berasal dari kata Muhammad.
Selama menjelajah dunia dalam rentang waktu: 1405-1433, dia tercatat tujuh kali berkunjung ke Nusantara (Indonesia). Baik ke Malaka, Sumatra, maupun Jawa.
Cheng Ho ikut berjasa menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. Bahkan anak buahnya banyak yang memilih tinggal, menikah, dan menyebarkan ajaran Rasulullah di bumi Nusantara.
Banyak catatan dan bukti sejarah mengenai hal ini. Mulai dari catatan sejarah, arsitektur masjid, sampai budaya. Karena itu teori Cina menjadi salah satu teori kuat masuknya Islam ke Nusantara di samping teori lainnya seperti; teori Gujarat, teori Mekkah, atau teori Persia.
Nah sekarang kok malah banyak orang Islam yang anti keturunan Cina, dan sebaliknya banyak juga keturunan Cina yang anti Islam. Jelang pilkada DKI makin kenceng aja sentimen beginian, dari dua kubu.
Maka janganlah saling anti dan saling benci. Siapa tahu anda orang Cina keturunan Cheng Ho atau anak buannya yang beragama Islam. Sebaliknya yang anti Cina, siapa tahu Islam yang anda peluk dan banggakan dulu sampai ke anda dari jalur atau jasa para pelaut Cina Islam tersebut.
Maka janganlah menilai orang dari suku bangsa atau agamanya. Lihat saja ahlak atau perbuatannya.
Marilah mengingat Cheng Ho. Jadilah orang Cina yang sehebat Cheng Ho. Jadilah orang Islam yang sehebat Cheng Ho.