Salah satu istilah yang sangat terkenal di dunia keris adalah kinatah kamarogan. Keris kinatah kamarogan ini dipahami secara umum sebagai keris dengan ukiran ornamen emas atau kinatah dari bawah sampai hampir setengah bilah.
Ada juga yang mendefinisikan keris kinatah kamarogan itu keris dengan kinatah wedana sanga atau nawa wedana. Kinatah wedana sanga artinya ornamen diukir di sembilan bidang bilah keris.
Saking populernya, orang keris kalau ditanya soal keris kinatah kamarogan pasti tahu. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa kinatah kamarogan itu banyak salah kaprahnya.
Di mana saja salah kaprahnya? Mari kita bahas satu persatu.
Pertama, soal istilah istilah kinatah. Ini salah kaprah karena keris yang diberi hiasan dengan diukir atau ditatah, atau keris bertatah itu harusnya disebut tinatah.
Empu dan pakar keris Basuki Teguh Yuwono dalam video youtube berjudul “Pesona Keris Tinatah” mengatakan keris yang diberi hiasan ornamentik baik abstrak maupun figuratif yang menggunakan teknik pahat disebut dengan keris tinatah.
“Karena itu bahasa yang tepat adalah tinatah. Sementara ini orang jadi salah kaprah menyebutnya menjadi kinatah.”
Pakar Keris Haryono Hayoguritno dalam buku “Keris Jawa: Antara Mistik dan Nalar” juga memakai istilah tinatah.
Jadi istilah yang benar tinatah bukan kinatah seperti yang umum dipakai. Kalau kinatah lebih dekat dengan kata katah atau banyak, dibanding tatah atau pahat.
Karena itu sempat ada yang mengatakan saat ini keris kinatah dipakai sebagai katah-katahan atau banyak-banyakan, atau lomba banyak-banyakan harta, alias pamer kemewahan. Itu merespon ramainya orang berburu keris tersebut untuk terlihat wah atau jeder.
Salah kaprah berikutnya adalah istilah kamarogan. Salah jika dikatakan keris dengan tinatah banyak, hampir setengah bilah, wedana sanga, dan lain sebagainya itu disebut kamarogan. Karena tidak semua tinatah begitu adalah tinatah kamarogan. Ada tinatah tanam sri wedari, alas-alasan, dan lain sebagainya.
Jadi yang benar tinatah kamarogan itu yang bentuknya tumbuhan atau lung-lungan (tanaman merambat) ya? Itu juga salah kaprah. Karena tidak semua tinatah lung-lungan atau tanaman merambat itu kamarogan.
Salah kaprah ini umum di masyarakat perkerisan bahkan ada di buku “Keris Jawa”-nya Pak HHG di halaman 230:
“Dari dunia tumbuhan bentuk yang diambil adalah pola lung-lungan (tanaman merambat), atau lung kemarogan yang merupakan stilisasi dari tanaman teratai (padma).”
Salahnya Pak HHG yaitu; pertama kamarogan itu bukan stilisasi dari teratai. Dia tanaman berbeda. Kedua, teratai dan padma itu juga tanaman yang berbeda. Padma itu bunga seroja alias lotus, bukan teratai atau water lily. (selengkapnya soal ini lihat di tulisan saya sebelumnya)
Kamarogan hanya satu dari banyaknya varian tinatah lung-lungan. Uniknya ini juga bisa kita temui di halaman lain buku Pak HHG (231):
“Dalam pola tumbuhan, tinatah mas dapat berwujud tinatah lung-lungan dengan beberapa ragam misalnya: lung patra, lung kembang setaman, lung anggrek, lung kroton, lung terate (padma), dan lung kemarogan,” (halaman 231).
Tidak tahu yang salah Pak HHG atau editornya. Yang jelas halaman 231 ini yang tepat.
Sebagaimana ditulis di “Esiklopedi Keris” karya Pakar Keris Bambang Harsrinuksmo di halaman 220:
“Lengkapnya kinatah Lung Kamarogan, adalah hiasan pada bilah keris berupa kinatah dengan pola hias stilisasi sejenis tanaman merambat yang bernama kamarogan”
Jadi tidak semua tinatah tumbuhan itu kamarogan. Karena kamarogan hanya salah satu jenis tumbuhan yang dijadikan ornamen tinatah. Silahkan lihat di foto macam-macam jenis tinatah lung-lungan yang saya ambil dari buku “Keris Naga” karya Empu Basuki dan buku “Keris Jawa Pak HHG.
Lalu apa itu kamarogan?
Kamarogan itu adalah tanaman rambat yang dikenal di masyarakat dengan nama kemarungan. Nama lainnya timun padang, ivy gourd, dan coccinia grandis.
Dari nama kemarungan inilah asal sebutan atau salah sebut menahun jadi kamarogan. Pak HHG bahkan masih menulis kemarogan yang lebih dekat dengan kemarungan.
Tanaman rambat tropis yang banyak ditemukan di India sampai Nusantara ini memiliki daun khas dan bunga kelopak lima seperti yang terlihat di tinatah kamarogan (yang asli dan benar). Tentu tidak mirip 100 persen karena stilisasi, sebagaimana tinatah lung mawar, lung padma, dan lain sebagainya.
Mengapa kemarungan dipilih jadi ornamen tinatah? Saya belum menemukan referensi yang membahas jelas soal ini.
Mungkin karena tanaman ini merambat ke atas, simbol naiknya kehudipan, derajat, kesuksesan, dll. Mungkin juga karena daya hidupnya, atau kelanggengannya karena tanaman yang tergolong invasif ini hidup sepanjang tahun tidak seperti tanaman yang sekali berbuah mati.
Tapi yang jelas tanama yang rimbun ini sering jadi habitat ular. Nah ini cocok dengan ornamen naga. Makanya serasi tinatah lung kamarogan dihadirkan untuk menghias keris naga.
Saya belum tahu pasti makna filosofis pemakaian tinatah kamarogan. Di buku Pak HHG hanya menjelaskan fungsinya sebagai berikut:
“Khusus mengenai tinatah lung kemarogan, ada pendapat yang menyatakan bahwa keris dengan hiasan tinatah kemarogan lebih tinggi nilainya daripada keris dengan tinatah gajah-singa. Lung kemarogan diperuntukkan bagi wedana kliwon, sedangkan tinatah gajah-singa dikhususkan bagi para panewu mantri.“ (halaman 231)
Dari tulisan ini mungkin belum terjawab dengan pasti mengapa kemarungan dipilih jadi ornamen tinatah. Tapi setidaknya dari sini kita jadi tahu bahwa tidak semua tinatah lung-lungan itu tinatah kamarogan. Jadi jangan salah kaprah lagi.