Anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli. Uninga sucining gandaning Nabi.
Demikian pesan Kanjeng Sunan Kalijaga yang artinya kurang lebih yaitu: Mengikuti arus air mengalir, tetapi tidak hanyut. Selalu ingat ajaran Kanjeng Nabi yang suci.
Pesan ini diingat turun temurun oleh masyarakat Jawa dengan kalimat yang lebih sederhana yaitu: ngeli tapi ora keli. Atau kalau diterjanahkan bebas; mengikuti arus tapi tidak hanyut.
Sudah berabad lamanya pesan ini sejak disabdakan oleh Walisongo. Namun tak lekang oleh zaman, bahkan abadi dan semakin relevan dengan apa yang terjadi hari ini.
Hari ini kita hidup di era banjir informasi. Derasnya informasi yang hadir di era digital atau media sosial, membuatnya bak air bah yang siap menyesatkan siapa saja yang hanyut tersapu olehnya. Hanya mereka yang mawas diri, hati-hati, berbekal literasi dan disiplin memverifikasi, yang akan terhindar dari keli alias hanyut dan sesat.
Ngeli alias mengikuti arus itu penting. Sebab kita harus mampu beradaptasi di era di mana perubahan sangat cepat terjadi. Siapa yang tak mau berubah atau tidak mampu mengikuti perubahan akan tertinggal roda zaman. Maka harus adaptasi atau mati.
Namun mengikuti arus juga harus hati-hati. Jangan sampai kita hanyut, yang membuat kita memang tidak tertinggal, namun mati juga karena tergilas roda zaman. Sudah banyak contoh yang beberapa waktu lalu dinilai adaptif, hebat, kini rontok hancur berantakan.
Maka yang terbaik adalah adaptasi tapi tetap hati-hati. Tetep eling lan waspodo. Tetap ingat dan waspada. Ngeli tapi ora keli.
Filosofi tersebut di dalam keris disimbolkan dalam pamor Ganggeng kanyut. Pamor yang menggambarkan ganggang atau tanaman air yang menari mengikuti arus aliran air, namun tidak hanyut dan tetap berada di tempatnya.
Ganggeng kanyut mengingatkan manusia agar bisa luwes dan fleksibel dalam pergaulan dan adaptif dalam kehidupan. Meski demikian harus tetap memegang teguh prinsip dan keyakinan. Jangan mudah terombang-ambing, sebagaimana ganggang yang tetap ada di tempatnya dan tidak hanyut karena kokoh akarnya.
Sejarah sudah membuktikan mereka yang memegang teguh prinsip, biasanya lebih selamat dibanding mereka tak punya pendirian dan hanyut ke sana-kemari.