Roda Dua Paling Berdosa

foto: indomigas.com

Kendaraan roda dua paling berdosa. Itu mungkin yang ada di benak pengambil kebijakan atau pemerintah di negeri ini. Betapa tidak, kendaraan berwujud sepeda motor yang jadi andalan transportasi masyarakat menengah ke bawah itu selalu jadi sasaran kebijakan diskriminatif pemerintah.

Berbagai larangan, baik wacana, maupun yang sudah terealisasi kerap tertuju ke roda dua. Apalagi di kota besar seperti Jakarta, diskriminasi terhadap roda dua sangat sering terjadi. Salah satu larangan terbaru yang akan ditujukan ke roda dua adalah;larangan bagi sepeda motor untuk mempergunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, bensin jenis premium.

Dalam kebijakan yang masih dikaji ini nantinya motor wajib memakai bensin jenis pertamax yang tak disubsidi pemerintah. Kabar ini muncul dari Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Evita Herawati Legowo.

Evita mengaku pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Dia mengatakan pihaknya terus melakukan pembahasan-pembahasan mekanisme pembatasan konsumsi BBM dan opsi mana yang akan digunakan.

Nah, masih kata Evita, kemungkinan yang diperbolehkan menggunakan BBM bersubsidi adalah angkutan umum dan kendaraan pribadi jenis tertentu. Nantinya daerah yang akan jadi uji coba kemungkinan di Jawa.

Membaca kabar itu saya mempunyai dua pendapat. Antara setuju dan tidak setuju. Saya setuju penggunaan pertamax pada kendaraan. Karena timbalnya lebih rendah jadi lebih ramah lingkungan. Selain itu pertamax juga pembakarannya sempurna sehingga relatif hemat dibandingkan premium. Saya pun sehari-hari menggunakan pertamax untuk motor saya karena akselerasi motor juga jadi lebih oke.

Tapi saya tidak setuju jika kemudian hal itu menjadi sebuah kebijakan. Apalagi sebuah larangan bagi kendaraan roda dua. Alasannya banyak sekali, misalnya karena pertamax hanya bisa didapatkan di kota besar, bagaimana dengan di kampung. Kampung saya yang masih di Pulau Jawa saja tidak ada pertamax. Bu Evita mungkin tidak pernah turing atau berkunjung ke kampong di mana pom bensin saja jarang apalagi jual pertamax.

Belum lagi harganya pertamax yang relatif mahal bagi masyarakat menengah ke bawah. Banyak orang sudah mengeluh dengan pengeluaran membeli premium, apalagi kalau wajib pakai pertamax. Ini tentu akan menaikkan beban hidup masyarakat.

Kalau alasan menghemat penggunaan BBM, sebenarnya dibanding motor, justru mobil lah yang konsumsi BBMnya lebih besar. Banyak mobil boros selama ini memakai premium. Motor yang paling boros saja masih lebih irit dari mobil. Jika motor harus pakai pertamax, mobil seharusnya juga pakai. Nah, maukah pengendara mobil dengan kebijakan itu?. Jika iya, berapa liter dihabiskan tiap hari, berapa rupiah duit yang harus dikeluarkan.

Dengan melarang penggunakan premium saya yakin pengeluaran untuk transportasi akan naik. Ongkos ojek naik, ongkos transportasi non kendaraan umum akan naik dan harga kebutuhan pokok akan naik juga. Akhirnya beban hidup masyarakat akan naik.

Pemerintah pasti menyanyikan lagu lama; sebaiknnya naik kendaraan umum saja. Pertanyaan berikutnya; sudah layakkan kendaraan umum kita? Gak usah fasilitas deh, jumlahnya saja memadahi tidak?!

Kalau pemerintah mau semua memakai pertamax, tidaklah bijak dilakukan dengan kebijakan melarang. Hentikan saja produksi premium, pasti beralih ke pertamax. Atau cabut subsidinya. Pasti tidak mau, karena mengurangi popularitas pemerintah.Lalu mampukah pemerintah membatasi mobil mewah yang boros. Jangan dengan melarang, apalagi korbannya kendaraan roda dua dan masyarakat kecil. Hal ini tentu sebuah kebijakan yang tidak peka sosial.

Negara ini bukan cuma milik orang kaya saja. Rakyat kecil juga butuh transportasi. Bukankan mereka yang seharusnya dilindungi negara? Kenapa pemerintah selalu tidak peka. Mungkin karena mereka sudah lama jadi orang besar, lama atau tak pernah berpanas-penasan naik roda dua, sehingga selalu melihat roda dua yang paling berdosa.

5 comments

Leave a Reply to BuLe Cancel reply

Your email address will not be published.