Wajah Sekjen DPP Partai Demokrat Marzuki Alie tampak cemberut. Di sebelahnya Pengamat Politik UI Boni Hargens bertubi-tubi mengkritik partainya dan presiden SBY.
Akhirnya Marzuki tak tahan juga dengan kritik pedas yang memerahka telinganya itu. Saat kesempatan diberikan oleh moderator Marzuki pun lantas menyerang balik Boni.
Dia menyindir pengamat yang bisanya hanya berkomentar padahal tidak pernah merasakan langsung permainan yang sesungguhnya. Ibarat pengamat bola yang selalu menyalahkan pemain padahal belum tentu bisa kalau disuruh bermain.
“Kita ini memang banyak orang pinter, banyak pengamat. Pengamat bola itu kan paling pandai tapi pemain bolanya sudah di bina siang malam tidak semudah itu,” ujar Marzuki.
Merzuki kemudian kembali membela partainya dan kebijakan SBY selama memerintah. Dia tidak sadar statemennya tersebut menohok Boni yang selama ini memang kerap mengkritik SBY. Boni bahkan mengajukan gugatan ke pengadilan dengan tuduhan SBY tidak memenuhi janji saat kampanye.
Suasana diskusi bertajuk Koalisi Pra dan Pasca Pemilu Legislatif menjadi memanas saat Boni tiba-tiba meminta kesempatan dan memprotes Marzuki.
Dia menyatakan tidak sepakat dengan pernyataan Marzuki soal pengamat bola yang menyudutkan pengamat seperti dirinya. Untuk menyerang balik, dia pun memakai analogi pemain dan pengamat bola.
“Kalau pemainnya tau aturan dan bisa melakukan dengan baik tidak perlu pengamat bola. Ini pemerintah tidak professional,” serangnya.
Boni lantas membeberkan ketidakprofesionalan pemerintah. Dia menunjukkan gigatannya pada pemerintah yang diacuhkan SBY. Hanya kuasa hukum JK saja yang menurut dia kooperatif mau hadir.
Kritikan dan hujatan pada pemerintah kemudian berhamburan dari mulut Boni. Marzuki pun tak tinggal diam, dia mencoba menangkis serangan bertubi-tubi dengan ekspresi wajah tegang.
“Saya hargai semnagat nak muda ini semangat mudanya untuk membangun baik, tetapi terkadang datanya kurang dilihat. Tapi saya hargai, anak muda untuk membangun,” ujar Marzuki.
Marzuki kemudian mengungkapkan lagi bahwa selama ini partainya dituduh curang. Padahal tuduhan yang sering datang itu tidak disertai data dan bukti.
“Jangan seolah Demokrat dituduh curang,” tukasnya.
Boni langsung menyela Marzuki yang duduknya persis di sebelah kirinya itu. “Kalau soal kecurangan, saya bisa berdebat kenapa kalau tidak ada kecurangan kapolda (Jatim) Herman itu mundur,” sergahnya.
Tak di situ saja, Boni pun mempertanyakan iklan Demokrat yang sering muncul. Padahal dana kampanyenya yang dilaporkan tidak sebanyak iklan yang ada.
“Itu iklan ini dari mana dananya. Kalau diaudit itu tidak sebanyak itu. Banyak banner disebar itu dari mana dannya. Non sens itu. Ini ada ketidakjujuran yang dibungkus rapi,” sergahnya.
Wasekjen DPP PKB Helmy Faishal Zaini yang juga jadi pembicara mencoba mendinginkan suara. Helmy yang duduk di sebelah kanan Boni mengambil mic dan mencoba menengahi keributan pengamat lawan pemain politik tersebut.
“Saya tengahi dulu ini Pak Boni dan Pak Alie yang panas. Yang salah kita sebagai bangsa yang tidak pernah lihat ini sebagai transisi,” kata Helmy.
“System masih acak kadul. Bersabarlah yang jadi pemain, rajinlah bermain. Pengamatnya juga yang sabar mengamati,” lanjutnya.
Namun upaya Helmy tidak mempan. Dua narasumber tersebut masih terus adu mulut di hadapan wartawan DPR yang mengikuti diskusi.
Akhirnya moderator bertindak tegas dan tidak mengizinkan mereka yang meminta kesempatan bicara. Lalu moderator pun menutup acara tanpa memperdulikan dua orang yang masih saja ribut walau disoraki hadirin.
Keributan baru berhenti saat acara ditutup. Para wartawan yang menyaksikan hanya bisa tersenyum simpul, dan ada yang berujar; “Pengamat dan pemain politik ternyata gak beda jauh sama pengamat dan pemain bola ya,”.