Berbagai aksi teror hari ini dan beberapa waktu balakangan ini membuat saya mengingat peristiwa 1397 tahun lalu.
Saat itu berbekal niat jahat dan pedang terhunus seorang pria sembunyi di balik pintu Masjid Kufah, di waktu subuh. Dia menunggu seseorang yang biasa melewati pintu itu.
Yang ditunggu pun akhirnya tiba. Subuh di hari Jumat, 17 Ramadan tahun 40 Hijriyah, seperti biasa, Sayidina Ali bin Abi Thalib masuk masjid untuk sholat subuh. Ali yang merupakan khalifah atau pemimpin kaum muslimin saat itu, tidak menyadari bahaya yang sedang mengintainya.
Maka saat dia masuk masjid, orang yang mengintainya pun menyabetkan pedang tajam beracunnya. Sabetan terpatah melukai kepala Ali sampai membasahi jenggotnya dan menyebabkan meninggal dua hari kemudian.
Pembunuh Ali ini namanya Abdurrahman bin Amru alias Ibnu Muljam. Dia orang yang rajin ibadah, rajin puasa dan sholat malam. Dia juga hafal Al Quran dan pernah dikirim Khalifah Umar untuk mengajar Quran ke Mesir.
Lalu mengapa dia membunuh Ali yang merupakan sahabat utama dan keluarga Nabi (sepupu sekaligus menantu)? Apalagi Ali juga merupakan lelaki dan pemuda pertama yang masuk Islam, termasuk sahabat yang disebut dijamin masuk surga, dan masih banyak keutamaam lainnya.
Jawabannya adalah karena Ibnu Muljam dan kelompoknya yaitu kaum Khawarij menilai Ali telah kafir dan melenceng dari hukum Allah.
“Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!” katanya saat menebas kepala Ali.
Belajar dari peristiwa pembunuhan Sayidina Ali tersebut, saya tidak heran jika kini banyak teroris atau orang jahat lainnya yang mengatasnamakan Islam dalam aksi biadabnya. Tidak heran juga jika pelaku teror hari ini ternyata orang yang “relijius” atau rajin beribadah. Lihat saja itu Ibnu Muljam.
Hari ini, banyak Ibnu Muljam Ibnu Muljam baru, Khawarij Khawarij baru yang bermunculan. Mereka rajin beribadah, mengaku paling soleh dan paling benar, sering mengkafirkan dan membi’dahkan orang Islam lainnya. Bahkan tak segan menghabisi saudara seiman yang dinilai tak sejalan.
Lihat saja ISIS atau kelompok lainnya yang terus menebar teror dan membantai ribuan nyawa. Mereka tidak menganggap apa yang dilakukannya salah. Bahkan simpatisannya di media sosial pun sibuk membela mereka dengan dalil sekenanya.
Jadi bagi anda yang masih heran kok ada orang yang agamanya kuat tapi tega melakukan kemunkaran dan kekejian seperti itu, gak usah heran, lihat saja Ibnu Muljam dan kelompoknya.
Bahkan Rasulullah SAW pun pernah meramalkan kemunculan kelompok-kelompok seperti ini:
“Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya”. (HR Muslim 1773)
Jadi saudara-saudaraku, kelompok Ibnu Muljam baru, Khawarij baru, ini harus kita lawan. Bukan malah membela mereka, hanya karena mereka orang Islam juga.
Mereka ini kangker dalam tubuh Islam. Kangker itu penyakit, sesuatu yang menyimpang dan harus dibersihkan, sekecil apapun itu. Jika tidak, akan menjalar dan merusak sebagian besar yang baik.